Journaling Sebagai Investasi

Ketika buka ponsel, ada notifikasi jika tiga tahun lalu, saya menceritakan tentang Fahmi yang saat itu menginjak usia 7 tahun, untuk pertama kalinya menjadi imam solat magrib bagi teman-teman Pondok Mengaji Al Hidayah yang kami kelola.

Saya tersenyum dan tidak terasa mata ini berkabut bahkan hampir meleleh. Anak pemalu ini bahkan sudah mau setahun ini selalu jadi imam untuk saya jika ia tidak ke masjid karena ketinggalan waktu berjamaah.

Dan saya membayangkan sekitar dua tahunan lagi, mungkin ia akan pergi meninggalkan rumah, karena ingin belajar mandiri dengan melanjutkan sekolah sambil mondok. Belum tentu dimana tapi yang pasti tidak akan serumah lagi bersama kami.

Tidak ingin kehilangannya, maksudnya momen yang sangat berharga itu, kembali saya menuliskannya. Kelak, semua tulisan saya ini bisa jadi pengobat rindu. Ah rasanya bersyukur meski selalu banyak alasan ini itu tapi masih sempat “curhat” dengan cara menuliskannya. Sehingga selain ada yang bisa saya kenang, saya pun merasa lega setelahnya.

Manfaat dari menuliskan apa yang saya alami, apa yang terjadi pada setiap harinya ini memang banyak manfaatnya. Paling tidak untuk saya sendiri.

Manfaat Journaling

Saya jadi lebih banyak bersyukur. Setiap mendapatkan masalah, saya pun selalu mencatatnya. Dan ketika suatu saat saya membaca catatan itu, Ya Allah, rasanya tidak percaya jika saya bisa mengalaminya dan bisa keluar dari permasalahan tersebut. Bagaimana tidak akan bersyukur coba? Sampai detik ini saya masih baik-baik saja

Melalui catatan itu, saya pun jadi bisa intropeksi diri. Bercermin pada setiap kejadian yang sudah saya lalui, saya jadi banyak merenungkan dan  mengambil kesimpulan, hal apa yang sebaiknya saya lakukan dan mana yang sebaiknya saya hindarkan.

Meksi sedikit melow ketika membaca ulang hal yang sangat menyakitkan terjadi pada diri saya, namun kini saya bisa lebih bijak menyikapinya. Saya bisa tersenyum sekarang. Meski sakit, tulisan itu telah membantu cedera sayabitu jadi sembuh lebih cepat dan selalu bertambah semangat.

Bisa karena terbiasa. Meski ketika saya buka catatan sepuluh tahun lalu ketika masih di Taiwan, tulisan masih seperti SMS, ada yang alay, bahasa masih acak-acakan, tanda baca banyak yang tidak tepat, tapi semakin kesini tulisan saya makin panjang, dan mulai terarah. Ya meski ini Cuma penilaian pribadi saya saja. Itu membuktikan kalau seiring waktu berjalan, sekian lama kita berproses, apa yang kita lakukan akan meningkatkan keterampilan kita. Baik dalam hal imajinasi maupun komunikasi.

Apa yang saya rekam melalui tulisan journaling ala-ala itu telah meningkatkan daya ingat saya. Karena bisa saja sakit seminggu lalu tapi saya baru bisa menceritakannya seminggu kemudian saat semuanya telah kembali normal.

Senang banget rasanya bisa memiliki tempat untuk bercerita dan berkeluh-kesah. Perasaan di dada selalu terasa lebih plong manakala sudah menyimpan tulisannya dengan aman. Sungguh kegiatan pencatatan ini bisa mengelola rasa tres dan mengurangi kecemasan yang saya rasakan.

Saya yakin untuk seseorang yang memiliki masalah lebih berat daripada saya melakukan pencatatan secara rutin dan terus diasah ini bakal membantu pemulihan traumatis yang pernah dialami.

Percayalah, ada banyak manfaat lain dari kegiatan mencatat ini. Saya tidak segan mengajak teman-teman untuk melakukan kegiatan journaling ini meski untuk pemula sekalipun. Tidak ad kata terlambat, ya…

 

Tips mudah untuk mulai journaling

Sesuai dengan kegiatannya yaitu mencatat atau buat journal, bagaimanapun bentuk dan pelaksanaannya, intinya tetap kalau kita diharuskan untuk bisa menulis. Jadi untuk memulai ya tulis saja apapun yang ada di pikiran kita.

Supaya tidak terbebani, bisa memulai dengan menulis dari hal kecil. Seperti perasaan hati, kondisi rumah, sikap tetangga, bahkan pencapaian dan kegagalan sekalipun.

Dalam kegiatan menulis jurnal ini kita bisa bebas menulis juga mencurahkan semua perasaan, semua emosi, pokoknya apapun yang saat ini sedang kita rasakan.

Tulis saja apa adanya dengan gaya bahasa kita sendiri. Saat kesal, tulis saja seperti aku tuh sebenarnya benci kamu. Iya kamu. Tahu gak sih susah aku tuh melakukan ini sendiri. Kamu bisa bantu kenapa kamu diam saja? Sebel aku jadinya sama kamu…

Selesai? Save dan simpan di tempat man. Lalu buat lagi jurnal lain. Terus demikian sehingga kegiatan menulis ini jadi kebiasaan dan rutinitas. Suatu saat kita akan terbiasa dan akan merindukan kegiatan ini manakala belum sempat karena ada kendala.

Semakin lama dan terbiasa buat jurnal, kita dengan sendirinya akan bisa memilih mm yang sebaiknya saya kataku, atau tuliskan, dan mana sebaiknya yang saya simoan. Jadi nanti kita bisa memilih jurnal terbaik.

Seiring jam terbang dan dan tingkat kedewasaan (halah…) kita akan dituntun sehingga bisa memikirkan apa yang akan kita tulis dalam jurnal. Apakah hal penting atau momen tertentu saja, atau masih segala masuk, sampai kotoran ayam tetangga di teras kita juga dituliskan untuk “diperingati”?

Jaman sekarang serba canggih. Hampir semua memiliki smartphone. Jadi kegiatan journaling ini akan jauh lebih mudah dilakukan. Yuk jangan sampai waktu kita tebuang percuma. Segera buat jadwal yang rutin untuk buat jurnal sebagai investasi diri dalam banyak hal.

20 thoughts on “Journaling Sebagai Investasi”

  1. Journaling itu asiik..bisa agak lepas rasanya apa yang kita pikirkan saat kita tuliskan. Selain itu juga bida jadi kenangan kapan saja kita ingin membaca ulang. Apalagi tulisan yang mengandung bawang, duh rasanya terbit syukur yang tak terukur mengingat kita bisa melalui itu semua

    Reply
  2. Journaling itu jadi mengingatkan saya dengan hobi mengisi diary zaman dulu. Sekarang saya pun baru memulai lagi dengan mengaktifkan blog, walau sedikit beda. Namun menuangkan isi pikiran memang membantu kita utk memahami diri. Saya sering ketawa-ketawa kalau baca tulisan-tulisan dulu, tapi di sisi lain membantu merefleksikan diri bagaimana akhirnya saya sampai di titik sekarang ya.

    Reply
  3. Saya sebenarnya suka sekali dengan menulis apapun tapi kadang kita terarah dan tidak konsisten. Baca ini membuat saya jadi lebih termotivasi lagi menjurnal

    Reply
  4. Jurnaling udah dari SMP terus akhirnya ngga lagi atau jarang2 banget sejak kuliah yang bikin (sok) sibuk. Semakin kesini rasanya makin butuh sih yaa haha apalagi udah jadi emak2 kayak gini, justru penting banget tuh

    Reply
  5. Saya tuh sudah lama pengen jurnaling, malah punya buku panduan dan sudah nyetok beberapa buku untuk jurnaling. Tapi ya itu, Teh, baru nulis beberapa hari udah berhenti huhuhu.

    Reply
  6. Betul banget teh, sejak punya blog, saya juga serasa punya teman curhat pribadi. Bisa lnsung nulis klo nemu ide, dan manfaatnya bukan hanya untuk kita, tpi bisa dirasakan jg oleh orang lain. Akhirnya tulisan bisa bermakna. Thankyou for sharing teh.

    Reply
  7. Rajin sekali ya Teh Okti untuk menuliskan catatan harian dalam journal ini. Bagus juga nih diterapkan untuk saya yang makin lama makin pelupa hehee.. Banyak hal yang ingin saya lupakan, makanya enggak saya catat, eehh malah kebablasan sering lupa dengan hal-hal penting. 🙂

    Reply
  8. Setuju banget banget banget Teh. Journaling walau kelihatannya “sepele, cuma nulis doang” tapi manfaatnya luar biasa ya, terutama untuk melepaskan emosi yang dirasakan. Good job teeh.

    Reply
  9. MasyaAllah.. tadi jg ga sengaja baca tulisan lama, tulisan ramadhan 2 tahun lalu yg lagi sakit gigi dan bener teh, jadi bisa lihat proses kita sendiri kayak gimana kudu diseriusin nih

    Reply

Leave a Reply to Uniek Kaswarganti Cancel reply

Verified by ExactMetrics