Kumaafkan Belum Tentu Kulupakan

Namanya manusia, pasti tidak lepas dari salah. Sudah hukum alamnya secara benar selalu bukan malaikat, salah melulu juga bukan setan yang dilaknat.

Ada banyak kesalahan yang dibuat teman, orang terdekat, atau bahkan pasangan, yang sampai sekian lama masih saja menghantui pikiran.

Menurut psikolog beberapa kesalahan yang tidak mudah termaafkan seperti tindakan melakukan kekerasan fisik, selingkuh alias pengkhianatan, berbohong yang berkepanjangan, pelecehan baik psikis maupun emosional, dan kelakuan tidak bertanggung jawab lainnya.

Meski ada saja orang yang bisa dengan mudah memberikan maaf dan pengampunan kepada pelaku tindakan tersebut namun tidak mudah sebenarnya untuk bisa melupakan semuanya.

Lalu kenapa dimaafkan kalau tidak bisa mengikhlaskan?

Ada banyak hal yang menyebabkan kita sebagai manusia harus saling maaf dan memaafkan. Sewaktu masa pandemi covid-19, saya pernah ikut kajin dan salah satu tema yang dibahas terkait maaf memaafkan serta ikhlas dan mengikhlaskan ini.

Adalah Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc.,MA yang menuliskan tentang puluhan sebab kenapa harus memaafkan.

Menurutnya, sifat memaafkan bukanlah sifat yang patut disepelekan, melainkan sifat mulia karena memaafkan adalah sifat yang agung dan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan bahwa perangai ini merupakan salah satu dari ciri-ciri penghuni surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan hal memaafkan ini dalam firman-Nya

“(yaitu) Orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”

(QS. Ali-’Imran : 134)

Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfrman

“Dan memaafkan itu lebih dekat kepada takwa.”

(QS. Al Baqarah : 237)

Masih ada firman lainnya: “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

(QS. An-Nur : 22)

Secara langsung diperintahkan Allah SWT, menandakan jika begitu pentingnya sifat memaafkan. Sebagaimana sifat pemaaf Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Menurut Ustadz Firanda, manusia hendaknya bisa memaafkan dan meyakini bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakan perilaku seorang hamba, sehingga benar atau salah sesungguhnya ada Dia yang membolak-balikkan hati.

Meyakini bahwa musibah menimpa karena dosa-dosa yang dimiliki, jika sudah memahami kesalahannya bukankah manusia berkesempatan untuk memperbaikinya juga?

Sebaiknya yakini juga bagaimana besarnya ganjaran Allah Subhanahu wa ta’ala atas orang-orang yang memaafkan, sehingga sekeras apapun hati kita, jika keridhoan Allah yang dicari tak mungkin kita membangkang.

Banyak kisah dan pengalaman yang menggambarkan bahwa memaafkan akan membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati terhadap orang lain. Dengan memaafkan, hati menjadi lebih lapang dan tenang.

Orang yang mampu memberikan maaf, pasti hatinya meyakini bahwa memaafkan akan menambah kemuliaan seseorang, kemuliaan yang muncul dari dasar hati.

Orang yang memaafkan juga diyakini kesalahannya akan dimaafkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Sebaliknya, jika kita tidak memberikan maaf, apalagi sampai balas dendam dan membalas kezaliman orang lain, sesungguhnya itu hanya akan membuang-buang waktu, dan memungkinkan hilangnya maslahat yang besar sepanjang kehidupan ini.

Apalah kita, jika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saja Beliau tidak pernah melakukan pembelaan terhadap dirinya. Karena sesungguhnya balasan itu dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Padahal orang yang memaafkan akan dicintai dan diridhai, serta akan dibersamai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Orang-orang diyakini akan mudah memberikan maaf jika tahu sifat bersabar itu  adalah separuh iman.

Sifat orang yang mau memaafkan akan melatih dirinya untuk bisa mengendalikan hawa nafsu. Kemuliaan nya orang yang bersabar dan memaafkan akan ditolong oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Meski memaafkan itu tidak mudah, tapi sudah banyak kejadian dengan memaafkan akan menghentikan kezaliman orang kepada diri kita sendiri dan lingkungan sekitar.

Sebaliu, melakukan membalas kezaliman hanya akan menambah kezaliman orang lain terhadap diri kita. Membalas kezaliman hanya akan menjerumuskan seseorang kepada kezaliman pula. Sementara kezaliman yang dialami seseorang justru akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat seseorang tersebut.

Bisa dibayangkan jika si A melakukan kezaliman kepada kita, lalu kita tidak memaafkannya dan bahkan balik menzaliminya, ia yang kemudian merasakan (balasan) kezaliman kita, justru akan dihapuskan dosa-dosanya dan bahkan diangkat derajatnya. Bukankah jika demikian, kita sendiri yang merugi?

Memang mending segera memberikan maaf meskipun tidak diminta, karena memaafkan adalah kekuatan untuk melawan orang yang berbuat zalim.

Dengan memaafkan akan membuat orang yang menzalimi menjadi merasa rendah. Sehingga dengan satu perbuatan memaafkan saja, sudah akan melahirkan kebaikan-kebaikan yang banyak yang mengiringinya.

Maaf dan memaafkan sudah menjadi nasihat baik yang diajarkan dalam agama Islam. Bahwa sesama manusia harus saling memaafkan atas kesalahan yang pernah diperbuat. Di mana orang yang membuat kesalahan harus mengakui dan memohon maaf dengan tulus, sama juga dengan orang yang menerima perlakuan buruk juga wajib memaafkan dengan ikhlas.

Tapi pada kenyataannya, meski begitu, dalam hubungan sesama manusia, tentu maaf dan memaafkan bukan suatu hal yang gampang dilakukan.

Di mana sebagian orang mungkin merasa sulit untuk memaafkan seseorang yang telah melakukan kesalahan besar padanya. Apalagi jika kesalahan tersebut telah menyakiti hati atau membawa kerugian lainnya. Hehe, ini mah murni curhat saya…

Sementara dalam Islam sudah dijelaskan jika setiap umat muslim diharuskan untuk meneladani sifat mulia Allah yaitu pemaaf.

Namun, Allah SWT juga tidak melarang jika hamba-Nya tidak ingin memaafkan kesalahan seseorang. Sebab, hal ini sudah hak dari setiap manusia, meskipun pada akhirnya orang yang tidak memaafkan akan mendapatkan kerugian seperti yang sudah diuraikan di atas.

Jika posisi kita berada dalam kondisi yang melakukan kesalahan, minta maaf lalu katanya tetap tidak dimaafkan, apa yang harus dilakukan?

Islam sudah mengatur semuanya . Dijelaskan bagi orang yang tidak dimaafkan, Rasulullah telah mengajarkan bacaan doa khusus yang bisa diamalkan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah.

Doa Saat Kesalahan Tidak Dimaafkan

Rasulullah SAW menganjurkan sebuah doa yang bisa dibaca ketika kita tidak mendapatkan maaf dari orang lain. Berikut bacaan doa saat kesalahan tidak dimaafkan :

“Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki dosa kepada-Mu dan dosa yang kulakukan kepada makhluk-Mu. Aku bermohon Ya Allah, agar Engkau mengampuni dosa yang kulakukan kepada-Mu serta mengambil alih dan menanggung dosa yang kulakukan kepada makhluk-Mu.”

Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa maaf dan memaafkan adalah anjuran yang diajarkan dalam agama Islam. Meskipun begitu, Allah tidak melarang setiap hamba-Nya untuk tidak memaafkan orang lain yang berbuat salah. Sebab, itu sudah menjadi hak dari setiap manusia dalam bersikap dan berperilaku pada orang lain.

Tentu, bagi orang yang melakukan kesalahan dan tidak dimaafkan, ini menjadi hal yang sulit. Ketika upaya untuk meminta maaf sudah dilakukan dengan baik, namun tidak dimaafkan oleh orang yang dituju, maka jalan satu-satunya adalah memohon pertolongan dari Allah.

Dari bacaan doa tersebut, dapat dipahami bahwa Allah lah yang menjadi penolong hamba-Nya yang mengalami kesulitan. Dengan doa tersebut bisa memohon ampunan kepada Allah, sekaligus meminta pertolongan agar bisa membukakan pintu maaf dari orang yang dimaksud.

Jika orang tersebut tidak juga memaafkan, tenang saja, doa tersebut dapat membantu untuk memohon kepada Allah agar memberikan imbalan kebaikan dan pengampunan doa pada orang yang dimaksud. Toh walaupun ada pihak yang sangat mudah memberikan maaf, tapi belum tentu dapat mengikhlaskan semuanya. Dengan begitu, semoga kondisi hati bisa sedikit merasa lebih lega, ya.

Wallahualam

5 thoughts on “Kumaafkan Belum Tentu Kulupakan”

  1. Memaafkan dg sebenar-benarnya menurut ku susah. Ya..hanya org2 tertentu yang mampu melakukannya dg ringan hati. Aku sendiri terus terang masih harus banyak belajar tentang hal ini. Terimakasih sharing nya Teh..

    Reply
  2. Memaafkan memang tak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Saya juga pernah mengalami di fase-fase itu. Difitnah sedemikian rupa. Tapi saya percaya Allah Maha Tahu dan Adil. Saya memilih menyerahkan ke tanganNya. Daripada jadi pendendam atau nimbun ‘sampah’.

    Reply
  3. Lengkap dengan ayat-ayatnya. Jadi reminder banget ini. Tapi memang sampai saat ini pun saya sangat mudah untuk memaafkan, karena untuk melupakan itu butuh proses

    Reply
  4. Dulu saya memang sulit memaafkan orang yang pernah menyakitiku, tapi malah itu menyiksa diriku sendiri. Akhirnya setelah berbagai macam proses, kini saya bisa memaafkan mereka walaupun itu sangat pahit dan sakit.

    Tidak mudah memang memaafkan orang, tapi untuk apa masalalu diungkit-ungkit karena hanya menimbulkan penyakit fisik mental. Lebih baik tatap masa depan dan berbuatlah kebajikan agar hidup senantiasa jauh dari fitnah dunia.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics