Fenomena Elf Pakidulan dan Hemat BBM
Hemat BBM jadi satu hal yang diinginkan para sopir elf di daerah Cianjur Selatan, dan juga pastinya oleh sopir-sopir kendaraan lainnya di manapun. Mobil boros BBM enggan dibawa sopir karena selain bisa bikin tekor setoran, juga berpengaruh pada kinerja mesin dan kecepatan mobil. Point itu saya tangkap dari obrolan antara sopir dan kondektur Elf jurusan Ciburang – Cianjur yang tadi pagi saya tumpangi.
Tidak seperti biasa memang, Minggu pagi tadi semua kendaraan umum dari Selatan ke kota kota khususnya elf penuh sesak oleh penumpang. Saya sempat berdiri dekat pintu menunggu penumpang lain yang kata kondektur akan turun di Pasar Pagelaran.
Awalnya saya yang menyetop elf depan Bank BJB Pagelaran enggan juga melihat elfnya sudah penuh begitu. Tapi karena sedang diburu waktu menuju Sukanagara, takut si mama yang sudah dijanjiin jam 9 ketemu menunggu terlalu lama maka saya pun tidak ada pilihan naik saja meski penuh sesak. Padahal biasanya elf ti kidul kosong melompong. Mungkin ini efek liburan Hari Raya Idul Adha kemarin. Banyak yang mudik dan memilih kembali ke kota nya hari Minggu ini.
Bukan hanya elf yang saya tumpangi yang penuh itu, beberapa elf yang berhasil disusul oleh elf Ciburang ini pun tampak penuh, bahkan banyak penumpang laki-laki yang naik di atas kendaraan! Waduh, padahal itu kan bahaya banget.
Pemandangan yang hanya bisa didapat di Cianjur Selatan, karena polisi pun sudah memaklumi. Kalau masuk kota jelas tidak boleh. Bahaya dan polisi pun akan memberi tindakan langsung.
Karena sesak dan duduk tidak senyaman semestinya, beberapa penumpang mengeluhkan pusing. Waduh, penumpang kiri kanan saya saja sudah menyiapkan kantong kresek. Semoga saya turun lebih dahulu sebelum mereka mabuk kendaraan, batin saya berdoa. Tidak kebayang kalau harus duduk di antara yang mabuk.
“Gancangan! Geus lumpat we pinuh!” teriak kondektur kepada supirnya. Kondektur minta sopir membawa kendaraannya ngebut, jangan ambil –naikkan– penumpang lagi secara elf yang kami kendaraan itu memang sudah penuh.
“Sabar… bensin tinggal sedikit lagi nih!” balas sang sopir kalem. “Jalan berliku begini kita harus bawa (kendaraan) dengan baik. Kalau tidak bisa-bisa kehabisan BBM di tengah jalan.”
“Paling ngisi BBM di Sukanagara nya?” suara penumpang di depan nimbrung.
“Isi dengan BBM yang cocok, Kang. Biar hemat BBM,” kata penumpang di jok belakang. Sepertinya ia tahu seluk beluk terkait kendaraan.
Sopir tidak banyak bicara. Ia tetap fokus pada jalan di depan. Melewati Cijatem mulai masuk perkebunan teh jalan semakin berliku. Perlu ekstra waspada. Selain itu juga mungkin kita sama-sama tahu. Hidup sebagai sopir ia pasti dikejar uang setoran. Kalau dituntut menggunakan bensin yang sesuai bisa saja mereka merasa merugi. Sementara menggunakan BBM yang murah keuntungan meski kecil tetap ia dapatkan. Seandainya mesin kendaraan yang kena, mungkin sopir tinggal mengembalikan kendaraan kepada pemilik nya saja. Begitu dugaan saya.
“Teteh Sukanagaranya mana?” tanya kondektur membuyarkan lamunan saya. Tangannya menengadah meminta ongkos.
“Pasar, di Toserba.” Jawab saya sambil memberikan uang lembaran lima ribuan.
“Bu, turun disini saja ya? Biar sekalian nih,” kata kondektur kepada sepasang suami istri yang menggendong anaknya di jok belakang saya.
“Ah masih jauh Amang.” Si Ibu komplain. “Kami kan turun di Tugu. Mana bawa anak, bawa karung lagi. Sing karunya…” Si Ibu memelas kepada kondektur minta dikasihani.
Begitulah fenomena elf pakidulan. Kalau penumpang penuh, kondektur tidak segan memaksa penumpang untuk turun berjamaah demi bisa mengangkut lagi penumpang baru sesegera mungkin.
Beruntung sepasang suami istri itu tidak ikut turun manakala saya turun. Mereka melanjutkan perjalanan turun di Tugu, sekitar satu Km lagi dari tempat saya turun.
Alhamdulillah saya selamat sampai di Sukanagara dan bisa ketemu mama tepat waktu. Saat tulisan ini saya buat, saya sudah kembali ke Pagelaran dengan selamat dan lancar.
Jalan yang berliku2 dengan penumpang sampai over load seperti itu? Melihat gambarnya disini sj sdh ngerasa ngerii, apalagi berada di dalam elf ya mbak? Terlebih lagi yg berada di atap atau di pintu elf kayak gituu ya? Semoga aman dan selamat selalu semuanya.
Wahh, jawara banget Teh Okti. Aku sih mungkin udh gak kuat ya.
Kasihan kalau harus dituruni semua ya teh, aku kayaknya kalau harus naik ELF dengan keadaan seperti itu akan lambaikan tangan duluan teh.
Pernah sekali naik Elf dari Sukabumi. Nggak lagi, deh. Hehe.
Waah ini pemandangan yang langka, tapi seruu abis, ajak lah teh aku ke sana, biar bisa off road pake elf dan duduk di atas.
Keren teteh kuat naik Elf kondisinya gitu, hehehe. Ya Allah saya mah udah muntah mereun ya. Soalnya kadang naik mobil jauh aja juga suka mabok hehehe
Aku beberapa kali naik Elf.
Senang juga bareng-bareng sama penumpang lain.
Ada sensasi tersendiri daripada naik angkot yang duduknya berhadap-hadapan.
Ya ampun, jadi inget waktu dulu mudik ke jawa, gampang mabok karena desek2an 😀
Jadi inget zaman SMP, naik angkutan sampai naik ke atas gitu
Kalau tempatku, elf ini namanya gredek mbak… Beda lagi kalau Salatiga namanya prona…
Heheh
Kalau di Garut yang mobil² elf gini juga jurisan ka pakidulan Teh. Ka Pameungpeuk sareng Bungbulang. Nggak kuat saya kalau naik itu, suka pusing banget soalnya jalannya serampangan.
Waduh ngeri juga ya lihatnya sampai ke kap mobil gitu penumpangnya. Belum lagi yang di dalam juga sesak
Ya ampun, kok aneh banget menyuruh penumpang turun supaya bisa angkut penumpang lain, semoga ada provider lain yang lebih baik supaya mereka berubah
Agak-agak ngeri ya teh, baik jalan maupun kondisi elfnya sendiri. Semoga ada transportasi yang lebih baik lagi