Menginginkan Negara Maju dan Modern? Lakukan Sejak Dini Pengenalan 4 Pilar Kebangsaan
Kesal saat belasan anak mengaji di rumah usia sepuluh tahunan satu pun tidak ada yang tahu lima sila dari Pancasila. Ya ampun! Padahal jaman saya seusia mereka lima sila Pancasila itu sudah hafal di luar kepala sejak kelas 2 SD. Termasuk gambar dari setiap silanya.
Rasanya keluar dari jalur kalau saya menyuruh mereka (santri yang niatnya mau belajar mengaji kepada suami selaku guru mengajinya) menghafalkan sila-sila Pancasila. Tapi mendapati mereka, generasi muda bangsa yang jelas-jelas masa depan bangsa dan negara ada di tangan mereka, seusia itu belum tahu Pancasila dan apa saja bunyi silanya –sama sekali tidak tahu– itu kok rasanya kebangetan. Jengkel sendiri gitu dibuatnya. Bagaimana kelak dewasanya kalau sejak kecil tidak pernah diajarkan? Tidak aneh kalau bakal banyak yang mengalami seperti “Kasus Zaskia Gotik”
Saya jadi tidak habis pikir, kenapa pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) malah ditiadakan sementara buktinya anak jaman sekarang sebesar itu tidak tahu apa itu Pancasila, apalagi bunyi butir-butirnya! Keburukan menjadikan PMP sebagai mata pelajaran di sekolah emang apa? Alih-alih moral generasi muda bisa membanggakan, yang ada pengetahuannya saja ternyata kurang.
Sedihnya lagi, karena tidak ada “gerakan resmi” –seperti pihak sekolah– saya tidak bisa bertindak banyak supaya mereka –khususnya anak-anak didik mengaji di rumah– bisa mempelajari Pancasila dan pelajaran/pemahaman lainnya terkait moral dan kewarganegaraan. Padahal kalau ada tugas dari sekolah baik itu pelajaran atau hal lain yang disuruh oleh guru sekolah, anak-anak di kampung sangat takut, segan dan pasti mengerjakannya. Pernah ada anak MTs, disuruh merangkum 1 buah buku bela-belain waktu mengaji ia mengerjakan tugas rangkuman itu. Segitu besarnya pengaruh sekolah bagi anak-anak khususnya di kampung saya.
Beda kalau guru mengaji yang menyuruh. Menghafal surat pendek, bertahun-tahun tidak hafal juga. Membersihkan karpet sebagai alas untuk sholat dan mengaji saja saling menyalahkan dan yang besar kembali menyuruh kepada yang kecil.
Ini artinya apapun yang ditugaskan oleh pihak sekolah, akan dengan mudah dan patuh dilakukan anak-anak. Sementara jika diperintah oleh pihak lain, anak-anak akan cenderung abai. Saya yakin jika pihak sekolah yang menugaskan anak-anak untuk mempelajari apa itu Pancasila, termasuk 4 Pilar Kebangsaan terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika akan lebih mudah dipatuhi dan dilakukan anak-anak.
Sekarang memang beda dengan tahun 1980-an saat saya sekolah, sejak masuk SD sudah dikenalkan apa itu Pancasila, apa saja bunyi silanya (malah suruh dihafal) dan semakin besar mendekati kelulusan kelas 6 semakin tambah banyak wawasan terkait moral dan kewarganegaraan, termasuk bunyi butir-butir dari sila Pancasila yang oleh para guru diterangkan apa maksud serta bagaimana pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi coba saat ini? Setelah semua pelajaran terkait moral dan Pancasila dihapus, anak-anak tampak bagai kehilangan jati diri dan orang tua (yang ngeh) cukup kesulitan bagaimana cara mengajarkan semua itu kepada buah hatinya? Okelah ada pelajaran PKN (kalau tidak salah Pendidikan Kewarganegaraan) tapi lihat sendiri hasilnya, apakah “nempel” di anak?
Padahal Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Zulkifli Hasan sebagaimana diberitakan Antaranews menyatakan jika: Negara maju berbanding lurus dengan pendidikan berkualitas. Pak Zul bilang: “Implementasikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, maka selesai permasalahan bangsa ini.”
Diakui sendiri kalau maju atau mundurnya satu negara berbanding lurus atau ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber daya manusianya. Salah satu syarat supaya Indonesia menjadi negara maju adalah kualitas sumber daya manusianya yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ujungnya pasti bicara tentang kualitas pendidikan. Banyak fakta meski luas negara nya lebih kecil dan miskin sumber daya alam tetapi jika kaya kualitas sumber daya manusianya, negara itu bisa menjadi negara maju dan modern.
Sebaliknya meski negara kita luas, memiliki kekayaan sumber daya alam yang kaya tapi tidak memiliki sumber daya manusia berkualitas justru akan hancur. Jelas selain ilmu dan teknologi ada penunjang lainnya kepercayaan. Seluruh elemen bangsa harus terkait dan saling percaya. Meyakini akan kekuatan pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Lalu bagaimana generasi muda yang jadi sumber daya manusia mau bermoral atau maju jika pendidikan dasarnya terkait moral serta Pancasila dan kewarganegaraan itu malah bias? Bukankah sudah ditegaskan arti penting Pancasila bagi rakyat Indonesia seperti apa.
Acara sosialisasi semacam ngobrol santai tentang 4 Pilar Kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika antara MPR RI dan masyarakat seperti acara “Netizens Bandung Ngobrol Bareng MPR RI” Kamis, 20 Meri 2017 di Hotel Novotel Bandung itu sangat bagus. Sosialisasi bukanlah perkara mudah. Negara berupaya, tetapi tanpa bantuan semua kalangan hasilnya tidak akan maksimal.
Permasalahan yang bias di negara Indonesia bukan masalah Pancasila dan pemahaman nya, tapi bagaimana implementasi nya dalam kehidupan sehari-hari karena hal itu yang masih sangat kurang. Dengan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, maka permasalahan akan berangsur berkurang. Tapi bagaimana mau mengamalkannya jika ilmunya saja tidak diajarkan?
Sebagai ibu rumah tangga, sebagai warga negara Indonesia yang menginginkan anak-anak (di kampung sendiri khususnya dan semua anak-anak Indonesia dimanapun berada umumnya) bisa mengamalkan akhlak bermoral dalam keseharian nya, memiliki karakter baik, yang tidak lepas dari 4 Pilar Kebangsaan maka besar harapan saya pengenalan 4 Pilar Kebangsaan ini bisa jadi mata pelajaran moral sejenis PMP dulu, atau minimal ada semacam Penataran P4 jaman sekolah dulu. Kalaupun ada kekurangan dalam mata pelajaran itu, sebaiknya ya diperbaiki dan koreksi, bukan justru malah dihilangkan yang akhirnya malah berdampak merusak moral generasi muda bangsa.
Setahuku sekarang ada teh Anakku sejak kelas 1 SD diajarkan materi PKN. Sepengatahuan isinya sama sih teh
Aaaah jadi inget masa-masa sekolah dulu, menghafal UUD 1945, satu-satu di test maju di depan kelas hihi 🙂
Sekarang mapelnya ganti nama Pkn mbak
Tpi utk penataran P4 skrg sdh g ada kali y
Dulu zamanku PPKn tapi sekarang ganti PKn. Mungkin materinya kurang ditekankan di sekolah
Imbas pergantian kekuasaan ya begitu. Mestinya yg udah bagus ya diteruskan,kalau bisa jadi semakin bagus.
Meskipun ada pelajaran PKN tidak sama dg PMP.
Materi pelajaran anakku tentang PKn ini banyak banget, pusing menghapalnya. Gimana ya ada metode yang keren dan bahasa anak-anak agar tidak terbebani menghapalnya?
Dulu aku paling suka lho pelajaran PMP/ PPKN. Begitu kuliah dapatnya Kewarganegaraan hehehe.
Hihihi jadi keinget tiap masuk ajara baru ada penataran P4, skrng msh ada gak ya?
ih jaman kita sekolah dulu baca UUD mah sering meskipun pd saat itu belum paham,tapi walaupun bgftu smpe skrg masih lekat diingatan dan baru paham kenapa dlu disekolah kita disuruh hapalin betul2