Rahasia Bawa Anak Naik Gunung
Imunisasi bayi saya anggap sebagai salah satu faktor penunjang anak sehat dan kuat sehingga anak mampu dibawa melakukan perjalanan ekstrim, seperti naik gunung yang sudah kami lakukan minggu kemarin.
Ya, setelah saya share foto naik Gunung Ciremai 3078 meter di atas permukaan laut (mdpl) bersama Fahmi, putra kami yang berusia 5 tahun, banyak teman dan saudara yang terbengong-bengong seakan itu sesuatu yang tidak mungkin.
Begitu juga saat sedang melakukan pendakian, sejak pendaftaran, kumpul di sekretariat, lalu meeting point di basecamp sampai perjalanan naik turun banyak juga yang bertanya kok bisa mendaki gunung bawa anak?
Tidak sedikit yang terperangah ketika saya jelaskan kalau pendakian ke Gunung Ciremai ini bukan yang pertama kali bagi Fahmi. Sebelum nya, waktu hamil Fahmi usia 3 bulan sudah saya gembol ke Gunung Rinjani. Usia dalam kandungan 6 bulan lagi saya bawa nanjak ke Gunung Semeru. Istirahat sampai Fahmi usia 3,5 tahun Fahmi sudah kami bawa naik Gunung Slamet dan usia 4,5 tahun naik Gunung Sindoro di Jawa Tengah. Jadi ke Gunung Ciremai ini bukan sebagai hal yang baru bagi kami.
https://www.instagram.com/p/Bmw5OthhWxz/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1gulg68t56qde
“Kok bisa sih Teh bawa anak naik gunung, rahasianya apa?”
Banyak yang bertanya demikian, khususnya peserta pendaki yang masih lajang. Ada juga sebagian pendaki yang sudah berkeluarga dan mengaku ingin juga bawa anak serta istrinya saat ikut pendakian selanjutnya.
Hemm… Saya harus jawab apa ya?
Mendaki gunung itu bukan hanya gaya-gayaan atau sekadar lifestyle. Tapi ada pengorbanan yang sangat banyak di dalamnya. Alasan naik gunung bukan cuma pengen dapat foto selfie cakep, tapi ada hal yang jauh lebih mendasar dari itu. Jadi kalau niatnya naik gunung cuma buat terlihat keren saja, lebih baik jangan lakukan. Apalagi bawa anak atau istri, bukannya nyaman serta asyik,yang ada bisa repot dan sakit.
Kebetulan saja saya mau diajak suami mendaki gunung. Da kalau mengingat capek serta repot mah ngapain atuh harus naik naik dan nanti turun lagi? Udah pasti capek, kenapa mainnya gak ke pantai saja yang bisa dijangkau dengan kendaraan? Atau mainnya di mall saja yang pasti ber AC? Ini mungkin karena prinsip yang berbeda saja. Ada yang suka gunung, ada yang suka pantai. Kalau saya sih mau gunung mau pantai apalagi mall, semua suka-suka saja.
Jadi semua kembali kepada niat. Kalau niat sudah kuat apapun insyaallah akan terlalui dengan baik.
Lain lagi kalau anak. Mungkin dia tidak ada niat naik gunung, Fahmi bisa ikut mendaki karena kebetulan saja saya dan ayahnya akan sama-sama mendaki. Dari pada Fahmi sendirian, dititip sama nenek atau keluarga lain kami tidak mau, jadi pilihannya Fahmi kami bawa saja. Dan ternyata Fahmi memang menyukainya.
Suka, enjoy, saya rasa itu yang bisa bikin anak nyaman bisa naik gunung. Selain kesehatan dan stamina anak yang harus fit pastinya.
Untuk menjaga kesehatan anak, kita sebagai orangtua pastinya harus menerapkan sekaligus memberi contoh menjalankan pola hidup sehat. Makanan bergizi, istirahat cukup, olahraga teratur dan sejak dini imunisasi bayi jangan sampai terlewat.
Kalau anak sudah suka dan menikmati perjalanan mendaki gunung, kita tidak akan terlalu kerepotan saat membimbing dan mencapai tujuan. Kapan anak mau jalan, kapan anak mau istirahat, kita sebagai orang tua mengikutinya saja.
Jangan sekali-kali memberi racun (pemahaman) kalau kita mendaki gunung itu tujuannya ialah puncak. Saya sendiri tidak pernah bilang ke Fahmi kita harus sampai puncak. Meski itu ambisi dalam lubuk hati, tapi di depan anak hal itu tidak pernah saya perlihatkan.
Yang ada dalam perjalanan itu saya berusaha tanamkan berbagai sikap baik seperti sabar, mau menolong yang lain, belajar hidup dalam keterbatasan, tetap bisa berbagi, semangat dalam mencapai sesuatu yang diinginkan dan tetap bersyukur serta menjalankan kewajiban sebagai umat, meski kondisi sangat darurat.
Jadi intinya saya bawa anak naik gunung sebagai cara untuk mendidik anak berbagai karakter baik sejak dini. Bukan untuk mencapai puncak.
Saya akan sangat mengapresiasi Fahmi jika mau ikut membawakan atau memberi air bagi teman yang kehabisan bekal air meskipun pendakiannya tidak sampai puncak. Saya akan sangat menghargai usaha Fahmi yang mau tetap membawa sampah di saku celananya hingga menemukan tempat sampah di basecamp saat turun meskipun Fahmi tidak kuat lagi meneruskan perjalanan sampai pos terakhir.
Hal-hal baik (yang bagi sebagian orang sebuah remeh temeh) seperti itu sangat berharga bagi kami, dibanding foto kebahagiaan di puncak gunung tapi anak tetap egois, tetap buang sampah sembarangan atau anak bersikap manja.
Itu saja dulu, cerita lainnya menyusul ya 🙂
Teh Okti, saya terharu banget bacanya. Iya ya bisa sambil mengajarkan karakter buat anak biar anak bisa berbagi juga yah
Banyak manfaat mendaki gunung dan Fahmi beruntung sekali sudah mendapatkan pengalaman berharja sejak dini, proud of Fahmi
Luar biasa Amiiiii meni kuatan ih, hebat!
Mberi pngalaman pada anak kyk gini pasti akan ada memory yg luar biasa y teh yg nti akn d kenang keren … teh.. anak akn blajar proses utk smo k puncak
Ini salah satu goal aku Mba, bisa naik gunung bawa anak, memang banyak manfaat dari mengenalkan anak ke alam, apalagi naik gunung butuh fisik yang prima, karena semoga organ tubuh bekerja maksimal saat naik gunung. Semangat!
Sumber kekuatan hidup jg dr alam ya kaka
Alhamdulillah yaa, ada kesempatan ajak anak eksplor alam, jadi sejak dini anak sudah mencintai alam
Seruu bangat ya Teh bisa naik gunung sama keluarga dan bawa anak. Dan naik gunung itu memang banyak manfaatnya dan sekaligus sebagai cara untuk mendidik anak mencintai alam ya Teh.
Ya Allah teh. . Lagi hamil 6 bulan di bawa naik gunung apa rasanya?
Duh… Teh okti bener2 perempuan setrong euy… Pantes ya, buah jatuh gak dari pohonnya teh bener ada. Fahmi doyan dan enjoy naik gunung, ya tetehnya juga enjoy aja naik gunung walapun lagi berbadan dua..
Keren banget Teh Okti…. Sendiri aja udah rempong naik gunung apalagi bawa anak ya.riweuh pisan hehe, tapi kalau suami istri seneng naik gunung mah jadi enjoy aja ya…Malah menikmati kebersamaan sambil mendidik anak cinta alam, lingkungan…
Sukaaaa… Kalau bisa kembali ke masa lalu..mau da ngajakin anak berpetualang sejak masih dini, banyak hal yang bisa diajarkan pada anak ya, Goodluck teteh ..seru seru asyik kayaknya nih 😀
Petualangan seru naik gunung yaa Teh..
Dari kecil anak sudah diajak pula jadi banyak hal yang bisa diajarkan ke mereka supaya ketika dewasa bisa jadi pendaki gunung yang tangguh*
aku belum sih ajak anak ke gunung, tapi kalo hiking ke lokasi air terjun udag beberapa kali, kuat sih mereka, asal kita siapkan makanan yang banyak
Pasti seru banget nih mbak ajak anak ke gunung, pastinya memiliki kesan tersendiri ya mbak. Mupeng buat naik gunung juga