Mengasuh Pondok Mengaji Al Hidayah

Mengasuh Pondok Mengaji Al Hidayah

Dulu, ada yang tanya ke saya, sebagai blogger kampung, alias blogger daerah yang sama sekali tidak ada event apalagi semacam undangan launching produk atau acara sejenis, blognya diisi apa?

Halo, pake tanya blognya diisi apa? Blogger itu kan orang yang nulis di blog, blognya ya jelas diisi tulisan lah! Ada yang salah?

Ada lagi yang tanya, menulis terus, emang kamu dapat apa? Nah kalau untuk pertanyaan ini jujur saja jawabannya ada banyak.

Satu: mendapat kepuasan.

Menulis untuk saya ibarat sebuah kebutuhan. Tanpa menulis, rasanya ada sesuatu yang hilang. Alhamdulillah sejak kecil diberi kelebihan hobi membaca yang kemudian diiringi suka menulis. Mulai menulis di atas kertas, buku harian, sampai seiring kemajuan zaman menulis di blog pun saya lakukan. Tidak bisa diceritakan bagaimana senangnya kalau dalam setiap keterbatasan berhasil melahirkan sebuah tulisan apalagi kalau tulisan itu bermanfaat bagi orang lain yang membaca.

Dua: mendapat pengakuan.

Ya karena sering mengisi blog, meski bukan reportase atau tulisan bernas, tapi saya diakui orang sebagai blogger. Merasa tahu diri karena lebih banyak hanya bisa menulis curahan hati tapi justru ternyata tulisan asal yang saya buat yang justru mendapat view paling tinggi.

Sampai sekarang, tulisan tentang Rute Terbaru Angkot di Cianjur dan Pahlawan Voucher: Bingung Voucher di Kampung Mau Diapakan? Mendapat views paling tinggi meski belum tembus di angka jutaan.

Beruntungnya lagi ketika domain authority dan page authority (DA/PA) pada anjlok drastis (yang DA 50 aja terjun jadi 27) Alhamdulillah blog saya termasuk yang hanya sebatas nungging. Dari 35 nyungsep di 25. Konon katanya salah satu faktor penentu karena blog saya lebih banyak memiliki tulisan organik. Cmiiw. Selain konten yang dianggap baik pastinya.

Tiga: mendapat penghasilan.

Alhamdulillah, meski masih recehan setiap bulan selalu saja ada pemasukan. Yah lumayan lah buat jajan ciki atau cilok mah masih sisa. Kalau rutin sisa jajan itu di akhir tahun bisa saya pakai buat bayar sewa rumah alias hosting dan domain.

Semakin banyak gaul, eh banyak berjejaring maksudnya, semakin banyak peluang untuk mendapatkan job. Entah itu content placement, sponsored post, buzzer, campaign produk dll. Yang dari semua itu tidak akan saya pungkiri saya jadi punya penghasilan. Bisa dibilang menulis atau ngeblog yang tadinya sekadar hobi, kini hampir menjadi profesi. Padahal saya hanya mengandalkan tulisan curhat, lho. Iyalah wong di Cianjur mah (sekali lagi) tidak ada pisan blogger gathering atau undangan media dan blogger, produk launching dan sejenisnya.

Empat: mendapat kekuatan (biaya operasional) untuk terus mengelola dan menjalankan Pondok Mengaji.

Kalau yang ini, sepenuhnya atas kuasa Sang Pencipta. Hanya mungkin kebetulan melalui tangan suami dan saya. Suami yang menyumbangkan ilmunya supaya lebih bermanfaat. Sementara saya (maaf bukan mau riya’ ya) naudzubillahimindzalik hanya berbagi apa yang bisa saya lakukan untuk menyemangati anak-anak dalam mencari ilmu. Tulisan ini saya buat pun tujuannya sebagai laporan secara garis besar kepada para donatur. Laporan terperinci tentu saja saya sampaikan melalui jalur pribadi. Karena tidak semua donatur bersedia namanya dipublikasikan.

Anak didik mengaji di rumah minus 3 orang karena sakit

Jadi maksudnya begini, dulu sebelum orang tua suami meninggal dunia di rumahnya suka mengajarkan membaca Al Qur’an kepada anak tetangga. Setelah suami kuliah di STAIS Bandung, kegiatan mengaji di rumah lebih ditingkatkan, supaya ilmu yang diperoleh selama kuliah bisa lebih bermanfaat.

Hingga menikah dengan saya, pondok mengaji itu terus kami pertahankan. Sempat kami akan pindah ke kota, tetapi panggilan Allah lebih kuat. Alhamdulillah sampai sekarang meski santri dan santriwati nya datang dan pergi tetapi kepercayaan masyarakat di kampung tempat kami tinggal semakin besar. Santri yang sudah berkeluarga bahkan kembali menitipkan anaknya untuk kembali mengaji. Akhirnya semakin banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar mengaji di rumah kami. Ini amanah Nya buat kami.

Meski sempit semangat belajar tetap tinggi

Semakin canggih teknologi, semakin tinggi tuntutan jaman. Mengaji tidak hanya hafal huruf Hijaiyah lalu khatam. Tetapi harus dibarengi ilmu lainnya seperti Fiqih, Syariah, mendalami kitab kuning dll. Dan tentu saja semua itu tidak bisa instan. Apalagi anak zaman sekarang lebih tertarik kepada gadget dan televisi. Karena itu kami terus memutar otak, bagaimana supaya anak senang dan menyukai datang ke tempat pengajian.

Saya dan suami pun mulai membuat strategi. Membuat kurikulum pengajian, membuat metode pembelajaran, pengadaan sarana dan prasarana mengaji, sampai hajat besar para santri dan santriwati berupa lesengan (istilah di kampung saya untuk acara para santri dan santriwati tampil di depan jemaah. Umumnya yang ditampilkan anak didik topiknya seputar acara yang diperingati. Seperti kalau acara Isra Mi’raj maka penampilan anak didik temanya semua terkait Peristiwa Isra dan Mi’raj, baik berupa dakwah, doa, kesenian dll) yang kami adakan tiga kali dalam setahun. Yaitu saat bulan Muharram, bulan Rajab dan bulan Rabiul Awal. Dari mana semua biaya operasional itu? Ya dari hasil saya ngeblog dan infaq shodaqoh para donatur.

Nama peserta hafalan dalam peringatan Isra Miraj 1440 H

Bulan Maret hingga April 2019 ini bertepatan dengan bulan Rajab dimana diperingati peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Seperti biasa kami pun sibuk mempersiapkan semuanya. Saat di masjid kampung ada ceramah mengundang ustadz dari luar kampung, sesaat sebelum waktu penceramah tiba kami isi dengan lesengan alias penampilan santri santriwati dengan segala keterampilan yang dimiliki.

Dulu, kalau tampil pakaian santri santriwati alakadarnya pakaian muslim milik masing-masing. Tahun ini, berkat donatur yang tidak bisa saya sebut (yang pasti setengahnya dari donatur itu berprofesi sebagai blogger juga) Alhamdulillah anak-anak Pondok Mengaji Al Hidayah sudah punya pakaian seragam.

Seragam ini gratis bagi mereka. Dana bersumber dari donatur

Tidak hanya itu, uang dari donatur pun saya belikan beberapa buku Iqra, buku belajar menulis dan membaca Hijaiyah serta ada alat tulis menulis.

Kemarin malam, Senin 17 Maret 2019 acara Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Pondok Mengaji Al Hidayah Alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar. Anak anak bisa tampil dengan maksimal meski ada beberapa yang grogi sehingga lupa apa yang akan disampaikan.

Buku buku baru beserta alat tulis lainnya

Kebahagiaan tidak hanya saya dan suami rasakan. Tetapi juga dari binar mata mereka, para santri dan santriwati. Dan saya yakin para orangtuanya pun ikut bahagia melihat putra putri mereka bisa tampil dengan maksimal dengan seragam baru.

Pada kesempatan ini saya dan suami mengucapkan terimakasih tidak terhingga kepada seluruh donatur. Semoga atas rezeki yang sudah disisipkan kepada kami menjadi amal baik yang pahalanya terus mengalir hingga akhir. Amin.

Tanpa diminta pun kami selalu mendoakan para donatur khususunya, kita semua pada umumnya untuk selalu diberikan kesehatan, serta kelancaran dalam setiap urusan. Doa doa itu kami panjatkan khususunya pada saat Yaasinan serta Istighosah rutin setiap Kamis malam (malam Jumat) setiap minggunya.

Alhamdulillah, kali ini mereka ada rezekinya mendapat uang jajan dan camilan.

Tulisan ini bukan semata sebagai laporan kepada para donatur, melainkan sebagai pelajaran kepada saya khususnya, untuk terus semangat menulis dan berbagi manfaat atas apa yang bisa kita lakukan. Karena dengan hasil dari menulis (ngeblog) kelangsungan belajar mengaji di Pondok Mengaji ini bisa berjalan. Biarlah kalau orang mewakafkan harta benda, kalau saya (jika boleh) mau wakaf penghasilan ngeblog saja. Insyaallah.

Kedepannya semoga kegiatan belajar dan mengajar mengaji di rumah ini bisa lebih maksimal lagi. Secara kalau mengingat cita cita, keinginan ini sungguh sangat besar. Seperti memiliki bangunan sendiri supaya antara anak santri dan santriwati bisa terpisah. Selama ini kan masih berbaur di satu ruangan. Maklum ruang tamu rumah kami sangat kecil.

Keinginan lain ingin memiliki tambahan koleksi buku bacaan, karena selama ini anak mengaji dan membaca buku masih itu-itu saja. Buku yang sama tetap mereka baca meski sudah tidak sesuai dengan usianya.

Sampai tidak menutup kemungkinan, jika kepercayaan masyarakat terhadap kami bisa dipegang, anak anak mengaji selalu bertambah, kami kepikiran ingin membuat semacam yayasan atau lembaga pendidikan ala-ala yang pada intinya bisa lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan khususunya mengaji Al Qur’an serta ahlakul kharimah. (Karakter baik). Amin. Meski kami belum tahu bagaimana caranya dan semua itu tidak mudah, tapi kami percaya kalau sudah menjadi ketentuan Nya, tidak ada yang tidak mungkin.

 

61 thoughts on “Mengasuh Pondok Mengaji Al Hidayah”

  1. Membaca tulisan tek Okti selalu membuka sisi lain dari kehidupan seorang blogger yang kita satu daerah di Cianjur, menjadi pendorong nih buat ngadain gathering beneran, bukan hanya sekedar wacana aja.

    yang paling gereget dari tulisan di atas ada daftar lesengan… wkwkw. aslinya saya jadi terkenang, sewaktu dulu masih belajar di madrasah diniyah, jadi setelah selesai sekolah SD di pagi hari, maka sore harinya masuk sekolah agama ata dinamakan dengan madrasah diniyah, dan setiap acara kenaikan kelas atau PHBI pasti kita akan minta kedepan, untuk berbicara yang sebelumnya di berikan teks khusus untuk di hafal yang dinamakan dengan lesengan..

    terima kasih Teh, sudah mengingatkan beberapa tahun kebelakang, selagi eykeu masih lucu-lucunya, imut-imut dan emes-emes…

    Reply
  2. Maksya Allah teh Oktiiiiiiiii, teteh keren banget sih baik sebagai blogger dan peran di masyarakatnya. Semoga itu jadi ladang amal pemberat teteh kelak ya . Sukses ya buat teteh. Tapi ngomong-ngomong ya teh ya, soal Da bkin aku smpet sdih wktu itu. Da aku 34 lngsung trun drastis coba k 18. Nyebelin kan. Padahal naikinnya jg perjuangan. Pdahal aku jg bnyak konten organiknya dripsa sponsored post. Huhuhu sedih. Tapi nggak apa-apa sih teh, itu semua jadi bkin aku evaluasi niatku kembali. Klo sekarang santai aja. Skali lgi sukses buat teteh ya

    Reply
  3. Ternyata bukan cuma bloger, tapi juga ustadzah pengasuh Pondok Mengaji. Salut dan terharu sama ketulusan Mbak Okti dan suami mengajari anak-anak mengaji. Semoga selalu diberkahi ya, Mbak. Amin.

    Reply
  4. bener teh, bagiku sekarang ngeblog jadi kebutuhan, ga ngeblog malah jadi suka rungsing sendiri. DA ku nyungsep dari 33 ke 21 hehehe jarang konten organik skrg, lg susah nulis bgt, ada bayi dua di rumah, hehe

    Reply
  5. Rezeki bisa dimana saja di dapat walaupun bukan dari kota. Dapat undangan launching produk yang bikin berebut dan berharap harap.

    Bangga jadi blogger kampung karena bisa membangun kampung sendiri jadi lebih maju lagi dengan pendidikan

    Reply
  6. Wah… Kakak… Ini pertama kalinya aku berkunjung ke sini. Tulisannya menginspirasi sekali.
    Blogging memang bisa dilakukan di mana dan kapan sajak termasuk bisa menulis apa saja.
    Nggak harus menulis undangan ke sana sini.
    Malah, aktif sekali dengan menjadi pusat inspirasi di sana.

    Anak-anaknya juga cantik & ganteng.

    Semangat berbagi ilmu dan kasih sayang terus sama suami ya Kak.

    Reply
  7. Masya Allah…. Barakallah teteh dan suami yg terus menghidupkan Pondok Mengaji Al Hidayah…. dari situlah insyaAllah rejeki teth dan suami terus mengalir… rejeki dunia akhirat…aamiin ya robbal alamin….
    oo iya pengalamanku juga sbg blogger (walopun newbie)… kita bisa sharing pengalaman hidup yg mana juga ilmu kehidupan ke para pembaca…. bersyukur jika itu bermanfaat juga bg org bnyk…. Good luck teteh!.. semoga berkah selalu

    Reply
  8. Mengaji dan membaca memang berbeda, karena yang satu menerapkan dengan praktik, sedangkan yang satu lagi hanya sekilas saja. Maka selalu belajar terus belajar agar dapat mengaji lebih baik lagi, karena mengaji bukan sekadar membaca

    Reply
    • Ngeblog mah ngeblog aja ..biar di desa maupun di kota Insya Allah jika kebaikan yang kita bagikan akan membawa manfaat bagi sesama. Tetap semangat yaa:)
      Semoga anak-anak di Pondok Mengaji Al Hidayah ini dijadikan anak yang soleh/solehan yang akan menjadi penerus cita-cita mulia bangsa ini. Aamiin

      Reply
  9. masyaAllah teh semoga lancar2 berkah bnget ilmu yg diturunkan ilmu agama tempatnya mnjadi tempat mengaji, sama ama mamah mertuaku cuma pakai lnt 2 di masjid dkt rumah teh,,,

    Reply
  10. MasyaAllah Mbak, keren sekali Mbak dan Suami. Bisa berbagi dengan anak-anak ini yg InsyaAllah akan terus menjadi amal jariah kalian juga Mertua Mbak.
    Moga pondok mengajinya terus maju dan menghasilkan anak-anak yg hafal dan cinta Al Quran karena Allah Swt, Aamiin.
    Anak-anak pasti senang punya Mbak dan Suami, beruntunglah mereka 🙂

    Reply
  11. Teh Okti, tulisan kali ini sungguh sangat menghangatkan hati. Selain setuju dengan apa yang didapatkan dari ngeblog, aku juga seneng banget kalau hasil dari blog bisa menyenangkan orang banyak dan menyebar kebaikan. Insha Allah rejekinya akan ditambah terus ya teh. Amiinn..

    Reply
  12. Terus semangat menulis, Mbak.
    Insya Allah selalu ada rezeki dari ngeblog. Soalnya sesuatu yang didasari dari suka (menulis), maka hal menyenangkan akan mengikuti.
    Ceritanya sangat menginspirasi, Mbak.

    Reply
  13. Waa Teh Okti, insyaAllah selalu dilapangkan rejekinya dan dan selalu sehat. Aamiin. Bahagianya anak-anak sudahmemiliko seragam dan tempat yang semakin baik.

    Reply
  14. MashaAllah teh Okti, baru tau sy selain blogger yang konsisten nulis, juga pengasuh pondok mengaji. Semoga Allah memberkahi keluarga mbak, memberi kesabaran dan kelapangan rezeki untuk mengelola pondok mengajinya ya mbak. InsyaAllah makin banyak tabungan akheratnya. Ditulisan ini sy jadi mikir, sudah berbuat apa sy untuk masyarakat. Sudah bawa bekal apa kelak dibawah tanah. Ah makasih tulisan ini 🙂 Keep inspiring!!!

    Reply
  15. wahhhh ini sisi lain manfaaf ngeblog… saya pun nggak menyesal banting stir jadi blogger… semoga anak-anak itu menjadi anak-anak cerdas yang bisa memberikan sumbangsih bermanfaat buat bangsa ini

    Reply
  16. Duluuu, jaman blogger belum banyak undangan acara/event

    Isi postingan blognya organik semua, cerita sehari2, cerita travelingnya, cerita apa aja yg mau ditulis. Jd ga susah klo mau ngeblog sebenernya ya teh.

    Teh Okti keren pisan, kegiatan offlinenya ^^
    Semangat terus yaa teh

    Reply
  17. Masya Allah teh, saya pingin juga seperti itu apalagi suami udah ke negeri yang abadi pinginnya ada pahala yang terus mengalir.

    Reply
  18. Akh kamu mah blogger kampung yang luar biasa ty. Kepuasan nulis, pengakuan apalagi hebat euy. Pendapatan mah nggak dikampung nggak dikota ngikut aja ya. Allah udah atur bagian ini mah. Sukses selalu ya

    Reply
  19. Sangat inspiratif, Mbak. Terima kasih telah mengingatkan saya pada masa-masa indah saat mengaji di kampung dulu. Semoga bisa istiqomah, Mbak. Insyaallah rezekinya min haitsu la yahtasib..

    Reply
  20. Subhanallah, Teh Okti dan suami keren banget. Bikin saya malu deh. Semoga nantinya pondok mengajinya semakin besar. Dan makin banyak anak yang mengaji di sana. Dan semoga Teh Okti dan suami selalu sehat dan dilancarkan proses mendidik para santrinya. 🙂

    Reply
  21. “Dapat apa?” Tegelitik dengan pertanyaan tersebut. Kalau sesuatu selalu dipikirkan dapat apa dulu, bisa-bisa kebaikan dan kesempatan keburu hilang. Kayak memungut sampah di jalan. Dapat apa selain tangan kotor? Padahal kebaikannya banyak.
    Semoga tulisan dan kerja keras di Pondok menjadi pahala jariyah, ya, Mbak.

    Reply
  22. Subhanallah. InsyaAllah dengan pondok mengaji kenikmatan luar biada, berkah dunia akhirat ya teh. Aku dari dulu pengen punya sekolah mengaji di kampung, tapi belum terealisasi.

    Reply
  23. Masyaallah semoga berkah ya teh aktifitasnya. Tetap semangat teh, walaupun tidak ada event, mungkin bisa ikut lomba yang banyak. Jadi, penghasilan bertambah.

    Reply
  24. Alhamdulillah… Ikut senang dan bangga sebagai blogger. Saya jg jarang ikut event (karena gak ada yg ajak, haha) dan jadi terpacu seperti mbak…menuliskan hal2 yg bs berguna bagi banyak orang. Gak melulu cari uang semata

    Reply
  25. Tulisannya ngena banget di hati nih
    Menjadi blogger itu memang sebaiknya diniatkan untuk berbagi informasi kepada pembaca ya
    Berbagi kisah-kisah kebaikan
    Kalau ada fee, hadiah lomba dll itu bonusnya
    Dan teteh menggunakan dengan sangat luar biasa

    Reply
  26. Luar biasa kak… semua apa yang dilakukan memberikan berkah yang melimpah dan tentu saja ilmu yang dibagikan berguna bagi anak anak ini kelak. Lanjutkan terus, semoga makin banyak yang tergerak untuk ikut dan membantu

    Reply
  27. Masha Allah, banyak berkah yang berasal dari hobi menulis, sampai efeknya begitu besar terasa untuk anak-anak santrinya. Semoga keluarga ini menjadi makin berkah dan terus dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.

    Reply
  28. MasyaAllah.. Barakallah ya Teh, jadi kangen dirumah ada pengajian anak2 setelah selesai shalat maghrib. Semoga ilmunya bermnafaat dan anak2 yang mau mengaji terus bertambah ya Teh.

    Aamiin

    Reply
  29. Semoga pondok mengajinya makin ramai dan berkah Teh. Anak-anak mendapatkan ilmu sebagai bekal nanti menghadapi masa depan. Semoga Teteh dan suami semakin ikhlas dan sabar dalam mengajar.

    Reply
  30. Mbak, aku tuh malah salut lho sama blog milikmu. Konsistensinya luar biasa! Awal-awal dulu aku juga jarang dpt job atau ng-event, aku beneran cuma nulis organik saja. Lha belakangan malah banyak ide organik yang gak sempat eksekusi. Soalnya jadwal CP juga padat merayap, hiks. Lanjutkan, Mbak!

    Reply
  31. Masya Allah teh insya Allah barokah selalu ilmu nya. Apalagi menemani anak-anak mengaji seperti ini. Dan aku sebagai newbie blogger juga merasa tersemangati dengan tulisan teteh ini, bahwa ya semuanya punya porsi masing-masing untuk memaksimalkan potensi yg bermanfaat.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics