Bukan Hal Normal Kenali Gejala dan Obati Pikun

Bukan Hal Normal Kenali Gejala dan Obati Pikun. Sekarang saya baru yakin, kalau apa yang dikatakan majikan dulu saat saya bekerja sebagai caregiver di rumah sakit Tri-Service General Hospital Nei-Hu (三軍 總 醫院) Taipei di Taiwan memang benar adanya.

“Kalau saja Akong masih mudanya menjaga pola hidup sehat, pasti dia tidak akan cepat pikun,” kata majikan yang sudah saya anggap seperti kakak saya sendiri.

Akong adalah ayahnya majikan. Akong memiliki penyakit lumpuh, sekaligus pikun. Karena punya diabetes juga, kaki kiri Akong harus diamputasi. Karenanya ia butuh perawat khusus. Sayalah yang jadi caregiver, perawatnya selama bertahun-tahun.

Saat itu sudah beberapa minggu, Akong sering tidak mengenali anaknya. Setiap anaknya menjenguk, selalu bertanya siapa, disebutkan anaknya, Akong manggut-manggut. Eh pas pulang ternyata Akong menanyakan lagi, itu tadi yang datang siapa? Gustiii… Dasar pikun.

Karena itu saya ceritakan semuanya kepada majikan. Dan majikan saya menjawabnya demikian. Akong mulai pikun. Kalau saja saat mudanya Akong menjaga pola hidup sehat, pasti tidak akan cepat pikun.

Saya ingin menyanggah. Tapi tidak berani karena kendala bahasa dan pemahaman. Setahu saya pikun itu lumrah. Orang sudah lanjut usia, pikun kan sudah biasa. Ternyata, anggapan saya keliru…

Saya tercerahkan ketika mengikuti webinar #obatipikun tadi siang, Minggu 20 September 2020. Dalam pembahasan webinar dengan tema Seminar Kesehatan: Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia tersebut dikupas tuntas terkait penyakit pikun atau alzheimer. Apa penyebab pikun, apa gejala pikun, serta bagaimana mencegah datangnya pikun. Bahkan diulas lengkap tentang bagaimana cara merawat orang pikun saat pandemi seperti sekarang.

Didahului sambutan dari dr. Iskandar Linardi perwakilan dari PT Eisai Indonesia, yaitu anak perusahaan farmasi Eisai Co., Ltd. yang berkantor pusat di Tokyo, dengan berbasis human health care (hhc). Eisai adalah perusahaan yang memiliki bisnis dalam memenuhi beragam kebutuhan perawatan kesehatan di seluruh dunia. Bertujuan memberikan kontribusi yang berarti dalam sistem perawatan kesehatan.

Yang lebih mengagumkan melalui webinar yang terselenggara berkat kerja sama PT Eisai Indonesia dengan Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) diinformasikan mereka telah meluncurkan aplikasi EMS (E- Memory Screening) yaitu aplikasi yang bisa mendeteksi secara dini terkait kepikunan dan gejalanya. Aplikasi EMS ini milik Perdossi yang disponsori oleh PT. Eisai Indonesia.

Jadi bikin penasaran ya seperti apa itu cara mencegah pikun, dan bagaimana aplikasi EMS ini bisa bekerja?

Bulan Alzheimer Sedunia

Seminar Kesehatan: Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia diadakan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat supaya bisa mendeteksi sejak dini terkait masalah kepikunan, sehingga pikun ini bisa diatasi.

Masalahnya, penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak ini tidak hanya dipunyai oleh orang lanjut usia, tapi juga dimiliki oleh usia produktif. Pikun atau alzheimer dimiliki oleh usia produktif itu jelas tidak normal. Karena itu kepikunan bisa dicegah supaya dampaknya tidak meluas.

Keterangan dari dr. Dodi Tugasworo selaku ketua Perdossi di Indonesia ada satu juta orang lebih penderita demensia alzheimer (kepikunan) pada tahun 2013. Angka itu jelas akan meningkat secara signifikan pada tahun 2020 jika kesadaran dalam masyarakat belum juga muncul.

Prihatin atas kondisi itu, Perdossi sudah mengembangkan aplikasi gratis yang bisa mendeteksi gejala kepikunan sejak dini, adalah EMS Sahabat Kesehatan Otak Keluarga.

EMS (E- Memory Screening)

EMS (E- Memory Screening) dengan jargonnya Sahabat Kesehatan Otak Keluarga adalah aplikasi satu akun yang bisa mendeteksi beberapa orang user sekaligus. EMS bukan alat diagnosa, jadi jika ada hasil yang tidak akurat, pengguna sebaiknya segera konsultasi ke dokter ahli syaraf.

Tujuan diluncurkannya aplikasi EMS ialah sebagai alat edukasi masyarakat terkait kepikunan, dan sebagai skrining demensia masyarakat Indonesia.

Feature yang dimiliki EMS memiliki tiga point penting, yaitu edukasi informasi terkait demensia alzheimer, task screening, dan direktori dokter ahli terdekat dari lokasi kita berada.

Aplikasi EMS sudah bisa didownload di PlayStore. Pengalaman dalam menggunakan aplikasi ini cukup mudah. Seperti dipraktikkan dr. Pukovisa Prawiroharjo Sp.S(K) saat membuka aplikasi EMS, kita tinggal mengikuti suruhan yang tertera dan menjawab beberapa pertanyaan.

Pada akhirnya, akan keluar skor atau nilai yang besarannya otomatis menyarankan kita tetap jaga kesehatan, atau menyarankan segera konsultasikan ke dokter ahli terdekat.

Aplikasi EMS ini mudah dimengerti alias user friendly meski oleh orang awam seperti saya sekalipun.

Gejala Pikun

Pikun bukan hal normal. Pikun dapat berisiko menjadi penyakit (demensia) dan sudah ada lebih dari 50 juta orang demensia di dunia pada saat ini. Celakanya, pikun tidak hanya dimiliki oleh orang lanjut usia, karena usia produktif pun ternyata banyak yang menderita demensia alzheimer ini.

Karena itu sebaiknya kita mengenal sejak dini seperti apa gejala pikun supaya kita bisa memeriksakan diri lebih dini.

Gejala pikun terdiri dari mulai sering lupa, sering bingung, menarik diri dari pergaulan (banyak menyendiri), adanya perubahan perilaku atau kepribadian (tiba-tiba suka marah, histeris, dll), sulit melakukan pekerjaan, sulit memahami kondisi, sulit fokus, adanya gangguan komunikasi (sulit bicara), susah mengambil keputusan, dan menaruh barang tidak pada tempatnya.

Nah, jika kita mengalami hal seperti tersebut di atas, waspada gejala demensia alzheimer mendekati kita.

Obat Pikun

Mengobati pikun maksudnya bukan kita menentang kodrat alam. Tua itu pasti, pikun itu alami. Tetapi maksud mengobati pikun disini adalah berusaha mencegah sejak awal sehingga bisa meringankan gejala yang timbul. Dengan demikian dipercaya bisa memperlambat datangnya penyakit sehingga penderita bisa hidup semandiri mungkin.

Pengalaman saya saat menjadi caregiver di Taiwan, memang lansia di sana dibandingkan dengan lansia di Indonesia masih banyak yang mandiri. Mereka tetap aktif berkegiatan, bahkan kalau tidak memiliki penyakit tambahan seperti Akong yang lumpuh dan diabetes, meski sudah usia lewat 70 lansia tetap aktif dan enerjik.

Konon saat masa mudanya mereka memang menjaga pola hidup sehat. Seperti dikatakan majikan saya, mereka bukan menentang pikun melainkan mengatasi penyebab kepikunan.

Seperti kalau punya kendala di otak, jika terdeteksi sejak dini, bisa dilakukan operasi atau kemoterapi. Jika masalahnya karena kurang nutrisi maka imbangi dengan asupan yang bernutrisi, bergizi, bahkan suplemen. Termasuk obat-obatan yang memperbaiki gejala sehingga bisa memperbaiki fungsi otak. Ada juga dengan melakukan terapi sehingga bisa menstimulasi kegiatan kognitif dan melakukan kegiatan fisik. Semua itu senada seperti yang disampaikan oleh pembicara dr. Sri Budhi Rianawati Sp. S(K) dalam materi #ObatiPikun dengan Mengenal Gejalanya.

Cara Cegah Pikun

Di akhir materi yang disampaikan oleh dr. Sri yang biasa dipanggil dr. Rien ini disampaikan cara mencegah pikun yang bisa kita lakukan dalam keseharian. Seperti menjaga kesehatan jantung, tetap produktif beraktivitas, melakukan hal yang disukai seperti menjalankan hobi, konsumsi makanan bergizi, selalu berpikiran positif, dan tetap bersosialisasi dengan keluarga atau lingkungan.

Diharapkan, kita bisa tetap menjaga kenangan indah keluarga hingga hari tua dengan cara menjaga kesehatan sehingga kita terhindar dari kepikunan.

Pikun Saat Pandemi

Disampaikan Dr.dr. Junita Maja Pertiwi Sp.S(K) lansia di Indonesia tahun 2019 ada sekitar 25,9juta jiwa. Hal itu tentu saja berdampak pada banyak hal. Termasuk ekonomi dan kesejahteraan bangsa.

Apalagi saat pandemi, dimana semua serba dibatasi, menghadapi penderita demensia alzheimer (pikun) saat masa normal saja sulitnya minta ampun. Ditambah beban kenyataan lansia termasuk yang rentan terpapar covid-19.

Bukan hanya itu, lansia juga mudah depresi. Dampak adanya PSBB menimbulkan masalah internal seperti komunikasi berkurang, interaksi denga keluarga semakin terbatas, waktu perawatan jadi terganggu, sampai kemungkinan kurang nutrisi, risiko cedera, dan masalah lainnya.

Tak apa, lansia memang demikian pembawaannya. Yang harus kita perhatikan adalah kita sebagai perawat atau keluarganya tetap memberikan perhatian lebih kepada mereka. Dengan cara bagaimana? Coba pakai komunikasi gaya baru.

Komunikasi gaya baru disini lebih ke menempatkan posisi kita untuk berada di dunia mereka, para lansia. Misalkan coba putar musik jaman dulu, musik yang mereka sukai di jaman mereka muda. Perlakukan mereka seperti anak bungsu, dimana kita lebih banyak mengalah dan mengikut kemauannya selama tidak membahayakan. Munculkan kenangan indah yang pernah mereka alami. Dekati para lansia dengan kegiatan yang mereka senangi. Perlihatkan gambar atau hal lain yang berkaitan dengan idolanya. Intinya, buat para lansia senang sehingga mereka tetap bahagia meski saat pandemi dengan segala pembatasan.

Begitu juga untuk perawat, atau caregiver, atau siapapun orangnya yang bertugas membantu mendampingi penderita demensia alzheimer ini. Saat Pandemi pasti muncul masalah lain seperti harus adaptasi dengan kebiasaan baru, menjaga diri supaya sehat baru bisa merawat orang lain, menjaga jarak, menjaga kebersihan, menghindari stress, dan masalah lainnya.

Hal yang bisa para perawat atau caregiver lakukan dalam mendampingi para penderita demensia alzheimer supaya diri sendiri juga tidak merasa tertekan adalah buat situasi menyenangkan, menerima semua keadaan dalam kondisi pandemi ini dengan nyaman dan happy sehingga menjalankannya tidak terasa tertekan, dan satu lagi tajamkan bahasa hati. Peruncing perasaan karena mendampingi lansia harus sabar, penyayang dan memahami dunia mereka.

Intinya menjaga penderita demensia alzheimer pada saat pandemi corona harus lebih maksimal dalam memberikan lansia kasih, penghormatan, dan perhatian. Lakukan semua itu saat mereka masih ada. Karena kalau mereka sudah tiada, apapun akan hanya berupa angan dan penyesalan.

44 thoughts on “Bukan Hal Normal Kenali Gejala dan Obati Pikun”

  1. denger kata alzheimer jadi keingat film korea kesukaanku judulnya a moment to remember, aku baru tau bulan ini bulan alzheimer sedunia ya mba, makasih infonya mba aku jaid tau kalau ada aplikasi EMS yang mengedukasi masyarakat awam tentang kepikunan.

    Reply
  2. Saya merasa takjub dengan orang /anak yang merawat orangtua yang alzheimer mba.. pasti mereka sabar banget menghadapi orangtuanya. Karena orang alzheimer ini gak bisa mengurus dirinya sendiri ya kan.. mereka selalu bergantung dengan orang lain.

    Reply
  3. Duh ngeri deh kalo denger kata Alzheimer. Kepengen install dan coba deh aplikasinya. Biar tahu aku kondisinya gimana. Aku udah gak bisa nginget banyak hal kayak dulu. Bukan pikun sih, tapi pelupa. Cus install ah.

    Reply
  4. Alzheimer ini berarti hanya terjadi pada lansia ya teh, atau ada kasus pada anak muda? Harus mulai beralih memang ke pola hidup sehat ya.

    Btw ak ngakak ilustrasinya yang nanya istri yang mana ya? Hihi itu mah antara Alzheimer atau memang borokok teh

    Reply
  5. Aku juga nyimak webinarnya tp ga sampe selesai teh. Oh jd bener ya pikun itu menurun dan bs aja trjadi di usia muda juga huhuhu

    Reply
  6. Oh iya ya, bulan September itu Bulan Alzeimer. Saatnya banyak mengulik tentang demensia dan teman-temannya.
    Saya punya keluhan demensia juga, sih. Contohnya,saat sore, saya sudah lupa bicara pada siapa, tapi ingat topiknya. Kadang juga harus lama mengingat nama padahal sudah mulut sudah sebut berkali-kali.

    Reply
  7. Selama ini saya juga ngehnya kalau orang pikun yaa wajar, emang udah tua. Sampai entah di tahun berapa, saya nonton film Korea berjudul A Moment To Remember. Wow, saya langsung terpana, karena diceritakan di sana bahwa pemeran utama wanitanya mengidap Alzheimer, usianya masih muda. Usia produktif. Dari sana, saya mulai baca-baca artikel tentang Alzheimer, dan membeli buku Jangan Maklum dengan Pikun. Termasuk juga ikutan webinar kemarin ini.

    Reply
  8. Ibu mertuaku berusia 83 tahun dan sudah mulai pikun. Sementara Bapakku di usia yang sama masih sehat ingatannya. Kalau yang aku amati keduanya, dulunya Bapakku aktif berolahraga dan sampai kini masih hobi baca. Sementara Ibu Mertua tidak punya kebiasaan ini.
    Tapi memang jika segera terdeteksi akan bisa cepat ditangani ya pikun ini. Dan benar jika intinya menjaga penderita pikun pada saat pandemi corona harus lebih maksimal dalam memberikan lansia kasih, penghormatan, dan perhatian.

    Reply
  9. Hahahaa lucu2 banget sih gambarnya dan ngakak yang , “Kamu istriku yang mana ya?”
    Aku pernah ngurusin si Mbah yang pikun juga menjelang dipanggilNya, karena tingga di rumah Mama juga. Banyak yang ga mau ngurus, kasian karena kepikunannya yang kadang ya gitu, lupa sama anak2nya, kecuali sama aku dan Mama masih ingat.
    Mendampinginya asli butuh kesabaranm dan iya..iya in aja kalo ngobrol, ampe ajalnya menjemput dipangkuanku, hiks

    Reply
  10. Baru tau kalau pikun ternyata ada obatnya 🙂 tulisan ini menjadi edukasi penting bagi semua orang yang masih memiliki orang tua yang sudah lansia, sekarang waktunya kita untuk menjaga orang tua kita 🙂

    Reply
  11. Kalau aku belajar dari almarhum bapak yang sampai usia 74 tahun, beliau sama sekali tidak pikun. Daya ingatnya pun luar biasa. Katanya tipsnya, terus mengajak otak untuk belajar. Oya, satu lagi, katanya jangan sampai absen membaca dan menghafal al quran.

    Reply
  12. Ternyata pikun itu bukan hal normal yaa. Padahal dari dulu kita dipahamkan orang yang pikun itu pasti orang yang sudah tua ya. Ternyata jika kita mengenali Gejalanya kita mungkin bisa meminimalisir kepikunan dini ya

    Reply
  13. Image-nya lucuuu, dan aku jadi bertanya-tanya sendiri, apa aku juga ada gejala pikun ya, soalnya sering banget Pewe-ku ketinggalan kalau pas kami pergi berdua… hahaha. Membaca artikel ini juga jadi tahu nih gejala pikun itu apa saja. Aduh, jangan sampai deh akunya pikun, mesti cepat-cepat obati gejalanya juga sepertinya.

    Reply
  14. Betul Teh, pikun memang umum, tapi sebenarnya bukan sesuatu yang normal. Saya baru ngeh juga ketika sering bergaul dengan lansia. Ada beberapa lansia yang saya kenal yang benar-benar masih fit sekali fisik dan pikirannya, namun ada juga yang seperti Teh Okti ceritakan….

    Reply
  15. Wah baru tahu ada aplikasi EMS, jadi bisa tahu informasi seputar Alzheimer yang memang masih sangat sedikit informasinya dan tidak semua masyarakat tahu tentang penyakit ini, termasuk bagaimana mendeteksi gejalanya serta menghindarinya. Harus install nih aplikasinya.

    Reply
  16. penyakit ini sebetulnya banyak diderita orang yang sudah sepuuh ya, mbak, tapi belum banyak masyarakat yang bener2 tau bagaimana penanganannya. saya jadi keinget prof.X di film Logan kalo baca seputar sakit alzheimer ini hihi

    Reply
  17. Alzheimer saat ini sudah bukan penyakit baru…namun, orang kerap meremehkan hanya karena akan diderita ketika usia sudah mulai menua. Padahal bisa dicegah yaa, teh…
    Haturnuhun, dengan EMS bisa di deteksi lebih dini mengenai gejala alzheimer ini dan segera mendapat therapy yang tepat.

    Reply
  18. Jadi bisa mendeteksi gejala pikun dengan EMS Sahabat Kesehatan Oyak Keluarga ya teh. Btw jadi baiknya pergi konsultasi ke dokter dulu lalu tes dengan aplikasi tersebut atau sebaliknya bisa teh?

    Reply
  19. Gambarnya lucu tuh. Kamu istriku yang mana ya?

    Ini info yang penting banget mba. Terimakasih sharingnya. Info yang dibutuhkan sama yabg punya orang tuang yang mulai masuk usia lansia

    Reply
  20. Aplikasi EMS ini perlu juga untuk kita ceki-ceki lebih lanjut, sehingga bisa antisipasi dan menjadi rekomendasi juga bagi yang membutuhkan

    Reply
  21. Memang sekarang kepikunan sudah banyak di alami oleh usia produktif,itu karena disebabkan pola makan yang tak sehat ya mba. Tentu hal tersebut berpengaruh jauh lebih cepat.

    Dan aku baru tau kalau pikun itu harus segera di obati,karena pemikiran orang orang dulu kalau pikun adalah hal lumrah mengingat usia mereka udah senja,dan ternyata itu salah.

    Reply
  22. Suamiku pikunnya udah lusr biasa bgt deh, aku takut gejala alzaimer…

    Kira kira selain hidup sehat ada obat khusus gak ya mom yg bisa dikonsumsi untuk mencegah alzaimer

    Reply
  23. Setuju banget mba, Alzheimer ini rupanya menyumbang angka terbanyak dalam penyakit yg diderita oleh para lansia. Meski bukan hal yg normal dalam penuaan, tapi bisa dihindari ya mba. Salah satunya dengan menjga pola hidup sehat sejak dini. Salut banget untuk para caregivers. Kereeeenn.

    Reply
  24. Ya allah, hahahaa lucu pisan meme-nya, Teh Okti.
    Pernah baca ttg the mommy brain, yang dikatakan orang kalo ibu-ibu mengalami penurunan kecerdasan, ternyata penelitian membuktikan sebaliknya. perempuan jadi lebih detail dan mindfull saat sudah jadi ibu-ibu.

    Reply
  25. Ternyata pikun ini penyakit yang bisa diobati ya Teh saya kira emang sudah jadi penyakit bawaan orang tua yang gak ada obatnya. Bahaya juga ya kalau pikunnya sampai lupa anak istri sendiri hehe

    Reply
  26. Gejala kepikunan ini apakah tanda-tandanya bisa dikenali dari muda teh? Soalnya takut juga saya kadang pelupa naruh sesuatu atau membawa sesuatu sampai harus bolak balik beberapa kali saat akan berangkat kerja

    Reply

Leave a Reply to cicifera Cancel reply

Verified by ExactMetrics