Hingga saat ini, pasien kusta atau lepra dan penyandang disabilitas karena kusta di Indonesia, masih menghadapi berbagai kesulitan terkait akses terhadap layanan kesehatan yang layak di tengah masyarakat. Ditambah lagi minimnya informasi tentang tata cara perawatan dan penanganan pasien kusta, karena belum apa-apa, banyak orang yang sudah ketakutan duluan dengan penyakit yang diakibatkan oleh kuman Mycobacterium leprae ini.
Padahal, perlu diketahui jika penyakit kusta adalah penyakit menular yang justru sangat sulit untuk menular. Jika diobati dengan benar sesuai prosedur, penyakit kusta bisa disembuhkan.
Kusta dapat menular jika seseorang terkena percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita.
Stigma Buruk Kusta
Sayangnya banyak masyarakat masih mempercayai mitos dan stigma buruk terhadap kusta. Menganggap penyakit ini adalah penyakit kutukan, penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Di kalangan sebagian orang yang pemikirannya masih kolot, kusta dianggap najis dan berbahaya, karena dapat menular. Oleh karena itu anggapannya seorang penderita kusta harus diasingkan dari masyarakat. Padahal jelas semua stigma itu tidak benar.
Adanya tekanan dari masyarakat seperti itu menyebabkan kesembuhan penderita kusta semakin sulit dijangkau. Ditambah, sebagaimana disampaikan dr. M Riby Machmoed MPH, Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR Indonesia (sebuah organisasi non-pemerintah yang mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta) saat acara Talk show di Ruang Publik KBR, ditemukan fakta jika tidak semua unit layanan kesehatan memahami informasi tentang kusta dan masih tingginya stigma terhadap kusta di kalangan tenaga kesehatan itu sendiri, sehingga orang dengan kusta tidak mendapatkan layanan yang optimal dan malah jadi enggan untuk berobat.
Hal ini tentu akan memperparah kondisi si penderita, karena selain berisiko menyebabkan disabilitas, orang dengan kusta yang tidak diobati akan dapat menularkan bakteri kusta kepada lingkungan sekitarnya. Malah makin berbahaya dong ya…
Pencegahan Preventif Kusta
Bagaimana upaya pencegahan preventif pada kusta dilakukan? Hal ini harus kita tahu secara mendasar sehingga apabila ada keluarga atau tetangga dekat mengalami gejala penyakit kusta, bisa segera mengambil langkah yang tepat.
Seperti apa dinamika yang terjadi pada upaya edukasi perawatan diri dan pencegahan disabilitas pada kusta?
Kenali Gejala Kusta
Yang harus kita ketahui lebih dulu adalah bagaimana gajala kusta ini bisa terjadi. Sebelum sampai di gejala penyakit kusta, harus kita ketahui dulu jika kusta ini terbagi menjadi dua, yaitu kusta kering dan kusta basah.
Gejala kusta kering ditandai dengan adanya:
- Adanya bercak di kulit kurang dari lima buah
- Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
- Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
- Kulit tidak berkeringat (anhidrosis)
- Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Adapun gejala penyakit kusta basah ditandai dengan:
- Adanya bercak di kulit lebih dari lima buah
- Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit
- Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit
- Kulit banyak mengeluarkan berkeringat sehingga tampak basah dan mengkilat
- Muncul luka tapi tidak terasa sakit. Kerusakan saraf yang ditimbulkan cenderung lambat. Namun jenis kusta basah lebih mudah menular dibandingkan kusta kering.
Langkah Pertama Saat Mengetahui Menderita Kusta
Lalu apa yang harus dilakukan ketika menemukan gejala kusta? Segera ke puskesmas terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan jika benar itu gejala kusta ikuti prosedur pengobatannya. Untuk kusta kering berobat selama enam bulan dan kusta basah berobat selama dua belas bulan.
Ketika masa pengobatan selesai, orang yang pernah menderita kusta (OYPMK) tidak boleh lost kontak begitu saja dengan petugas medis, paling tidak lakukan konsultasi minimal tiga bulan sekali untuk tetap memantau dan mengecek kecacatan, syaraf, dan sebagainya. Sehingga peluang untuk menularkan semakin kecil dan bisa ditangani segera.
Ibu Sierli Natar S.Kep Wakil Supervisor (Wasor) TB/Kusta dari Dinas Kesehatan Kota Makassar, menjelaskan jika penularan penyakit kusta bisa terjadi bila belum diobati. Maka pengobatan ini salah satu pemutus rantai penularan kusta. Menularnya kuman kusta pun hanya ke orang sehat yang kekebalan tubuhnya memang rendah.
Ibu Sierli menjelaskan bagaimana kondisi tenaga medis di lapangan di kota Makassar ketika menghadapi penderita kusta. Bahwa ketika ada penderita yang tidak terima jika ia menderita kusta, maka petugas selalu mendampingi dan memberikan pengertian jika kusta bisa disembuhkan dan tidak berbahaya jika mengikuti prosedur pengobatannya.
Begitu juga jika pemahaman setiap tenaga medis terhadap penyakit kusta tidaklah sama. Namun pelayanan maksimal selalu diupayakan.
Bantu OYPMK Percaya Diri
Cara menanamkan rasa percaya diri kepada penderita kusta yang dilakukan tim medis di Makassar dengan:
Melihat kemampuan para penderita, lalu beri keterampilan dan terus beri semangat untuk bisa berkarya
Dengan meningkatkan pelayanan. Berikan pasien pelayanan pengobatan terbaik sehingga pasien tidak merasa didiskriminasikan dan saat tidak ada patugas medis, penderita bisa melakukan pengobatan secara mandiri.
Sesuai tingkatannya, pengobatan terhadap penderita kusta terdiri dari tingkat 1 untuk gejala hilang rasa, dan pengobatan tingkat 2 untuk organ yang sudah bengkok, luka dan cacat lainnya.
Cara Mandiri Pengobatan Kecacatan Kusta
Jika kesempatan bertemu tenaga medis tidak ada, penderita kusta dengan kecacatan bisa melakukan upaya pengobatan mandiri, di rumah saja dengan cara:
- Rendam bagian luka dengan air biasa sekitar 20 menit
- Gosok bagian pinggirnya dengan batu apung
- Olesi dengan minyak kelapa
- Tutup dengan kain yang bersih
Untuk luka atau cacat tertentu, seperti misalnya tangan bengkok, lakukan perhatian ekstra misalnya dengan pengurutan yang terarah, dan sesuai prosedur pengobatan.
Lama pengobatan tergantung dari tingkatan cacatnya. Pengobatan seperti ini bisa jadi harus dilakukan seumur hidup. Karena kalau tidak, bisa menimbulkan penularan baru. Di sini pasien dituntut untuk bisa melakukan pengobatan mandiri.
NLR Indonesia
Jika dilihat berdasarkan data dari NLR Indonesia, di Indonesia sendiri angka penderita kusta terus mengalami penurunan.
Perlu diketahui jika NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia dengan menggunakan pendekatan tiga zero, yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi) demi mencegah kecacatan atau disabilitas kusta.
dr. Riby Machmoed MPH dari NLR Indonesia menjelaskan penurunan angka kusta secara nasional dari tahun ke tahun mulai 2019 dengan jumlah penderita mencapai 19.900 menurun pada tahun 2020 menjadi 13.180.
Kasus baru pada tahun 2019 ada sekitar 17.400 maka pada tahun 2020 ada 11.173. Demikian pula untuk angka kecacatan, berdasar penilaian global indikator jika pada tahun 2019 ada 4.18 per 1 juta penduduk, maka pada tahun 2020 hanya 2.13 per 1 juta penduduk.
Demikian juga untuk penderita kusta anak angkanya terus mengalami penurunan. Sekarang ada sekitar 1126 kasus padahal tahun sebelumnya lebih dari itu.
Adapun Provinsi tertinggi penderita kustanya diduduki Jawa Timur, lalu Jawa Barat dan Papua. Urutan keempat dan kelima dipegang oleh Jawa Tengah dan Papua Barat
Kesembuhan Kusta Tanggung Jawab Bersama
Sosialisasi terkait kusta dan meluruskan stigma yang tidak benar terus dilakukan tapi kenapa penyebaran tetap ada? Jawabannya kembali ke sumber daya manusia itu sendiri.
Kita bisa lihat sendiri bagaimana orang Indonesia dalam menghadapi program pemerintah seperti apa. Masih banyak yang menyepelekan alih-alih memberikan dukungan.
Kusta tidak bisa hilang hanya diperjuangkan oleh salah satu pihak saja. Melainkan perlu kerja sama demi tercapainya kesembuhan baik dari si penderita itu sendiri, pihak keluarga, tim medis, dan dukungan masyarakat.
Perlu dicatat, seseorang dapat tertular kusta jika mengalami kontak dengan penderita dalam waktu yang lama. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya.
Sampai saat ini belum ada vaksin untuk mencegah kusta. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan pencegahan yang paling baik untuk mencegah komplikasi sekaligus mencegah penularan lebih luas. Selain itu, menghindari kontak dengan hewan pembawa bakteri kusta juga penting untuk mencegah kusta.
Ngerii juga yah penyakit kusta,,,,
Hrus trapin nih tips2 pencegahan penyakit kusta..
Makasih kak informasinya
Oh penyakit kusta itu sebenarnya tidak menular secara langsung misal bersalaman gitu. Tapi kusta muncul karena pola hidup yang kurang sehat dan kurang higenis
Saya tergelitik dengan statement:
Kita bisa lihat sendiri bagaimana orang Indonesia dalam menghadapi program pemerintah seperti apa. Masih banyak yang menyepelekan alih-alih memberikan dukungan.
Statement ini berdasarkan observasi kita ya teh.. Saya juga pernah, waktu mau survei kesling doo to door, program Dinas Kesehatan, pas memperkenalkan diri dari Dinkes, masyarakat langsung bilang: “kalau soal vaksin, saya nggak mau diwawancara”
Perilaku kayak gini nih, mungkin krn kurang pemahaman ya.
Seperti kusta ini. Semoga makin banyak masyarakat yg tercerahkan sehingga kita bisa menekan angka kusta di Indonesia, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat bersama sama.
alhamdulillah penderita penyakit kusta di Indonesia mengalami penurunan ya mba, artinya edukasi tentang penyakit kusta ini sudah cukup tersebar dengan baik ke sluruh masyarakat
Sebenarnya ada rasa syukur juga ya penderita penyakit kusta di Indonesia mengalami penurunan, berdasarkan data NLR INdonesia. Namun tetap saja kita mesti sigap dan waspada jikalau masih ada orang2 yang terkena kusta ini. Gaya hidup yang bersih dll tentu dapat emndukung supaya kusta tidak semakin meningkat. Mesti selalu rutin pemgobatannya dan ga boleh putus kontak dengan layanan kesehatannya agar penderita lekas sembuh.
Yang penting jangan bosen berobat toh obatnya juga gratis di puskesmas
Stigma negatif mengenai kusta ini memang menghantui yaa..
Jadi masyarakat awam yang gak paham pun jadi semakin banyak yang salah memahami penyakit yang satu ini.
Yang paling epic waktu ada yang bilang bahwa kusta adalah penyakit kutukan.
Ya Allah, kebayang keluarga yang uda drop duluan atas judgement masyarakat ini.. Gak bisa ikut bantu, tapi malah menyusahkan dengan ikut mengucilkan.
Sedih sekali..
Butuh waktu lama ya jika seseorang untuk menularkan penyakit kusta, jadi bagi yang belum paham menjadi lebih aware dan langkah pencegahannya juga harus seperti apa
Tidak mudah untuk membantu OYPMK lebih percaya diri ya. Salut dengan apa yang dilakukan tim medis di Makassar dengan melihat kemampuan para penderita, lalu beri keterampilan dan terus beri semangat untuk bisa berkarya. Saya jadi tahu dari artikel ini cara merawat diri dan mencegah kecacatan kusta secara mandiri…
Mengubah stigma masyarakat ini yang sulit ya, Mak… Meskipun alhamdulillah, sudah banyak perusahaan yang tetap menerima teman-teman OYPMK untuk bekerja secara inklusif. Semoga ke depannya, pandangan masyarakat terhadap OYPMK berubah, tanpa harus menyepelekan penyakit ini. Ketika ada gejala, segera periksakan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, tanpa harus takut atau malu. Karena semakin cepat tertangani, insya Allah semakin besar kemungkinan sembuh.
Ah iya
Kusta masih jadi PR besar di Indonesia ya teh
Kalau tahu cara perawatannya, kecacatan kusta bisa dihindari ya
Kusta ini banyak banget masih ya mbak ternyata sedih rasanya. memang dirawat di rumah juga kudu karena kalau tidak tahu bagaimana merawat bisa-bisa kustanya tambah parah. yang ada nanti susah dan lama, padahal tnggal minum obat rutin dan rawat luka ya mba. bismillah sehat semua
Jadi lebih tahu detail tentang penyakit kusta setelah baca artikel ini. Makasih sharingnya, Mbak… Setuju banget saling mendukung agar bisa cegah penyakit kusta ini seoptimal mungkin. Dan tidak mengucilkan penderitanya. Justru harus disupport.
Artikel tentang Penyakit kustanya lengkap banget, meskipun kusta bukanlah penyakit baru di Indonesia tapi masih banyak penderita kusta yang mengalami stigma buruk karena penyakit yang dialaminya ini, padahal seiring perkembangan zaman, kusta juga bisa disembuhkan lho dan orang yang dahulu menderita Kusta bisa beraktivitas seperti masyarakat lainnya.
Pelajaran baru lagi nih buat saya. Selama ini mikirnya ya setiap ada kontak dengan mereka yang mengidap kusta, ya pastinya penyakitnya bakal tertular dengan yang ada kontak. Eh ternyata gak ya, syaratnya harus kontak dalam waktu yang lama dulu. Baru deh tertular.
Duh jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan jumlah penderita kusta paling banyak. Semoga dengan kampanye-kampanye seperti ini, makin banyak masyarakat yang tahu bahwa penyakit kusta itu tidak menular dengan cepat ya, butuh interaksi lama dengan penderita untuk bisa menular.
Semoga stigma buruk tentang kusta di masyakat segera berubah
:: UBAH STIGMA ::
pe er banget ya mengubah stigma masyarakat, sulit ya, Mak Okti
:: TERIMA MEREKA APA ADANYA :::
Walau sudah banyak perusahaan yang menerima teman-teman OYPMK untuk bekerja secara inklusif.
Tapi keduanya itu ga bohong, sulit! Semoga ke depannya, pandangan masyarakat terhadap OYPMK berubah, tanpa harus menyepelekan penyakit ini. Ketika ada gejala, segera periksakan untuk mendapatkan penanganan yang tepat, tanpa harus takut atau malu. Karena semakin cepat tertangani, insya Allah semakin besar kemungkinan sembuh.
Kusta ini memang penyakit yang mengerikan ya Teh. Makanya di Tangerang pun ada sebuah RS pemerintah khusus untuk penderita Kusta yang sangat diperhatikan sekali supaya meminimalisir penularan terhadap lainnya. Apalagi kalau kusta basah seperti yang disebutkan di atas ya. Emmmmm semoga saudara-saudara kita yang terkena kusta bisa segera disembuhkan dengan perawatan yang tepat ya
Menjadi OYPMK pasti enggak mudah, dan pasti butuh dukungan dari orang-orang di sekitar mereka supaya mereka mampu bertahan dan berkarya.
Semoga yang masih memiliki gejala, lekas sembuh dengan perawatan yang tepat