Pelajaran dari di Rumah Saja

Pelajaran dari “Di Rumah Saja”

Gerakan saatnya bekerja, belajar dan beribadah di rumah sudah banyak diterapkan banyak wilayah. Termasuk di kabupaten Cianjur. Tapi untuk wilayah Cianjur bagian selatan alias pelosok-pelosoknya, gerakan itu banyak tidak diindahkan. Suami masih bekerja, secara minggu ini kelas 12 di SLTA tempat ia ikut mengajar justru sedang mengadakan ujian. Bukan Indonesia kalau tidak berbeda-beda, hehe!

Saya sendiri bekerja dari rumah sudah dilakukan sejak empat tahun yang lalu. Jadi emang sudah terbiasa. Hehehe… Tidak dadakan seperti menggoreng tahu bulat. Jauh sebelum corona merebak di dunia ini. Jadi saat ada gerakan work from home, saya tidak mengalami perbedaan. Eh ada deh bedanya justru karena sekarang ada anak yang belajar di rumah dan saya yang mau tidak mau harus  jadi gurunya.

Nikmati, syukuri. Semua berjalan seperti apa adanya. Tidak banyak perbedaan. Jadi sebagai warga negara yang baik ya jalani saja. Hanya itu yang bisa kami lakukan. Gak perlu nyetok sembako atau pakai masker karena (semoga) semua masih kondisi wajar. Kalau jahe dan bawang putih naik harganya, itu sejak awal Desember tahun lalu memang sudah naik di tempat saya tinggal ini.

Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Atau selalu ada kebetulan yang menurut kita tidak disengaja, padahal siapa tahu Tuhan justru telah merencanakan semua itu. Bukannya Ia Maha Tahu Maha Segalanya?

Hari pertama gerakan belajar di rumah anak tidak saya ajak belajar serius. Melainkan saya kasih pengertian secara bahasa yang mudah dimengerti kalau saat ini sedang digalakkan belajar di rumah karena sedang mewabah penyakit yang disebabkan oleh virus Corona. Virus ini mudah menular karena itu kita sebaiknya mengisolasi diri supaya terhindar dari penularan. Anak sepertinya mengerti. Saya juga memberitahukan jika sakit panas, demam batuk dan atau sakit tenggorokan untuk segera kasih tahu ayah dan ibu.

Anak tidak lagi banyak bertanya ketika ke masjid, suasana mulai sepi. Sebenarnya sih bukan karena adanya himbauan untuk sosial distancing ini yang menyebabkan suasana alun-alun Cianjur sepi. Secara alun-alun Cianjur memang ditutup untuk umum sejak awal tahun 2020 untuk renovasi.

Barulah hari kedua gerakan sosial distancing, suara saya mulai sedikit naik oktaf. Meski saya akui kebersamaan dengan anak ini sangat mengasyikkan. Saya hanya bersama satu orang anak. Tidak terbayangkan bagaimana dengan mereka yang memiliki dua, tiga, empat atau bahkan lima orang anak?

Mentang-mentang belajar di rumah, dikit-dikit anak permisi ambil minum, dikit-dikit izin ke toilet. Belum lagi kalau ada suara anak kecil di depan rumah. Buyar sudah konsentrasi nya. Padahal saya cuma kasih waktu setiap pelajaran sekitar 25 menit saja.

Saat anak ceria ketika saya bilang belajar di rumah nya pagi ini udah dulu. Nanti siang lanjut lagi, bukan hanya anak sebenarnya yang bahagia. Tapi saya juga. Hahaha. Beneran jadi pengalaman indah nih sebenarnya bisa selesai “mengajar” belajar dengan putera tercinta ini ya.

Saya jadi menemukan rumus baru. Ketika semua berawal #dirumahsaja dasarnya ibu harus bahagia. Karena kalau seorang ibu bahagia, niscaya keluarga akan ikut bahagia juga. Kalau semua keluarga sudah bahagia, otomatis bangsa juga ikut ceria…

“When mother is happy, family is happy. When family is happy, nation is happy.” (Abdul Kalam)

Meski tidak bisa saya pungkiri kalau batu saja hari ke dua homeschooling. Tapi sudah serasa dua tahun 😁

Pagi tadi saya mulai memberitahu kalau jam delapan waktu belajar dimulai. Anak yang sedang main pun mulai cemberut. Saya candain kalau mau ilmunya bermanfaat, belajarnya harus sabar dan ikhlas.

Ada sebuah pertanyaan dari Fahmi di hari ke tiga #dirumahsaja

“Bu, kenapa kita harus sabar dan ikhlas?”

Saya jawab sangat penting. Buat orang dewasa ataupun anak muda, termasuk anak-anak seperti Fahmi…

Semua orang mungkin tahu kaum remaja dan anak-anak yang emosi dan amarah nya masih meledak-ledak, bawaannya pasti ingin bebas. Bebas bermain, bebas istirahat, dll. Padahal bukan cuma remaja dan anak, dewasa dan orang tua juga sebenarnya begitu, kan? Hehehe…

Hari ke tiga belajar di rumah, Fahmi mulai mengeluh. Apalagi melihat teman sebayanya main sepeda di halaman. Teriakan anak di luar bikin jiwa anak-anak Fahmi terpanggil.

“Masa mereka boleh main, Ami tidak?”

Saya jelaskan itulah kenapa rasa sabar dan ikhlas itu sangat penting. Dengan belajar untuk sabar dan ikhlas dalam kondisi apapun mungkin hal itu dapat melatih sifat, sikap dan mental Fahmi untuk mencari jati diri yang lebih baik dan lebih tenang.

Biarkan anak lain main. Mungkin mereka sudah belajar lebih pagi. Mungkin mereka sudah pintar dalam mata pelajaran. Toh Fahmi pun tetap bisa bermain, setelah menyelesaikan latihan dan belajar di rumah, yang waktunya pun tidak lama, hanya sekitar setengah jam untuk setiap pelajaran.

Saya sampaikan kalau saya sebagai orang tua ingin anak bukan bisa belajar dalam pelajaran akademis saja, tetapi juga jadi anak (orang) yang kelak mampu memanage, mengontrol sekaligus menerapkan pada tempatnya akan arti kesabaran dan keikhlasan itu sendiri. Meski saya tidak bilang kalau soal sabar itu urusannya dengan otak sementara kalau ikhlas kaitannya dengan hati. Pemikiran anak mungkin belum sampai ke sana.

Sekarang sih Fahmi sudah bermain lagi. “Tenang main juga ya, Bu kalau sudah belajar mah.” Katanya sambil cengengesan.

Alhamdulillah, semoga bermanfaat buat kehidupannya kelak…

26 thoughts on “Pelajaran dari di Rumah Saja”

  1. Saya insyaallah mulai besok ngajarin anak di rumah. Saat kami sama² “dirumahkan” oleh institusi masing². Saya dapat edaran, anak juga dapat edaran dr sekolahnya ttg libur selama 2 minggu. Besok mulai aktif belajar bareng saya. Tercapai deh request anak saya udah lama pingin HS sama saya. Wlwpun cm 14 hr, hehe. Kuy semangat kita Teh

    Reply
    • IYa, godaannya pasti teman2nya yang pasti udah semangat banget ngajakin Fahmi untuk main di luar. Bundanya nih yang pusing gimana caranya biar anak tetap mau belajar dan bermain di dalam rumah dulu. 🙂

      Reply
  2. Wabah corona saat ini memang membuat gundah gulana. Aku sangat berharap setiap orang bisa mengambil hikmah dari kondisi ini. Ibu yang semula lebih banyak memasrahkan pendidikan kepada guru-guru di sekolah atau tempat les sekarang dapat rezeki mendampingi anak-anak dengan persentase waktu yang lebih besar. Bisa merasakan sendiri kelebihan dan kekurangan buah hati kita di bidang akademik yang mana. Tentunya, bisa lebih menghargai jasa Bapak dan Ibu guru selama ini.

    Stay safe, stay healthy. Semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah ya, Teh. Aamiin.

    Reply
  3. akhirnya anak dekat lagi sama kita deh. ambil hikmahnya, karena di rumah saja jadi tahu bagaimana perkembangan belajar anak. kita jadi guru, seru ya

    Reply
  4. Seneng ya kalau anak dan orang tuanya sama-sama ngerti kenapa sementara ini harus belajar di rumah.
    Kalau anak-anak saya dari dulu udah homeschooling, jadi ya nggak ada perubahan sih setelah diberlakukan anjuran belajar di rumah.

    Yang berubah adalah godaan untuk mainnya sekarang lebih besar. Karena teman-teman sebayanya, yang biasanya pagi sekolah, sekarang “libur” dan sering nyamperin ke rumah ngajak main. Alhamdulillah anak-anak bisa dikasih pengertian, kalau untuk sementara ini mereka nggak boleh banyak keluar rumah

    Reply
  5. Mendampingi anak-anak belajar itu memang mesti punya stok sabar yang banyak ya mbak. Cuma memang anak-anak perlu waktu jeda istirahat saat belajar, rentang konsentrasi mereka masih pendek. jadi wajar kadang izin minum dulu lah, ke toilet lah, dan lainnya. Hehehe..

    Reply
  6. aku gak merasakan WFH mbaa, kantor ku tetap masuk, gak libur.. huhu..
    padahal lumayan kalau WFH, bisa 2 minggu bareng anak di rumah. yah, nasib kerja di laboratorium yang mana Lab nya gak bisa dibawa pulang ke rumah. hihihi..

    buat dek fahmi, tetep rajin belajar meski di rumah yaa, gak boleh main terus. hihi.. mamaknya juga harus punya stok sabar yang banyak yaa.. hehe.. semangat..

    Reply
  7. Setiap kejadian selalu ada hikmahnya kalo kita berpikiran jernih. Situasi hari ini yg membuat anak2 belajar dirumah bisa dijadikan momen kita lebih dekat dan memerhatikan perkembangan pendidikan anak saat di sekolah.

    Reply
  8. Ini jadi momen dan pengalaman yang lucu nantinya ya teh, ibu-ibu terutama yang pada senewen harus jadi ‘guru’ dirumah, tapi sisi baiknya jaid bonding sama anak dan paham banget pentingnya peran guru kan ya teh? hihihi

    Reply
  9. seperti curhatan ibu2 semua deh kayaknya hihihi.. tapi jujur kalau memang seperti ini tingkat stress anak dan ibu bisa gak stabil… fitrahnya rumah tinggal itu menjadi media atau sarana tempat belajar anak-anak tapi yang digaris bawahi belajar mereka tidak menggunakan worksheet duduk tenang anteng jangan harap itu… aku yang homeschooling dengan 3 anak dan bisa dilihat ortu2 yang memilih HS tidak mengajarkan mereka demikian karena pasti stresss anak dan ortunya heheh tapi dengan bagaimana kita belajar bersama, contoh : belajar berhitung, bisa diganti dengan menghitung pakaian yang anak itu ambil dijemuran hehehe klo cerita disini bakal 1 postingan ini hehe

    Reply
  10. Rumahku komplit nih, bapaknya WFH, anak2 SFH. Aku yg sebelum wabah udah WFH alias ngeblog malah masak mulu. Habis mereka nggak kenyang2 wkwkwk

    Reply
  11. Memang perlu trik khusus ya mba menanamkan suatu hal baik kepada anak. Kalau pakai bahasa ketinggian ntar dia ga paham.

    Pinter nih Fahmi udah bisa sedikit-sedikit memahami tentang sabar dan ikhlas. Semangat belajar di rumah ya Ami.

    Reply
  12. Pintarnya Fahmi, akhirnya jadi ngerti juga ya dia, jadi tenang gitu mainnya kalau udah belajar.
    Ayoo semangat ya Fahmi 🙂
    Suamiku juga nih Mbak, masih aja masuk kerja, fiuuhh.

    Reply
  13. Alhamdulillah senang di rumah kalau anak-anak belajarnya juga apalagi semua libur termasuk suami juga. Berarti harus dicari cara biar anak-anak betah ya belajar di rumah buat yg gak biasa

    Reply
  14. Adik saya juga sudah mulai libur nih. Karena di Kediri masih belum begitu banyak berita mengenai Covid19, tapi alhamdulillah pemangku kebijakannya sudah mulai waspada.. Udah banyak yang menerapkan di rumah saja karena jalanan dah mulai lengang, tempat wisata ditutup juga. Kalau saya sendiri masih belum bisa social distancing karena kantor tidak ada kebijakan itu. hehehe. Yang penting stay happy, stay healthy.

    Reply
  15. Iya nih seperti biasa aja sih ga banyak berbeda, tapi keberadaan anak2 yg ngumpul di rumah membuat ramai suasana , rebutan laptop.atau hp, krn hrs belajar online jd pemandangan.sehari2… Padahal laptop ada 3 ..hahaha..begini nih anak banyak mah..

    Reply
  16. Aduh pintar sekali Fahmi. Sehat-sehat ya. Kak Okti sekeluarga juga semoga selalu sehat. Ada hikmah dibalik musibah. Ini yang dulu selalu mamaku katakan. Dan sejak kecil, aku pun memegang kalimat ini dalam hati sehingga ketika terjadi masalah, bukan fokus di masalahnya, tapi solusi dan hikmah dibaliknya. Ada kejadian corona ini memang di luar kuasa manusia ya. Hikmahnya, keluarga pun bisa lebih dekat karena untuk isolasi diri sementara memang sebaiknya kita lebih banyak di rumah

    Reply
  17. Yap semua musibah atau kejadian pastiada hikmahnya ya Mbak. Dan memang untuk saat ini lebih baik kita mengisolasi diri saja di rumah , biar lebih aman dan itu juga mwmbantu upaya pemerinta dalam mencegah wabah corona yang semakin meluas. Btw meski di rumah semoga Fahminya tetap semangat buat belajar ya

    Reply
  18. Social distancing ini memberi banyak pelajaran berharga bagi anak dan orangtuanya. Kedekatan yang hangat.
    Anak jadi tahu bahwa ibunya tak kalah pintar dengan gurunya. Saya ingat saat TK sampai SD kelas 4, anak merasa gurunya adalah yang terbaik dan terpandai.

    Setelah kelas kelas 5 ke atas, baru deh merasa ibunya yang paling pandai sedunia. Wkwkwk

    Reply

Leave a Reply to Lubnah Lukman Cancel reply

Verified by ExactMetrics