Hobi Abadi

Beberapa kegiatan yang saya sukai sejak kecil hingga sekarang adalah bepergian melihat suasana baru, membaca, menulis, dan mengumpulkan perangko. Bagaimana semua kegiatan itu setelah saya menikah dan memiliki anak?

Saya lahir dan menghabiskan masa sekolah dasar di Bandung. Tepatnya di Jalan Gumuruh, Batununggal Kodya Bandung. Bandung tahun delapan puluhan jelas tidak seperti sekarang. Lokasi yang dijadikan Trans Studio atau Transmart sekarang itu masih areal sawah, rawa dan pekuburan. Setiap sepulang sekolah dari SDN Kridawinaya di Maleer Binong, saya dan adik suka ngebolang udar-ador ke sana. Ngala papatong, simeut dan jambu batu adalah permainan kegiatan khas anak-anak saat itu.

Kelas lima SD orang tua pindah tapi saya tetap tinggal bersama bibi di Bandung demi bisa mendapatkan dulu ijazah SD. Alhamdulillah dengan nilai NEM di atas rata-rata (saat itu penilaian masih berdasarkan nilai ebtanas murni) saya mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolah meski tidak seberapa.

Saya melanjutkan sekolah SMP di Tasikmalaya, ikut nenek dari pihak bapak. Lalu saat SMA melanjutkan di Sukanagara Cianjur karena orang tua sudah pindah ke sana. Bapak pun sudah meninggal dan dikuburkan di dekat tempat tinggal kami di Cianjur.

Selama SD, SMP dan SMA itu saya sering bepergian sendiri. Awalnya tidak berani, tapi demi mengurus semua persyaratan sekolah akhirnya memberanikan diri dan terbiasa. Pindahan sekolah dari Tasikmalaya ke Cianjur semuanya saya yang ngurus. Selama sekolah itu pun saat libur saya sering bolak-balik antara Bandung, Cianjur dan Tasikmalaya. Seolah bukan perjalanan luar kota kabupaten, saya yang masih abg malah terbiasa naik angkutan umum dengan bebasnya. Padahal saat itu kondisinya tidak senyaman sekarang.

Bus masih jadul dengan karoseri yang tua dan reyot. Tapi saya merasa nyaman saja meski harus bergelantungan di atas jalan yang naik turun bergelombang karena pengaspalan belum merata seperti sekarang.

Orang mengira saya tukang main. Seperti itu pula yang dibilang tetangga dan saudara. Tapi saya tidak peduli toh buat ongkos pun tidak minta pada mereka. Sebaliknya setiap pulang dari mana saja mereka yang selalu berburu oleh-oleh nya. Hihi, ga tahu malu ya.

Mungkin itu yang membuat saya ambil keputusan lulus sekolah langsung mencari kerja ke luar negeri. Terbiasa melancong, seolah kerja ke luar negeri bagai pergi ke tetangga kabupaten saja. Padahal saat itu kasus kekerasan terhadap buruh migran sedang tinggi-tingginya. Alhamdulillah sih saya bisa dibilang selamat dan bisa memberikan sedikit bekal untuk keluarga.

Sekali melihat dunia luar maka selanjutnya ingin menikmati belahan dunia yang lain. Merasa sudah memiliki pengalaman, saya pun kembali merantau ke negara lain yang lebih modern dan penghasilan lebih tinggi. Tidak terasa, belasan tahun saya habiskan hidup di negara orang. Andai ibu saya tidak menyuruh pulang supaya saya segera berumah tangga, mungkin saya akan masih betah tinggal di sana.

Ada pepatah mengatakan puas-puasin main saat melajang sehingga setelah menikah bisa fokus berumah tangga. Saya rasakan itu. Main sepuasnya melancong ke sana ke mari sejak kecil hingga usia 33 rasanya sampai bosan. Pas setelah menikah, kini saya cukup di rumah saja. Tidak jenuh karena salah satunya ini memang sudah jadi niat saya. Ya sesekali saya pun pergi-pergi tapi kali ini selalu dibarengi anak dan suami. Sekarang istilahnya bukan ke bepergian atau traveling lagi, melainkan lebih ke sisi menyambung silaturahmi.

Membaca dan menulis masih saya lakukan. Malah siapa kira jika kegiatan ini justru membawa saya bisa mengubah nasib menjadi lebih baik.

Sejak jaman belum ada internet, menulis dan membaca sudah saya jalankan. Menulis di buku diary, menulis dengan mesin tik jadul yang masih manual dan menghadirkan bunyi bising tak tik tak tik, sampai menulis di sosial media dan blog baik menggunakan ponsel, maupun menggunakan komputer atau laptop.

Kegiatan menuliskan sesuatu setelah saya mengalaminya membawa saya direkrut jadi kontributor sebuah media. Terus bekerja keras dan menjalankan passion saya di bidang menulis dan membaca ini dianugerahi Pak Boss diangkat sebagai pekerja tetap biro Indonesia pada sebuah media berbahasa Indonesia yang berdiri di Taiwan.

Meski sekarang saya sudah tidak bekerja lagi di media tersebut, namun kegiatan menulis dan membaca tetap berjalan. Adanya internet jauh membawa saya ke hal lebih baik meski saya berstatus ibu rumah tangga dan berdomisili di pedesaan. Saya tetap bisa mendapatkan penghasilan meski tidak sebesar karyawan atau gaji pegawai kantoran. Tapi yang pasti saya tetap bahagia karena bisa tetap menulis dan membaca. Dibayar, atupun tidak.

Mengumpulkan perangko masih saya lakukan sampai sekarang meski saat ini pengiriman surat menyurat secara manual di negara kita hampir tidak pernah terjadi lagi. Setiap momen tertentu, saya masih mendatangi kantor pos setempat sekadar menanyakan apakah ada perangko edisi khusus yang diperjualbelikan. Ya saya membelinya kalau ada. Bukan untuk alat mengirimkan surat menyurat lagi, melainkan untuk saya koleksi saja.

Jika bisa dibilang hobi yang abadi, maka tiga hal tersebutlah yang bisa saya sebutkan. Bepergian untuk silaturahmi dan tadabbur alam, menulis dan membaca serta koleksi perangko.

6 thoughts on “Hobi Abadi”

  1. Konsisten untuk menulis tiap hari ini nih Teh yang masih kadang-kadang sama daku, hix.
    Padahal itu melatih tata bahasa dan memperkaya diksi juga ya, makanya diimbangi banyak membaca

    Reply
  2. Wah iya Teh Okti

    saya sempat tau area Gumuruh sebelum jadi BSM dan kemudian TSB

    seneng banget baca kisah Teh Okti yang belajar hidup mandiri dan akhirnya berani ke luar negeri

    gak semua orang punya keberanian teb lho

    Reply
  3. Bayangin Teh Okti ini orangnya mandiri sekali, ditempa oleh keadaan sehingga terbiasa demikian. Salut!
    Puas bener ya dulu itu bisa kemana-mana lintas kabupaten lanjut ke luar negeri. Dulu meski kurang nyaman angkutan tapi hati lebih tenang, enggak seperti sekarang, was-was dengan berbagai kejahatan sehingga jika masih belia bepergian sendiri berbahaya.
    Oia, semoga hobi abadi yang dijalani terus membuat happy hingga nanti ya..

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics