Dislike: Fenomena Pengemis Kekinian?

Dislike: Fenomena Pengemis Kekinian?

Pengemis ini saya bilang kekinian bukan karena ia tidak menerima uang cash, lalu hanya menerima transfer atau nominal dalam bentuk cek. Melainkan ia gagu alias tidak bisa bicara (entah sih benar enggaknya) namun ia sangat lihai luar biasa dalam menggunakan “emoticon” jempol terbalik alias “dislike!”

Pengemis kekinian mengenakan kerudung putih

Pengemis ini saya temukan di Bandung, tepatnya di halaman Mesjid Raya Bandung, ketika saya berkesempatan 2 hari bareng keluarga stay di sana.

Awalnya tidak sengaja. Tidak ada niat juga saya ambil foto dia apalagi mau menuliskan kisahnya. Kalau saja dia tidak mengusik perasaan saya, juga perasaan beberapa orang setidaknya yang saat itu bersama saya.

Jadi Sabtu pagi itu saya bersama Fahmi sedang duduk-duduk di teras Masjid Raya Bandung, Alun alun kota Bandung. Saya anteng saja memantau Fahmi yang sedang mengerjakan beberapa lembar latihan menulis dan berhitung. Ya meski sedang berlibur bepergian latihan nulis dan baca tetap selalu saya berikan.

Tiba tiba seorang perempuan datang dan menengadahkan tangan. Saya belum paham maksudnya. Dia bicara tapi hanya aa…iii…aaa yang terdengar. Oh, dia tidak bisa bicara, pikir saya. Dan dia mengulurkan tangan itu tandanya minta uang. Ya, dia mengemis.

Bukan tidak mau sodaqoh. Tapi karena melihat dia “normal” sehat, cantik pula maka dengan tegas saya mengangkat tangan dengan maksud maaf, saya tidak akan memberi.

Bukannya pergi, dia malah terus ber aaa…iii…aaa di depan saya, dan juga warga lain yang sedang duduk di teras Masjid itu. Ternyata dari sekian banyak orang yang duduk di situ, sama seperti saya, tidak ada yang memberinya uang.

Foto saya ambil ketika dia yang berdiri pakai kerudung putih sudah “dislike me”

“Bu, kenapa ngomongnya gitu? Beda sama kita?” tiba-tiba terdengar celetukan Fahmi.

Sepertinya si pengemis cantik itu mendengar dan ia berbalik kepada kami. Lalu kembali menyodorkan tangan lagi. Saya langsung mengangkat tangan lagi, tegas saya menolak memberikan apapun padanya.

Tapi apa yang ia lakukan? Dia mencolek lengan saya, dan ketika saya menengok, dia mengacungkan terbalik jempolnya! Kemudian sambil mencibir dia berlalu. Kembali mendatangi warga lain yang sedang duduk dan menyodorkan tangan mengemis lagi.

Saya tertegun. Itu perempuan yang mengemis mencemooh saya yang tidak mau memberikannya sedikit uang dengan cibiran dan acungan jempol terbalik nya. Dislike me? Hahah… saya jadi ingin tertawa. Ups! Buru-buru istighfar.

“Tidak dikasih kok malah ngajak duel,” omel seorang ibu di samping saya. Rupanya si ibu juga tidak memberi pengemis itu uang dan sama seperti saya, dia dapat cibiran serta acungan jempol terbalik (dislike) dari pengemis cantik itu.

Beberapa orang di dekat saya duduk juga terdengar pada ngomongin pengemis “dislike” itu juga. “Kalau ngemis tuh ya bikin hati kita trenyuh, tergugah, atau iba. Bukannya malah ngejek. Untung ga saya lempar pakai sendal juga.” Begitu salah satu ucapan ibu-ibu lain yang kami dengar.

Fenomena “pengemis dislike” itu pun untuk beberapa saat lamanya jadi perbincangan hangat di antara kami yang duduk di teras Masjid.

Ada Ada saja. Jaman serba canggih, sampai emoticon pun resmi dipakai oleh pengemis yang kekinian. Hehehe…

Keesokan harinya saya kembali mengajak Fahmi main ke Alun-alun Bandung. Jika kemarin saya duduk di teras, kaki ini kami duduk di bangku taman di bawah pohon. Senang duduk di sana sambil sesekali melihat Bandros lewat.

Tiba-tiba si “pengemis dislike” kemarin terlihat oleh saya. Saya amati, dia masih mengenakan pakaian yang sama. Dan mengemis dengan cara yang sama pula, saat tidak ada yang memberi, dia akan mencibir dan mengacungkan jempol terbalik nya kepada orang yang tidak memberikannya uang.

Saya lihat banyak orang yang ngomelin dan balik nyumpahin pengemis itu. Ialah, siapa yang terima kalau tiba-tiba dicibirin sambil diacungkan jempol terbalik yang artinya identik dengan hal negatif, tidak bagus. Sama pengemis pula.

Saya segera istighfar dan bersyukur. Sambil memberi penjelasan kepada Fahmi dalam hati berdoa semoga pengemis itu segera mendapat hidayah, dibukakan hatinya dan jalan pikirannya supaya bisa mau cari pekerjaan atau bekerja yang layak. Dan paling tidak segera memperbaiki ahlaknya supaya gak selalu mengacungkan jempol terbalik kepada orang yang tidak mau memberi uang kepadanya.

13 thoughts on “Dislike: Fenomena Pengemis Kekinian?”

  1. Pengemis jaman now gitu ya teh.. sudah meninggalkan etikanya.. tidak membuat orang una mah sebaiknya.. semoga dia segera disadarkan ya teh untuk mencari pekerjaan halal lain selama fisiknya masih sehat InshaAllah ada jalan kemudahannya

    Reply
  2. Aya aya wae ya pengemis begitu.
    Kasihan… padahal badannya masih sehat ya, masih muda, cantik juga. Doakan saja, mba… Smoga rezeki dia lancar jadi ga mengemis lagi.

    Reply
  3. Dan daku mirisnya adalah kenapa sih harus pakai penutup kepala yang notabene merupakan peragat muslimah. Hmm, semoga dia mendapat hidayah dan mau untuk meraih rezeki yang lebih baik.

    Reply
  4. Baru tahu saya pengemis dislike macam itu, ga sopan bangat. Masih sehat kok ngemis, saya setuju tidak usah dikasih uang orang kaya gini, sehat-sehat kok ngemis, ga malu ya.

    Reply
  5. Seriusan teh? Kok baca ini sy ikutan kesel ya teh, apalagi saat tau pengemis itu masih muda , kokvgak malu yaa minta2 begitu ,bukannya kerja ajaa gitu. Dagang kek minimal yg penting tidak mengemis. Saya pun akan emosi juga teh bisa di kasih icon jempol kebalik … aya2 waee skrng mahh …

    Reply
  6. waduh, dislike ya hahaha baru nyadar maksudnya jempol ke bawah itu ya. Hmm harusnya karena dia kayaknya keluyuran disana, bisa aja pengurus masjid ajak untuk berkontribusi misal jagain sendal kek apa kek gitu kali ya. atau dia kambuhan krn kadung sering dpt duit gratis tanpa usaha.

    Reply
  7. Aneh juga ya Teh. Biasanya tuna wicara kan juga tuna rungu. Kalau dia sampai tahu Fahmi ngomong apa, jadinya kan kita curiga. Ni orang beneran tuna wicara atau pura-pura. Lagian badannya sehat juga. Astaghfirullah… moga kehadiran dia jadi pengingat buat kita agar selalu bersyukur dan terus berusaha ya Teh…

    Reply
  8. Miris sih ya, entah pengemis dislike atau pengemis lainya saya harap ga ada lagi mental pengemis. Saya lebih suka membeli barang sama orang yang sudah tua berjualanatau maaf kurang mampu karena mereka lebih berusaha mencari duit daripada hanya sekedar mengemis.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics