Serunya Cerita Teman Sebangku
Saat sekolah dasar, enam tahun bersama teman sebangku berganti-ganti beberapa orang. Yang diingat maupun yang sudah lupa keduanya tentu saja tetap teman saya yang tidak akan ada “bekasnya”. Namun karena jarak dan waktu, menyebabkan lupa semakin menebal dan membuat kabur semua lembaran ingatan.
Febby, Hendy, Ningsih Yati, dan Deris, teman satu bangku yang masih saya ingat di sekolah dasar. Semua lost kontak karena sejak kelulusan tahun 1993 saya mencal sendiri pindah ke luar kota, meninggalkan kota Bandung dengan segala kenangannya. Eh, enggak deh! Ada Deris, yang sekarang masih silaturahmi meski lewat jejaring sosial. Ada juga Wina yang sekarang sama-sama bisa silaturahmi di dunia maya. Cuma saya lupa pernah duduk sebangku tidak ya sama Wina yang sekarang makin solehah ini.
Teman satu bangku di Tasikmalaya saat SMP masih teringat dan selalu ingat karena cuma tiga orang. Popon Kornelis, Hera Nurani dan Nani. Selain teman satu bangku, mereka juga anggota genk (ceile anak kampung aja punya genk ya, hahaha) RETAK PUNK genk kami namanya bersana Yani Nuryani, Entin Kartini, Ningsih, dan lupa siapa lagi. Dari semua teman-teman di SMP belum ada satu pun yang pernah jumpa sampai sekarang karena setelah lulus saya sendiri langsung pindah lagi ke Cianjur.
Sebagian ada kabarnya sih. Hera, sempat telepon dan sms-an. Terus Yani yang kini tinggal di Ciracas Jakarta Timur masih jadi kontak di BBM meski jarang kabar-kabaran. Selebihnya yang satu angkatan silaturahminya di group jejaring sosial. Satu sama lain saling memberitahukan.
Eh, kalau teman satu angkatan ada sih yang pernah ketemu. Deti misalnya tidak sengaja bisa jumpa di Pabrik Kahatex Rancaekek karena beberapa teman ada yang bekerja di perusahaan kain tersebut sementara saat sekolah SMA itu saya sering main ke sana buat ketemu sodara yang juga bekerja di sana.
Saat SLTA di Cianjur, kelas satu saya sebangku dengan Emis Maesaroh yang kini berkeluarga dan tinggal di Yogyakarta. Sering jumpa setelah sekian belas tahun berpisah. Ya, kami ketemu lagi setelah ia menikah dan menetap di Bekasi. Setelah saya menikah, Emis dan keluarga pindah ke Yogyakarta. Hingga saat ini sudah tiga atau empat kali saya berkesempatan mengunjungi rumahnya jika kebetulan saya tengah ada acara ke Yogyakarta.
Tengah Mei ini kami berencana ke Yogyakarta moga kita bisa ketemuan lagi ya, Mis 🙂
Kelas dua, saya sebangku dengan Lina Herawati. Orangnya cantik, manis dan putih. Sampai saat ini saya belum pernah jumpa Lina lagi. Padahal setelah saya menikah saya sering lewat rumah orang tuanya di Tanggeung. Di jejaring media sosial pun saya dan teman-teman tidak menemukan nama atau kabar-kabarnya. Pernah sih ada kabar Lina tinggal di Bogor dan menjadi guru sekolah dasar. Cuma entah kenapa untuk memastikannya seolah tidak ada keberanian. Padahal saat sekolah beberapa kali saya main ke rumah Lina, dan akrab sama Ledi, adiknya.
Kelas tiga, sungguh saya lupa tidak tahu satu bangku sama siapa. Soalnya, saat kelas tiga itu, Pak (almarhum) Ate Ismail yang jadi wali kelas kami di jurusan IPA menyarankan untuk selalu duduk berpindah dan mencari suasana baru. Jadilah yang saya ingat, siapa saja bisa duduk dengan siapa dan dimana yang diinginkan. Kecuali yang datang terlambat, dia gak bisa memilih karena mau tidak mau harus duduk pada bangku yang tinggal sisa saja.
Jadi rindu teman-teman sebangkuku.
Udah pada nggak ada kabar dan beberapa ada yang merantau jauh
Semga mereka selalu dilindungi aamiin..
Wah, aku sering sebangku dengan teman cowok loh xixiix….
jadi teringat teman2 semasa smp sma yang sekarang juga cuma bisa kontak lewat sosial media. Aiihh tulisan teteh mengingatkan teman sebangkuku jugaa
Teman sebangku SD saya yang paling saya ingat adalah Lidya. Dia sebangku dengan saya waktu kls 1. Anaknya baik banget tapi sayang tinggal kelas
Ah jd kangen teman2 sebngkuku.
Tapi teman sebangkuku SMP akhirnya sama2 pindah Jkt dan kami saling kopdar sih hehe 😀