Anakmu Cermin Kepribadianmu
Siang bolong ga sengaja nonton video yang mengisahkan majikan yang memperlakukan kurang baik pekerjanya. Mengalami berbagai sikap majikan, banyak dengar cerita teman-teman tentang pekerjaan dan majikannya, saya pikir ending dari kisah dalam video itu bisa ditebak. Ternyata saya salah sodara-sodara!
Video berdurasi sekitar 8 menit itu memang menceritakan majikan yang pada umumnya pada jaman saya (jaman saya itu entah jaman mana loh ya…) selalu menganggap pekerja tidak ada artinya. Menuntut pekerja bekerja maksimal, tapi hak pekerja sama sekali tidak diberikan.
Pekerja harus bekerja keras, cekatan dan sempurna di mata majikan sementara si pekerja sendiri makannya tidak diperhatikan, istirahatnya tidak sesuai perjanjian kerja, begitu juga hak mendapat libur malah dihapus dengan semena-mena tanpa ganti upah.
Mungkin kejadian dan fenomena itu sudah biasa. Majikan merasa tidak ada yang dirugikan. Toh mengambil pekerja sudah sepenuhnya segala urusan diserahkan kepada agency atau calo nya.
Orang menganggap tidak ada yang salah. Tapi justru si majikan itu sendiri merasa terhampar dan merasa benar-benar bersalah manakala satu hal yang tidak diinginkannya justru menimpa kepada anak nya sendiri.
Dalam video itu ada adegan majikan mencak-mencak kepada pekerja rumah tangga, majikan mendorong pekerja dengan kasar dan meneriaki pekerja dengan istilah yang sangat tidak pantas. Adegan majikan yang memperlakukan pekerja semaunya itu disaksikan oleh anak majikan.
Dampaknya?
Suatu saat majikan mendapat telepon dari guru sekolah anaknya. Mendapat informasi jika anaknya telah melakukan hal yang sangat tidak baik di sekolah dan karena itu harus mendapat hukuman.
Jelas sang majikan tidak enak hati. Kesal, marah, malu dan entah perasaan apa lagi yang harus dialaminya ketika ia harus menjemput anak dan menghadap gurunya sekaligus. Namun meski demikian majikan ini tetap datang ke sekolah.
Gurunya menceritakan hal tidak baik apa yang telah dilakukan si anak di sekolah hingga ia mendapat hukuman dan dirinya sebagai orang tua si anak harus dipanggil dan menyelesaikan bersama permasalahannya. Bahwa anaknya sering memperlakukan teman-temannya dengan kasar, mencemooh orang lain dengan kata-kata yang sangat tidak pantas (guru sendiri tidak habis pikir darimana si anak dapat kosa kata yang tidak pantas disebutkan anak sekolah macam dia). Termasuk menendang dan mendorong seorang pekerja yang sedang mengantar anak majikan yang tanpa sengaja pekerja itu menyenggol dirinya.
“Saya sangat bingung kenapa anak Anda bisa berperangai buruk demikian? Padahal sebelumnya tidak… Adakah yang bisa Anda jelaskan pada kami, bagaimana keseharian anak Anda di rumah atau setelah pulang dari sekolah sehingga bisa kasar seperti itu..?” Tanya guru kepadanya…
Sang majikan tidak bisa menjawab. Tapi ribuan adegan yang sudah ia perankan kembali terekam ulang dalam benaknya. Jelas dan sedikitpun tidak ada yang meleset. Anaknya tidak salah bergaul, anaknya tidak pernah keluar rumah selain ke sekolah, tapi anaknya menjadi satu-satunya penonton di rumah yang menyaksikan bagaimana buruknya ia memperlakukan pekerjanya.
Anaknya melakukan perbuatan kasar serta mengucapkan kalimat buruk yang tidak pantas diucapkan kepada sesama di sekolah karena belajar dan mencontoh dari dirinya!
“Anakmu Cermin Kepribadianmu…”
Kalimat itu terus terngiang di telinganya dan berputar-putar di atas kepala sungguh membuat teramat memusingkan.
“Maaf Bu Guru. Saya kira saya tahu penyebabnya. Saya akan perbaiki dan semoga bisa merubah sifat buruk anak saya nanti…” ucap sang majikan seraya pamit dan mengajak anaknya pulang.
Sesampainya di rumah, seperti biasa si anak melemparkan tas dan sepatunya semau gue. Toh ada pekerja yang bakal beresin, pikirnya.
Tapi ibunya, sang majikan segera menyuruh pekerja tidak mengambil dan membereskan semua itu. Dengan senyum dan kemah lembut ia mengajak anaknya mulai saat itu untuk menyimpan sepatu pada tempatnya sendiri. Bukan hanya si anak, tetapi sang majikan juga. Ini tentu saja membuat pekerja melongo… Aneh, tidak biasanya…
Begitu juga selanjutnya, perlakuan dan nada bicara majikan kepada pekerja berubah total jadi sopan, menghargai, dan menganggap seperti bagian dari keluarga nya. Rupanya sang majikan telah sadar. Perlakuan kasar nya kepada pekerja dicontoh anaknya memperlakukan kasar teman-teman serta orang kain di sekolahnya. Ia malu dan tidak ingin anaknya dewasa nanti bermasalah. Meski ia selama ini berkarakter tidak baik kepada pekerja, namun ia tidak ingin anaknya kelak berkarakter buruk seperti dirinya.
Ini mungkin bisa jadi pelajaran buat kita, tidak hanya bagi pekerja di rumah atau tetangga sebelah, tapi buat semuanya bahwa etika dan karakter baik itu sudah sepatutnya kita pakai. Rasulullah sendiri yang mencontohkan bagaimana sikap teladannya begitu baik meski terhadap musuh atau orang yang membencinya sekalipun!
Berbuat baik bukan karena biar ditiru anak, tapi memang sudah kewajiban sebagai manusia untuk berlaku baik dan adil terhadap sesama dan mahluk ciptaan Nya.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
Bnr teh, mangkanya kudu hati2 ya. Sebnarnya anak adalah guru tidak langsung terhadap orang Tua,,, mereka hanya menurutku apa yg kita lakukan bukan apa yg kita ucapkan.
aku baru aja nonton video serupa, tentang bagaimana anak meniru orang tua. Di situ orang tuanya buang sampah sembarangan, marah-marah, merokok, dan anak di sampingnya langsung menirukan. Mirissss!
Setuju sekali deh klo anak kita cerminan diri. Nah jafi waspada setelah punya anak. Takut gak sengaja berbuat yg tak baik lantas dicontoh si anak. Ngeri juga lihat adegan nyata di sekolah ketika ada siswa kasar banget. Pasti bapaknya kayak gitu. Hehe