Bergerak dan Bermain untuk Kebaikan Pertumbuhan Anak

Bergerak dan Bermain untuk Kebaikan Pertumbuhan Anak

Anak tidak banyak gerak bisa menyebabkan otaknya tidak cerdas, pertumbuhan nya tidak maksimal. Begitu kira-kira yang dikatakan Ama, neneknya anak yang saya rawat saat bekerja di luar negeri. Karena itu, demi perkembangan otak dan tubuh cucu-cucunya, saya diharuskan membiasakan anak supaya banyak bergerak, aktif dan lincah.

Entah karena memang turunan bongsor, atau gizi serta nutrisi semua terpenuhi, atau apa yang dikatakan Ama memang benar, yang pasti kedua cucu perempuannya yang beda usia 2,5 tahun satu sama lain itu pertumbuhannya memang pesat. Setiap bulan hingga tahun pertumbuhannya terlihat signifikan. Ini saya ketahui karena setiap ke dokter untuk semacam imunisasi dan sebagainya saya yang melakukan. Jadi saya tahu percis. Sampai usia anak pertama kelas 1 SMP dan anak kedua kelas 5 SD, tinggi mereka sudah di atas tinggi saya, pengasuh nya. Bahkan sekarang tinggi mereka sudah melebihi tinggi ayah dan ibunya, majikan saya yang bekerja sebagai pramugara dan pramugari.

Sementara saat ini setelah saya pulang kampung ke tanah air, saya perhatikan di sekitar saya anak-anak justru malas bergerak. Mereka lebih banyak duduk memegang gadget, dan kemana-mana naik kendaraan. Bahkan semua itu difasilitasi orang tua mereka.

Seolah gengsi kalau anaknya bermain bola daripada main game online. Seolah martabat orang tua jatuh kalau anak pergi ke sekolah jalan kaki, karena itu dibelikan sepeda motor, atau paling tidak diantar jemput. Ga bisa oleh keluarga, disewa tukang ojek atau becak khusus. Malah jaman sekarang ada yang dipesankan ojek online. Memang semua itu khususunya di kota besar untuk keamanan. Tapi manakala gaya hidup itu sudah diikuti oleh tetangga saya yang hidup di kampung dengan jarak rumah dan sekolah tidak sampai setengah kilo meter, apalagi kalau bukan mau (maaf) pamer?

Karena dimanja itu nyaris anak-anak kita tidak banyak bergerak. Padahal diam atau duduk terlalu lama itu cenderung mendatangkan masalah kesehatan untuk anak, lho.

Ya, duduk terlalu lama itu bisa membuat anak tidak bisa konsentrasi. Peredaran darah anak tidak lancar, dan tidak sedikit mengakibatkan anak jadi suka merasa pusing. (Kompas.com. Lifestyle, Health Concerns, Demi Perkembangan Otak dan Tubuh, Anak Harus Banyak Bergerak. Jumat 21 Agustus 2015. 17.00 WIB)

Belum lagi kalau posisi duduk atau diamnya anak dengan posisi salah postur. Banyak diberitakan kalau duduk salah postur akan mendatangkan masalah di tulang belakang. Ahli kesehatan pun banyak yang menegaskan demi perkembangan otak dan tubuh anak, diperlukan banyak pergerakan.

Tidak hanya anak-anak tapi juga orang dewasa. Postur tubuh yang salah bisa menyebabkan mengganggu dan menekan saraf di tulang belakang. Itu yang menyebabkan saraf kejepit. Yang menimbulkan keluhan rasa nyeri di tempat saraf kejepit itu.

Menjaga posisi tubuh yang benar saat duduk atau berbaring sangat penting supaya kesehatan tulang belakang terjaga. Tahu kan, informasi dari otak ke seluruh tubuh terdistribusi melewati tulang belakang kita. Kalau ada gangguan pada tulang belakang kesananya akan mengganggu koneksi informasi otak dan tulang belakang. Tumbuh kembang anak bakal terganggu karenanya.

Banyak yang belum paham kalau selalu menundukkan kepala memandangi gadget itu sama dengan beban kepala kita beratnya jadi dua kali lipat. Dan itu juga bisa membebani kerja tulang belakang.

Karena itu yuk mulai dari kita para orang tua, mulai batasi penggunaan gadget. Aktivis kita memang sudah banyak yang tidak bisa terpisahkan dari gadget tapi semua harus proporsional. Semua ada waktunya. Orang tua harus jadi contoh teladan bagi buah hati. Jangan sampai ke anak melarang menggunakan gadget tapi kita sendiri nonstop pegang gadget. Nunjuk sendiri ini mah…

Yuk kita mulai lirik aktivitas anak jaman dulu yang mungkin masih bisa kita terapkan saat ini meski jaman sudah berubah. Jika orang tua tidak tahu permainan apa yang bisa kita lakukan dengan anak bisa tanya orang tua jaman dulu (kakek nenek dan atau orang tua kita) atau mungkin bisa search di kolom pencarian?

Saya sendiri karena memang sudah tinggal di kampung alhamdulillah masih banyak permainan tradisional yang biasa dilakukan anak-anak. Baik saat sekolah ataupun saat bermain dengan teman sepermainan di rumah.

Beberapa permainan yang masih saya lakukan dengan Fahmi, putra saya dan juga beberapa anak tetangga di rumah seperti:

Main Kelereng

Meski saya ibu-ibu, tapi demi anak laki-laki semata wayang, saya harus siap menemani bermain suntrak sintreuk di halaman dan pura-pura jadi lawan mainnya.

Kaleci alias kelereng yang kini jadi mainan Fahmi

Main petak umpet

Ini biasanya dilakukan anak saat di sekolah atau sore hari kalau gak hujan bersama anak-anak kampung. Selain bisa mengalihkan perhatian anak pada gadget, bermain petak umpet juga dapat mendidik anak pemalu seperti Fahmi supaya lebih pandai bergaul dan bersosialisasi. Dengan demikian kesempatan untuk menjadi anak Generasi Maju dengan 5 point prestasinya lebih mudah tercapai.

Main tembakan bambu

Biasanya yang membuatkan bebedilan anak-anak yang sudah besar kalau pulang dari kebun. Dengan peluru buah hanjeli yang keras dan menurut saya bahaya. Solusi buat Fahmi, saya pakai kertas yang sudah direndam air untuk pengganti pelurunya. Anak main di halaman sambil sesekali mengejar ayam yang dianggapnya sebagai musuh yang harus ditembak. 😀

Main hompimpah

Meski tidak harus berlari bergerak, main hompimpah sering saya dan anak lakukan sambil nonton atau setelah mengerjakan pekerjaan rumah. Intinya sih agar anak lupa sama gadget. Tidak jarang kalau senggang ayah Fahmi pun suka ikut bermain.

Main air

Bukan main hujan-hujanan melainkan main air di kolam ikan di belakang rumah. Kadang mancing ikan atau bermain saluran air dari pipa. Sementara itu saya sambil menyapu halaman.

Main ketepel

Ayah Fahmi sengaja membuat ketepel dari batang bercabang pohon jambu. Menggunakan karet ban sebagai talinya. Kebetulan ketika main ke Desa Panglipuran, Bali, disana dijual permainan anak termasuk ketepel dari kayu. Pelurunya biasanya pakai kerikil.

Katapel warisan orang tua

Saya harus memastikan ia tidak asal menembak. Meski di kebun sendiri takutnya ada orang lewat dan kena lemparan kerikil nya kan gawat.

Main sondah/engklek

Bermain sondah di sekolah

Awalnya Fahmi tidak mau bermain karena katanya itu permainan anak perempuan. Tapi ketika di sekolah terlihat anak laki-laki juga bermain permainan ini maka Fahmi pun kalau di rumah suka minta ditemani bermain dan saya kembali berperan sebagai lawan mainnya

oo00oo

Masih banyak lagi permainan yang bisa dilakukan dengan anak di rumah selain membaca buku, olahraga dan menggambar. Permainan yang dilakukan tidak sesuai dengan aturan semestinya tak mengapa yang penting anak bergerak, anak bisa melupakan gadget dan anak terbiasa bersosialisasi dengan teman serta lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan anak bisa maksimal pertumbuhan dan perkembangan nya.

 

#MombassadorSGMEksplor #GenerasiMaju #SGMEksplor

19 thoughts on “Bergerak dan Bermain untuk Kebaikan Pertumbuhan Anak”

  1. Saya membatasi mba untuk main gadget, saya bulan ke anak kalau kelamaan main gadget nanti bisa sakit mata dan sakit kurang gerak dan mau nurut 😀 anak-anak paling suka main petak umpet dan main air 😀

    Reply
  2. 2, 3, 4, 6, 7 *horeeee, itu permainan kanak-kanak saya dulu Mbak. Senang sekali klo bisa main hujan trus main sore2 bareng teman2, tetangga.
    Anak jaman now lebih banyak main itu semua lewat virtual, fiuuuhh.

    Reply
  3. Saya sendiri juga merasa lebih senang melihat anak-anak bermain permainan tradisional daripada permainan game online. Soalnya kalau main game online memang pergerakan fisiknya kurang walaupun dibilang bs berlatih dan menstimulasi otak.

    Reply
  4. Ah teh okti, paham banget ini. Makannya aku selalu membiarkan anak-anakku bergerak di sore hari. Mereka bebas lari-lari dan teriak, bahkan enggak jarang ketika pulang bajunya basah karena keringat. Memang jadi dua kali ganti baju, tapi aku seneng karena kalau begitu mereka justru jadi sehat.

    Tinggal emaknya aja nih yang kurang gerak, huhuhu

    Reply
  5. Bener teh Okti, zaman sekarang anak-anak sedikit gerak banyak makan. Jadinya besar aja, gendut. Gak lincah. Seolah gendut itu suatu lambang kemakmuran, padahal banyak resikonya.

    Seru ih teh jadi mengenang mainan zaman duluz walau cewek aku suka loh main kelereng. Hihi

    Reply
  6. Setujuuu..:)
    Aku bertiga sama anakku main bulu tangkis di depan rumah kalau sore, kadang mereka berdua naik sepeda..banyakan berdua sih, anak tetangga masih kecil banget rata-rata atau ada yang besar pun enggak main keluar.

    Reply
  7. Kayaknya sekarang udah jarang banget ya, mbak kita melihat anak-anak main mainan di atas. Sekarang anak-anak sekolahnya full time jadi kayaknya juga energi mereka sudah tersedot di sekolah

    Reply
  8. Wah, bener teh, kadang jarak sekolah nggak seberapa jauh, tapi anak-anak justru diantar atau bahkan diberikan motor. Tulisan ini jadi semacam pengingat buatku nanti kalau Nuy sudah besar jangan berlebihan memanjakan dengan fasilitas, makasih teh Okti! 😀

    Reply
  9. Permainan tradisional emang keren. Banyak manfaat salah satunya gerak yang merupakan salah satu stimulus buat motorik. Alhamdulillah anak-anak kami sekarang tetap bermain petak umpet, engklek, dan lainnya.

    Reply
  10. Setuju banget mba, saya lebih senang dengan anak-anak yg suka dengan aktivitas outdoor karena memang bagus untuk tumbuh kembangnya. Selain itu, hal ini juga mendukung untuk perkembangan motoriknya ya mba, pokoknya mah full manfaat lah sembari melatih social skillnya

    Reply
  11. Neng Marwah lebih suka aktivitas outdoor, karena leluasa ruang geraknya dan memang bagus ya buat tumbuh kembang anak. Sekarang udah jarang saya liat anak2 main kelereng atau ketepel yah padahal bagus itu buat kembangin motorik anak

    Reply
  12. Itulah sebabnya saya tegas soal anak main gadget, alhamdulillah anak2 gak kecanduan.
    Lebih suka anak2 bergerak ke sana ke mari drpd terpaku ke satu layar itu.
    Emang butuh stimulasi sih biar anak bergerak. Kadang ortu yang gak tegas krn takut anak rewel duluan saat gak dikasi gadget pdhl kalau ortunya tegas gak akan seperti itu.
    Kalau anak2 di rmh lbh banyak saya arahkan utk main lego, bubble2an, main sama kucing, gtu2.

    Reply
  13. Ya Allah, Mba.. xixixi.. kalau ikutin gengsi mah anak ga berkembang. Saya malah nyuruh2 anak jalan kaki dr rmh ke sekolah dan saya suruh ikutan main bola.. xixixi.. saya suka dengan anak2 yg bermain diluar drpd megang hp. Cuma emang yaa kudu jaga ekstra.

    Reply
  14. Duhhh kangen banget masa2 kecil. Hampir tidak pernah lihat anak2 jaman now main hompimpah, engklek dll.. Padahal manfaatnya besar bgt ya mba.. seluruh tubuhnya terstimulasi

    Reply
  15. Jadi mau kembali ke masa itu, dimana kalau mau main ya keluar rumah. Panas2an, lari2an, teriak2. Hiks. Btw aku setuju sama ini, “Postur tubuh yang salah bisa menyebabkan mengganggu dan menekan saraf di tulang belakang” bener bgt. Soalnya gegara postur tubuh yg bermasalah aku jadi latihan yoga sejak 5 tahun lalu. Hasilnya lumayan.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics