Bagaimana Orang Tua Memahami Anak dan Aksi Bullying?

Bagaimana Orang Tua Memahami Anak dan Aksi Bullying?

Tiba-tiba berangkat sekolah ingin diantar, kan saya jadi heran. Padahal sebelumnya berangkat sendiri saja. Ada apa gerangan?

Pikiran saya langsung melesat jauh. Jangan-jangan anak mendapat perlakuan tidak menyenangkan di sekolah. Atau ia punya masalah di sekolahnya?

Bayangan soal kasus bullying yang banyak diberitakan di media langsung berkelebat di kepala. Tidak menutup kemungkinan, kasus perundungan juga menimpa anak kita? Jika iya, faktor apa saja yang menyebabkan anak menjadi korban bullying di sekolah?

Pernah baca di media, kalau aksi bullying ata7 istilah lainnya perisakan, atau perundungan, adalah tindakan agresif yang dilakukan secara verbal maupun fisik, yang sifatnya mengganggu, merusak, maupun melukai orang lain.

Bisa saja aksi itu berbentuk ejekan, cemoohan, ancaman, meminta barang atau uang dengan paksa, maupun kekerasan fisik. Aduh saya jadi gak enak hati. Segera saya peluk anak saya dan mengangguk, menyanggupi kalau nanti akan mengantarkan ke sekolah.

Saya harus bisa mengorek keterangan dari anak. Jangan sampai ia merasa sendirian jika benar mengalami perundungan. Saya harus ada menjadi tempat anak bercerita, supaya anak tidak cemas, dan hal negatif lainnya.

Teringat obrolan salah seorang ibu yang anaknya sekelas dengan Fahmi, putra saya. Dulu, kakaknya (mungkin) jadi korban bullying. Hanya si anak tidak bicara. Setelah dewasa, ia baru bilang ke adiknya yang tidak lain kawan sekelas Fahmi itu, katanya di sekolah jangan terlalu pendiam. Karena jika terlalu diam, orang akan dengan mudah menjadikan objek bullyan. Dan itu mungkin pengalaman sendirinya.

Ibunya merasa kaget. Pantas saat sekolah dulu si anak sering kehabisan bekal, habis uang jajan, dan sebagainya. Mungkin karena dipinta sama temannya yang lebih berani itu…

Menurut si ibu memang bisa dibedakan anak yang bersikap normal, dan anak yang menjadi korban penindasan di sekolah, akan menunjukkan tanda-tanda mengalami bullying yang bisa diamati. Misalnya anak jadi sangat ketakutan untuk kembali ke sekolah. Nah lho! Saya jadi makin curiga sama Fahmi…

Tapi saya ingat-ingat sikap dan perilaku Fahmi di rumah biasa saja. Lalu kenapa ia tiba-tiba minta diantar berangkat ke sekolah ya?

Baca juga “4 hal penting ini perlu diketahui orang tua dan guru dalam mengatasi bullying”

 

Setelah sarapan, saya tanya baik-baik Fahmi, kenapa ingin diantar ibu, padahal sebelumnya tidak. Apa jawabnya? Ia ingin beli mainan dan kalau diantar ke sekolah jadi ibu yang membelikan mainan itu. Saya narik nafas dan mengeluarkannya lega. Dasar anak. Enggak tahu apa kalau ibunya ini udah curiga dan pikirannya jauh kemana.

Tapi saya kira orang tua memang wajar dan harus mencermati jika terjadi perubahan pada anak, siapa tahu ia punya masalah di sekolahnya dan tidak berani mengadu, ya kan?

Apalagi kalau anak kita memiliki hal yang bisa jadi pemicu orang lain untuk melakukan perundungan. Seperti anak kita pintar, anak kita tidak punya banyak teman, anak kita termasuk siswa yang disukai di sekolah (yang sering dilakukan ‘geng murid perempuan’ popular, terhadap anak perempuan lain), anak dengan kebutuhan khusus, anak dengan keunikan fisik, anak yang berasal dari suku, etnis, ras, dan agama beda.

Pernah dengar pada 2017, seorang murid SD dengan ciri fisik menyerupai mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menjadi korban bullying. Akibatnya, ia malas masuk sekolah, dan mengalami ketertinggalan pelajaran. Akhirnya, ia harus pindah sekolah.

Gimana bantu korban bullying?

Jaman sekarang, aksi perundungan itu nyata terjadi. Tidak di kota atau di desa. Dan waspada karena siapa tahu itu terjadi pada anak kita. Apabila anak menjadi korban perundungan, lakukan hal berikut:

  • Katakan kalau kita peduli
  • Sampaikan kalau ia dibully itu bukan kesalahannya
  • Coba hubungi instansi terkait misalnya pihak sekolah
  • Menemui anak yang menjadi pelaku bullying
  • Jika kondisi mental anak sudah parah karena mengalami bullying jangan segan hubungi psikolog atau psikiater untuk tindakan lanjutan.

Perisakan atau bullying di sekolah merupakan keadaan serius, yang harus kita tangani. Apabila dibiarkan, anak akan tidak bersemangat untuk belajar sehingga membuat performa akademiknya menurun. Membiarkan anak terus di-bully juga akan membuat ia rentan untuk menderita gangguan mental, seiring tumbuh kembangnya.

Sebaliknya terhadap anak yang melakukan perundungan kita pun harus peduli. Jangan sampai justru menjauhinya atau malah memusuhi nya.

Apa pendapatmu ketika menyaksikan orang dibully habis-habisan karena kesalahannya? Bagaimana cara membela yang objektif terhadap para pembencinya?

Kalaupun si anak memang bersalah, tetap tindakan semena-mena itu tidak dibenarkan. Jika memang bersalah, proses akan kesalahannya saja, tidak merembet ke hal lain apalagi menyangkut cemoohan karena sifat, karakter, suku, ras dan sebagainya yang justru tidak ada hubungannya dengan kesalahan yang dilakukan.

Berikan penjelasan dan pendekatan secara terus menerus kepada mereka yang membenci si anak jika manusia itu tidak ada yang sempurna. Kesalahan bisa diperbaiki bukan dengan membully justru itu akan menimbulkan permasalahan lain. Cmiiw.

20 thoughts on “Bagaimana Orang Tua Memahami Anak dan Aksi Bullying?”

  1. Saya waktu kecil suka dibully, bahkan dari TK A. Tapi saya survive sampai akhirnya berani balas pada saat kelas 3, saking sebalnya.

    Ternyata ini menurun ke anak pertama, dia di bully dari TK B, so far bisa diatasi sampai kelas 1, ketika si pembully pindah sekolah. Eh kelas 2 anak itu pindah ke sekolah yg sama lagi, akhirnya sampai sekarang kelas 4 masih sering di bully. Baik fisik maupun verbal. Setiap tahun kalau sudah gak kuat, anak pertama pasti minta ditemenin di sekolahan dari pagi sampai siang, atau malah bolos sekolah.

    Sayangnya pihak sekolah tidak menganggap serius. Pihak ortu pembully nggak dikasih tahu, jadi saya sebal sendiri

    Reply
  2. Biasanya anak pelaku perisakan berasal dari keluarga yang orang tuanya tidak peduli untuk mengajarkan adab dan akhlak pada anak. Anak yang bermasalah dengan merisak anak lain pada akhirnya akan merugi, gagal bersosialisasi dengan baik dalam masyarakat, menjadikan dirinya sebagai stigma jelek yang akan melekat lama jika tidak mengubah kebiasaan. Tidak peka dan menjelma biang kerok,
    Saya tidak suka pada anak yang suka merisak karena kala kecil juga kerap jadi korban perisakan. Kenyataannya orang tua perisak sendiri kurang peduli untuk mengajarkan anaknya bersikap lebih baik pada sesama.

    Reply
  3. Anak saya pernah mogok sekolah seminggu gegara ini.
    Saya lebih memilih pendekatan pada anak, krn hal seperti itu bakal sering ditemukan, dia harus bisa menjaga pikirannya.
    Terkadang anak2 sekarang becandanya juga suka kelewatan. Kita orangtua yg dengar terkaget2 omongan mereka, tapi bagi mereka itu bahasa sapaan 🙁 .

    Reply
  4. Masih suka bingung aku kenapa masalah bullying ini tetap terjadi ya. Banyak banget pemberitaan mengenai hal ini. Padahal kalau tiap orang tua memberi pengertian pada anak-anak tak jadi pelaku bullying dan di saat yang sama mampu memahami anak yang mengalami bullying, mungkin bisa mengurangi kasus bullying. Masalah lainnya, kadang malah orang dewasa yang melakukan bullying ,,, ini yang susah nih ngasih pengertiannya.

    Reply
  5. Sedih ya teh kalau ada anak kena perundungan atau pembulian, apalagi kalau anak itu anak kita atau kita kenal dekat. Baca yang jauh aja nyesek banhet gitu.

    Semoga tidak ada kejadian pembulian hingga penghilangan nyawa pada anak. Aamiin

    Reply
  6. Anak kelas 1 SD aja banyak yang udah bisa ngebully temennya tuh apa karena penguaruh televisi juga ya. Sebagai orang tua jangan diam aja kalau melihat hal kaya gini karena kalau didiamkan nanti malah makin menjadi

    Reply
  7. Zaman aku dulu sekolah perasaan ga ada bullying ya… Sedih liat kondisi zaman skrg tuh… kasian banget sama korban bullying banyak jg yg sampe depresi huhu

    Reply
  8. nyaris di semua tempat, baik itu di sekolah maupun di tempat bermain, selalu ada perilaku bullying, jadilah anak tidak menyadari ketika dia dibully temannya karena merkea pikir itu bagian dari pertemanan dan permainan. tugas ortu ya yang harus ngasi pemahaman pada anak agar anak tahu dan sadar

    Reply
  9. Seeih banget emang sih kalau anak kita jadi korban bullying pasti terkuka batinnya dan trauma. Saya sendiri soalnya korban bullying dan jadi kurang PD waktu itu. Untuk mencegahnya saya sednpiri menanamkan ke anak-kalau ada yang ngatain atau apa bilang ke Mama dan bersikap cuek, namun kalau udah keterlaluan ya lawan.

    Reply
  10. Gak habis fikir sama anak-anak atau pelaku bullying, kayak orang yg kurang kerjaaan. sukanya gangguin orang doang. akibatnya kan panjang bgt ke korban. Efek tarumatisnya itu yg kasihan bgt

    Reply
  11. Perundungan ini memang sejak dari jaman baheula sudah ada. Perlu juga edukasi ke semua pihak tentang akibat perundungan pada anak. Plus, bekali anak dengan kemampuan untuk sosialisasi sejak dini, sehingga nantinya anak punya mekanisme self defense yang bagus ketika datang perundungan dari temannya.
    Memang sulit sih, tapi itu salah satu cara untuk mengatasi efek negatif perundungan dari dalam anaknya sendiri jika belum mampu mengubah faktor dari luarnya.

    Reply
  12. Memang kasus bullyung tuh harus kedua pihak yang disembuhkan atau ditangani karena korban pasti punya efek psikologi yang berat. Lalu pembully juga punya psikologis yang ga bagus, bisa jadi dia punya tekanan dengan ortu dll

    Reply
  13. Jangan juga terlalu lemah karena itu juga bisa jadi korban buylling. Saya waktu sekolah juga sempat kena bullyng karena selain pendiam dianggap lemah sama teman2 yang lain. Syukur masa2 itu sudah berlalu.

    Reply

Leave a Reply to Monica Anggen Cancel reply

Verified by ExactMetrics