Komentar Membawa Nikmat

komentar

Komentar Membawa Nikmat. Seorang direktur sebuah televisi swasta milik Yayasan Budha Tzu Chi yang disiarkan lebih dari 70 negara termasuk di Indonesia tiba-tiba mengirim pesan. Menawarkan pekerjaan untuk aktif terlibat di perusahaan televisi yang memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan serta menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa dan negara. Kok bisa? Apa urusannya dengan saya? Ternyata semua berawal dari komentar (iseng) saya di sebuah blog keroyokan, permirsah!

Terlepas dari bahasan yang sudah saya publish sebelumnya Seputar Blogger  No Comment, ternyata disadari atau tidak, komentar atau tanda likes yang kita taruh (meski sambil iseng doang) mempunyai kekuatan yang teramat besar. Pengaruhnya bisa meluruhkan hati orang, dan berdampak banyak bagi yang lain.

Ceritnya sepulang dari Taiwan, belum punya domain sendiri tuh saat itu, saya ngeblog di blog keroyokan Kompasiana. Merasa tidak pede menayangkan tulisan ecek-ecek diantara jurnalis dan Kompasianer kawakan, saya bisanya baca saja dan sesekali memberikan komentar. Mulai dari komentar asal bin pelit kata semacam nice posting, tfs, makasih informasinya, tulisannya keren, dlsb. Sampai ke komentar yang panjang dan detail yang kalo rajin bisa dibuat satu blogpost sekaligus.

Tanpa saya sadari, (saya juga sudah lupa detailnya) ada seorang Kompasianer (yang rupanya jurnalis dari stasiun tv) yang tulisannya bercerita tentang Master Cheng Yen, seorang biksuni di Taiwan. Saya yang sedikit tahu dan punya pengalaman tersendiri bersama Master Cheng Yen ketika bekerja bersama ibunya majikan di Taiwan saat ada taifung Morakot di Taitung pun berkomentar seputar itu.

Setelah itu sudah lupa, karena saya kasih komentar tanpa ada niat dan tujuan apa-apa. Baru merasa terusik lagi setelah ada pesan pribadi masuk, yang ternyata belakangan saya ketahui beliau direktur dari tv swasta itu. Mulai bertanya tentang saya dan kok bisa punya pengalaman jadi relawan dadakan di Taiwan. Heran kan saya kok dia tiba-tiba tanya itu, tahu darimana?

Jawabnya dia tahu karena membaca komentar saya di tulisan seseorang di Kompasiana. Nah, baru dech saya sedikit ingat seperti yang saya ceritakan di atas. Jadi itulah kronologis dibalik judul Komentar Membawa Nikmat yang saya sampaikan. Gara-gara komentar (iseng) singkatnya saya mendapat tawaran bekerja di sebuah stasiun tv di ibu kota.  Luar biasa kan? Buat saya orang kampung tentu luar biasa sekali, atuh. Kalau bagi blogger kota yang sudah punya kerjaan tetap dan basah, mungkin ini bukanlah sesuatu yang istimewa.

Jadi pelajarannya pemirsah, tanpa kita tahu kadang hal sepele bisa menghadirkan hal luar biasa. Seperti komentar di sebuah tulisan milik orang. Sayangnya masih banyak blogger yang notabene terlibat aktif dalam dunia tulis-menulis dan saling memberi komentar masih belum sadar sepenuhnya akan kekuatan dibalik komentar ini. Jadinya blogger justru malas berkomentar, kalaupun harus berkomentar hanya karena merasa punya hutang, sebatas meninggalkan jejak saja. Bukti kalau si anu sudah blogwalking balik.

komentar1

Padahal, jika kita telaah lebih dalam ternyata komentar itu tidak hanya sebatas meninggalkan jejak saja, namun ada kekuatan besar lebih bernilai dari itu. Antara lain niai:

 

  • Ibadah.

Sekecil apapun perbuatan baik akan bernilai ibadah. Termasuk menyenangkan hati penulis/blogger. Memberikan apresiasi berupa komentar (dan atau likes) diakui atau tidak sudah membuat penulis/blogger pemilik tulisan akan merasa dihargai, diapresiasi dan disemangati.

Sambil puasa, baca-baca ilmu dan atau informasi yang bermanfaat dari tulisan rekan blogger, berikanlah (dengan ikhlas) komentar. Niatkan sebagai ibadah, insya Allah ilmunya bermanfaat, dampaknya akan meluas. Jangan takut habis kuota, karena sudah janji Yang Maha Kuasa jika kita mengeluarkan apapun (di jalan-Nya) maka Dia akan membalasnya dengan berlipat dari jalan yang tidak kita sangka.

 

  • Silaturahmi.

Dengan memberikan komentar secara tidak langsung kita memberikan alamat (link) blog kita sendiri. Diutangkan atau tidak, semoga saja suatu saat pemilik tulisan berkenan mampir kembali ke tulisan kita. Kalaupun tidak, kita sudah memperpanjang tali silaturahmi dengan meninggalkan jejak kita di tulisannya. Syukur-syukur pemilik tulisan benar berkunjung balik, karena dengan itu kekuatan silaturahmi sudah benar terjalin. Dan tahukah kalau rezeki tidak akan terputus bagi orang yang terus memperpanjang tali silaturahmi. Hem… dahsyat, bukan?

 

  • Informasi.

Komentar juga sebenarnya mengandung informasi yang tidak ternilai. Pernah saya membaca di sekian banyak komentar tulisan seseorang, ada yang mengatakan kalau diantara sekian banyak komentar itu ada mutiara tidak ternilai yang tersembunyi.

Mutiara tidak ternilai maksudnya ya informasi penting itu sendiri. Tersembunyi, itu kalau kita tidak rajin membacanya. Lah bagaimana bisa tahu informasi kalau kita tidak melihat dan membacanya? Contohnya saat kita cari informasi terkait membuat sesuatu, beragam komentar yang mengandung informasi yang kita cari tentunya disodorkan orang sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. Tinggal kita jeli memunguti mutiara itu satu per satu dengan membacanya.

 

  • Interaksi.

Banyak yang menjadi saudara bahkan jadi pasangan suami istri gara-gara sebuah komentar yang berlanjut ke komentar berikutnya hingga pindah ke ruang khusus alias jalur pribadi karena di kolom komentar sudah menuh-menuhin lapak orang tidak rasional lagi.

Banyak acara kopi darat alias kopdar atau acara yang bisa diikuti jika kita memenuhi syarat dengan jalan yaitu memberikan komentar menulis daftar. Ada panitia lomba yang menjadikan interaksi antara penulis dan pembaca pada kolom komentar sebagai nilai tambahan. Ada banyak manfaat yang bisa kita dapat dari sekedar membaca-baca komentar orang lain di atas komentar kita. Karena bisa jadi apa yang belum kita tahu justru kita dapatkan informasinya dari komentar orang lain.

 

  • Keajaiban.

Dan pada akhirnya kenikmatan itu datang dengan sendirinya. Siapa sangka gara-gara sebuah komentar iseng berlanjut menjadi sesi wawancara dan berbuah kesempatan kerja. Itu baru yang nyata terasa oleh saya. Dan saya yakin masih ada banyak keajaiban lain yang dirasakan teman-teman yang berawal dari sebuah komentar dan belum kita ketahui bersama.

komentar2

Jadi mulai sekarang, yuk perbaiki kualitas dan cara berkomentar kita. Punya pengalaman terkait komentar dan seputarnya, silahkan share dimari ya 🙂

16 thoughts on “Komentar Membawa Nikmat”

  1. Aha bener sekali. Kadang pun aq sekedar like or komen di postingan orang dg maksud nyenengin orang tsb. Selain juga karena emg tertarik dg apa yg di posting. Nyatanya emang seneng si klo dpt like/komen. Berasa ada yg menghargai.

    Reply
  2. Alhamdulillah, rizki di bulan Ramadhan ananda. Begitulah kalau Allah hendak memberi, tiada angin tiada hujan, rizki itupun berkelebat masuk lewat sebuah komentar. Mari syukuri nikmat yang datang di saat yang tepat itu ananda.

    Salam dari Jakarta

    Reply
  3. Pertama kali aku ngeblog dulu kenal dekatnya karena sering blogwalking dan meninggalkan komentar. GA sekedar komentar biasa aja Teh.
    KArena dengan komen ya itu dapet membawa berkah *berkah ngeblog jadi orang kaya,kaya akan persahabatan eeaa

    Reply
  4. Assalamualaikum…. teteh Okti… saya selalu inget di saat dulu MP multiply masih ada. dan teteh berjuang mengamankan isi tulisan ke redaksi MP. salut teh…!! dan betul sekali, komen meski secuil dan niatnya iseng akan berdampak besar. pengalaman saya dpt komen dari teteh itu membuatku smakin ingin terus menulis. Dan betul sekali -pengalaman- biasanya lewat hal-hal yg real kita alami akan lebih kena ke-hati. Dan lebih cihuyy aja rasanya dan hasilnya… semoga ada ibrah dan ibadah ya Teh disetiap tulisan yg kita buat. Meski tak jarang akan ada hati yg merasa tidak berkenan. Kembali saya mah… Lillahi Ta’alaa… tetap eksis tetap semangat dan urusan hasil biar ALLAH yang jawab… betul begituh???? Wassalam -Ita Jumaroh-

    Reply
    • Waalaikumsalam. Terimakasih Mbak Ita. Ya benar sekali, menuliskan karena Allah.

      Yuk semangat lagi nulisnya. Meski Multiply sudah tidak ada, bukan berarti semangat nulis kita ikut hilang ya

      Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics