Seumur hidup, baru hari ini kaki menginjakkan langkah di tanah bumi pertiwi wilayah Kabupaten Karawang. Panas, debu, dan berbagai pelajaran kehidupan sudah aku temui selama sehari di daerah yang terkenal dengan sebutan lumbung padinya Jawa Barat ini.
Aku kira bakalan sulit untuk menggunakan transportasi umum menuju Karawangnya. Ternyata dengan gaya ngebekpek alakadarnya, tidak susah dan malah teramat mudah! Banyak bus AgraMas AC jurusan Bogor-Karawang yang berangkat setiap lima belas menit satu kali.
Kondisi Karawang lokasinya tak banyak beda dari daerah Indramayu, Majalengka, Subang dan daerah lain yang terletak di Pantai Utara Jawa. Panas, hamparan sawah yang tidak berujung dan dialek bahasa daerah yang sedikit campur-campur. Benar saja, meski banyak menggunakan bahasa Sunda, namun sebagian logatnya sudah mulai keras dan meninggi. Khas Pantura.
Beruntung aku bisa dengan mudah dan lancar bisa sampai di tempat tujuan di Karawang ini. Berkat bantuan teman-teman saat di Taiwan dulu, yaitu Mas Anto Budianto dan Mas Hartono Beru. Kedua sosok ini sudah tidak asing lagi bagi warga negara Indonesia di Taiwan. Selain mereka adalah tokoh keagamaan di kota tempat mereka tinggal juga mereka adalah aktivis-aktivis para buruh yang hebat dan tangguh!
Meski orang Indramayu, Mas Anto sering bolak-balik ke Karawang, karena dia mengelola sebuah yayasan yang berada di Karawang. Jadi karena seringnya sudah seperti orang Indramayu saja. Begitu juga dengan Mas Hartono, meski asli dari Banyuwangi, di ujung timur Pulau Jawa, namun dia punya istri asal Wadas, Karawang. Makanya sudah hafal seputaran Karawang dan mereka berdua sudah sangat besar jasanya membantuku seharian ini.
Ada kemungkinan aku akan datang lagi ke Karawang, mengingat pekerjaan ini belum tuntas seluruhnya. Dan kepada mereka lagi aku akan meminta bantuan karena di Karawang ini merekalah dua-duanya yang aku kenal.
Meski tak sempat jalan-jalan ke lokasi wisata di Karawang, apalagi hunting kuliner daerah yang menggoda selera dikarenakan aku gak tahan cuacanya yang teramat terik, waktuku juga habis digunakan jalan ke daerah di pelosok utara, tepatnya Kecamatan Tirta Jaya. Namun aku sudah dipuaskan dengan pemandangan hamparan sawah dengan segala warna. Mulai dari warna hijau dari padi yang baru tumbuh, sampai warna kuning tandanya padi mulai masak siap dipanen.
Tak salah jika Kabupaten Karawang dijuluki lumbung padinya Jawa Barat. Hamparan berhektar-hektar sawah yang terlihat sampai sejauh mata memandang itu sudah menjadi salah satu alasannya.
Yang paling seru saat aku dan Mas Hartono bicara soal prospek bisnis di Karawang. Wuih… Aku sangat tertarik dan ingin nyoba! Bisnis apa saja? Hem… Aku ceritakan di lain judul saja ya 🙂 (ol)