Mengenalkan Keragaman Hutan dan Manfaatnya kepada Anak
“Bu, kertas terbuat dari apa sih?” Celetuk Fahmi putra saya, tiba-tiba. Beberapa tahun yang lalu.
Maklum anak, pertanyaannya selalu saja muncul tiba-tiba. Kayu bikinnya gimana, Bu? Kenapa kita bernafas, darimana udara, darimana air berasal, kenapa ini kenapa itu. Dan saya hanya bisa menjelaskan sebisanya.
“Kertas terbuat dari kayu,” jawab saya. Sambil lalu, seperti biasa.
“Kayu, bagaimana bisa? Bagaimana caranya?” Fahmi semakin penasaran.
Kini giliran saya yang kewalahan. Bagaimana ya menjelaskannya sehingga anak mengerti? Baiklah saya pun mencoba menjelaskannya dengan bahasa yang mudah dipahami anak seusianya.
Saya mulai menjelaskan, kalau mau buat kertas, kayu dari hutan harus dipotong dulu. Potongan kayu yang disebut log itu kemudian disimpan di penampungan beberapa bulan supaya lunak. Mendekati masa pengolahan, kulit kayu gelondongan atau log itu dikupas dengan mesin.
Setelah dikupas, kayu dipotong menjadi ukuran kecil dengan mesin yang disebut chipping. Bagian kecil atau chip ini dimasak lagi (istilahnya digester) untuk memisahkan serat kayu. Serat kayu ini yang nantinya jadi bahan pembuat kertas.
Serat kayu hasil dari digester ini disebut bubur kertas atau istilahnya pulp. Pulp ini yang diolah menjadi kertas oleh mesin pembuat kertas di pabrik-pabrik besar. Prosesnya masih panjang. Ada tambahan bahan lain seperti pewarna, bahan kimia dan sebagainya. Sampai dibentuk lembaran dan penyerapan air. Baru kertas yang kering dalam gulungan besar itu siap diproses lagi sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar.
Entahlah Fahmi mengerti atau tidak dengan penjelasan singkat itu. Tapi sejauh itu ia manggut-manggut dan bergumam, oh, ya, gitu ya dan hemm…
Suami bilang selain teori, supaya lebih diingat kuat, anak juga harus praktik terlibat langsung. Berhubung melihat ke pabrik kertas lebih panjang urusannya, maksudnya jauh dan gak tau harus kemana. Hehehe… Maka yang mudah saja kami ajak Fahmi melihat langsung pepohonan yang banyak dijadikan bahan pembuatan kertas. Salah satunya pohon pinus. Maka kami ajak Fahmi melihat langsung hutan pinus terdekat yang ada di Cianjur Selatan.
Beruntung saya bisa menunjukkan langsung pohon pinus dan sadapannya kepada Fahmi sehingga ia (kami harap) bisa lebih mengerti. Dibantu oleh Pak Ii, pegawai perhutani selaku koordinator wisata RPH Cibinong BKPH Tanggeung KPH Cianjur yang menerangkan dengan detail terkait pohon pinus mulai dari bibit, tanam, panen, sadap, sampai pengolahan hasil sadapan yang ujungnya bisa jadi kertas, serta bahan lain yang dibutuhkan manusia.
Fahmi tampak antusias dan seperti biasa ia selalu banyak tanya. Dengan ramah Pak Ii menjawab dan menjelaskan. Berkali-kali mengunjungi hutan pinus, saya dan anak jadi tahu bahwa hutan itu benar-benar penting untuk kelangsungan hidup manusia. Selain penghasil oksigen (O2), dari satu jenis pohon saja, begitu banyak manfaat yang diambil oleh kita. Pinus ini contoh salah satunya.
Pohon pinus oleh masyarakat awam disebut sebagai pohon cemara. Padahal pinus salah satu genus dari cemara. Genus lainnya adalah Juniperus dan Thuja. Masing-masing genus masih terdiri dari banyak spesies. Pinus sendiri terdiri dari 115 spesies. Banyak kan ya?
Jajaran pohon pinus yang biasa kita jumpai di kawasan wisata seperti di Puncak, Lembang, dan beberapa tempat lain di Jawa, adalah Pinus Sumatera, Sumatran pine atau Pinus merkusii. Disebut pinus sumatera, karena habitat aslinya berasal dari pulau Sumatera. Pinus bisa tumbuh dari nol sampai dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pohon pinus mengeluarkan zat alelopati, ini yang mengakibatkan tanaman lain tidak bisa tumbuh di bawah pohon pinus. Daun pinus juga tidak mudah hancur. Karena itu ada yang mengatakan pinus tidak cocok dibudidayakan di lahan-lahan pegunungan, terutama sebagai penahan erosi.
Tetapi pinus juga punya kelebihan lain. Pertumbuhannya sangat cepat jadi bisa segera diambil manfaatnya. Kayu pinus merupakan bahan bangunan kualitas baik. Kayu pinus ringan tapi kuat, tekstur urat kayunya jelas. Dulu rantingnya sebagai bahan pembuat korek api, sekarang dibuat sumpit. Selain untuk bahan bangunan dan meubel, kayu pinus juga bahan playwood dan bubur kertas (pulp) itu tadi.
Pinus tropis seperti Pinus merkusii akan menghasilkan pulp serat pendek bahan pembuat kertas putih. Sedangkan pinus sub tropis menghasilkan pulp serat panjang, sebagai bahan pembuat kertas koran.
Batang pinus yang digiling jadi bubur kertas (pulp) memiliki limbah yang disebut terpentin (C10H16). Karena merupakan limbah industri, maka harganya lebih murah dibanding dengan terpentin hasil sadapan batang pinus langsung. Hasil sadapan pohon pinus secara langsung berupa getah yang lengket berwarna cokelat kekuningan.
Minyak terpentin hasil limbah pulp setelah diolah ini jadi bahan baku pembuatan cat, pelitur, industri farmasi, campuran kosmetik, parfum dan wewangian.
Penyadapan getah pinus, dilakukan ketika batang tanaman sudah berdiameter paling sedikit 20 cm. Beda dengan penyadapan karet yang dilakukan dengan hanya menoreh kulit kayu, maka pada penyadapan pinus dilakukan sampai ke bagian kayu kerasnya. Sebab getah justru akan keluar dari bagian kayu. Getah yang meleleh pada luka itu ditampung dengan tempurung kelapa atau mangkuk.
Getah yang terkumpul, akan ditampung dalam bak, kemudian diangkut ke pabrik penyulingan (destilasi). Di pabrik ini, getah pinus dipanaskan, uapnya ditampung dan didinginkan, hingga dihasilkan bahan cair berupa minyak terpentin, dan bahan padatnya yang disebut gondorukem (resin).
Limbah penyulingan dari proses ini disebut gendot dan masih bisa dijual untuk bahan campuran kemenyan dan malam untuk membatik. Terpentin maupun gondorukemnya, sebagian diekspor, sebagian diserap oleh pasar dalam negeri. Demikian penjelasan Pak Ii kepada kami terkait pohon pinus, hasil dan pengolahannya.
Tuh, dari proses satu jenis kayu hutan saja ternyata begitu banyak manfaat yang bisa manusia dapat, bukan? Fahmi kembali mengangguk. Belum lagi dari jenis pohon lainnya karena hutan di Indonesia terdiri dari banyak jenisnya.
Saya harap Fahmi sejak dini sudah bisa mulai mengerti tentang proses tumbuhan di hutan sampai agroindustri yang tidak bisa saling dipisahkan. Hutan bukan hanya penting karena tempat kita mencari kayu, sumber air, dan kesegaran udara, tetapi juga penting untuk kelangsungan hidup manusia di bumi.
Tidak hanya itu, sejak usia 3 tahun saya dan suami juga mulai mengajak Fahmi mendaki gunung dan main ke kawasan hutan lindung. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi mengenalkan anak kepada alam sehingga tidak hanya teori yang kami sampaikan tetapi juga anak bisa melihat kondisi hutan secara langsung.
Mulai Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda di Bandung, beberapa Taman Nasional seperti Gede Pangrango, Slamet, Sindoro dan kawasan hutan lindung yang dikelola Perhutani lainnya. Saya dan suami selalu mengajak Fahmi supaya sejak kecil ia bisa lebih jauh mengenal dan menyayangi alam.
Ketika naik gunung itulah anak bisa melihat bagaimana pepohonan hutan banyak yang sudah beralih fungsi dan itu membuat “rumah” binatang terganggu. Hutan yang gundul membuat mata air tempat para pendaki mengambil air minum menjadi kering. Bahkan pergerakan tanah semakin labil menyebabkan bencana longsor di sana-sini.
Sementara ketika kita dapat menjaga hutan dengan baik, maka dengan sendirinya alam menyediakan udara segar untuk mahluk hidup dan cadangan air dari mata air yang melimpah. Seperti hutan yang dilindungi dan dijaga kelestariannya di Taman Nasional Gede Pangrango. Dengan keanekaragaman hutan yang terpelihara mata air pun terus memancarkan air bersih yang jadi sumber kehidupan masyarakat di sekitarnya. Air Terjun (curug) Sawer salah satunya yang berada di kaki Gunung Pangrango, Jawa Barat. Airnya yang masih bersih alami banyak dipakai mandi dan bahkan diminum langsung oleh para pecinta alam yang sedang berkemah di sana.
Coba kalau sampah dibuang sembarangan dan mengotori aliran sungai mana mau manusia mengkonsumsinya? Fahmi pun terlihat bergidik.
Jadi hutan itu sangat penting untuk manusia dan alam. Sebagai manusia kita wajib menjaga hutan. Karena kalau tidak dijaga bencana besar yang diakibatkannya tinggal menunggu saja.
Mengajarkan menjaga hutan memang sebuah hal yang sangat susah. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Karena kalau sejak dini ditanamkan rasa cinta dan peduli terhadap tumbuhan, pepohonan, hutan dan lingkungan saat sudah besar anak akan semakin menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan.
“Menjaga hutan gimana caranya, Bu?” tanya Fahmi lagi.
Banyak caranya. Tidak menebang pohon besar-besaran tanpa perencanaan, menanami kembali hutan yang gundul (reboisasi), tidak buang sampah sembarangan dan tidak merusak pepohonan yang sudah ada.
“Dan jangan lupa Fahmi harus menghemat memakai kertas,” tekan saya. Ia hanya mengangguk.
Semua itu hanya sebagian kecil cara menjaga hutan yang bisa kita lakukan sebagai warga biasa, jawab saya sebisanya.
Akh berbahagialah Fahmi Punya Ortu yang mau mengenalkan alam. Tempat yang sangat dekat dengan kita sebagai manusia. Alam yang Allah SWT kasih gratis hanya kita kadang nggak tahu & lalai untuk menjaganya.
Fahmi anak pinter, semoga besar nanti jadi menteri ya nak.. sepakat mba bahwa edukasi tentang hutan dan lingkungan hidup yang lain perlu dilakukan sejak usia dini, agar ketika besar anak akan semakin menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan.
Duhhh aku terakhir kapan ya liat hutan,,kangen banget sama pohon2 besar gt , suasananya adem sama bikin tenang pikiran soale kaya akan oksigen.
Keren danaunya mbak. Mau lah saya diajak2 kesana. BTW, memang baik sih mengenalkan dan menanamkan cinta pada hutan ke anak2 agar mereka belajar juga sih
Ini pengalaman berharga untuk anak-anak dan juga kita ya mbar
Segar memang wisata ke hutan. Pemandangannya asri, udaranya sejuk, dan banyak wawasan di sana. Jadi ingat waktu sekolah dulu wisata ke Hutan Wanagama.
Bening sekali mata air Curug Sawer,
Terima kasih ya teh, informasi nya sangat lengkap bahkan akupun belum tahu bahan dasar pembuatan kertas itu dari pohon jenis apa.
Sungguh beruntung bisa berkesempatan ajak si buah hati melihat pusat kehijauan.. Bertadabur, mengajari mereka bagaimana merawat anugrah.. Cadass kak
Menarik nih mbak..sekali kali memang penting ajak anak mengenal alam. Nggak ke mall mulu..
Jadi dapat inspirasi nih buat ajak anak juga
Ternyata proses untuk menjadi kertas itu panjang dan ribet ya Teh. Dan saya baru tahu kenapa di bawah pohon pinus itu tidak ada pohon lain, ternyata karena pinus bisa mengeluarkan zat alelopati ya ternyata, baru tahu saya 😀
Waaaah aku jadi ngerti cara membuat kertas. Lumayan ada bahan buat ngobrol sama SID. Terima kasih infonya, Teh.
Aku selalu suka liat pemandangan deretan hutan pinus dan pegunungan. Bikin mata fresh, hati juga tenang.
Setuju banget untuk selalu mengajarkan anak mencintai hutan sejak masih kecil ya Teteh. Termasuk tak coret-coret saat ketemu pohon
Wah senang sekali liburan nyambi belajar tentang manfaat hutan… Semoga setelah tumbuh dewasa Alan turut serta melestarikan Alam
Waaah Fahmi happy banget sudah dikenalkan dengan alam sejak dini. Aku aja baru ke gunung pas udah kerja hehe.
Waktu itu pernah lihat proses pembuatan kertas di televisi tapi udah lama banget, makasi ya infonya mba jadi flashback lagi hehe
Mengenalkan alam pada anak.banyak manfaatnya ya teh. Salah satunya agar anak mencintai dan akhirnya ketika sudah paham akan merawat alam dengan kasih sayang.
bagus mba untuk mengajarkan kesadaran menjaga alam sejak kecil
ilmunya sangat bermanfaat untuk anak-anak karna kapan lagi bsa mengajarkan anak mengenai secara langsung
Beruntung banget ya Fahmi punya orang tua seperti mbak dan suami. Aku yakin deh di saat besar nanti Fahmi akan terus berbuat kebaikan demi alam. Melihat Indonesia yang kaya akan hutan membuat kita bangga ya mbak, tapi sedih ketika tahu bahwa sebagian di antaranya telah rusak 🙁 Semoga masyarakat semakin sadar ya untuk menjaga hutan.
Wisata yang bermanfaat banget ya, aku baru tahu getsh pinus bisa untuk bahan cat, pelitur, industri farmasi, campuran kosmetik, parfum dan wewangian.
Wah saya baru tahu nih kalau pinus diambil getahnya juga. Keren euy fahmi punya orang tua yang sudah mengenalkan hutan sejak kecil.
Lihat hutan itu rasanya segeer banget ya teh, kebayang ademnya.
Fahmi anak cwrdas yang suka bertanya , kapan kapan tante di tanya juga dong. Nanti tante jawab. Tapi kalau nanya matematika, tante menyerah deh
Saya baru tahu kalau getah pinus bisa diolah jadi terpentin dan resin. Di daerah jawa barat banyak sekali hutan pinus yaa, pantas saya lihat banyak juga pengrajin home interior yang menggunakan kayu pinus sebagai bahan dasarnya.
Danaunya keren ihh, sejuk sekali.
baru tau kalau gondorukem itu adalah resin hehehehe.
Senangnya Fahmi diajak jalan-jalan. Kenangan-kenangan seperti ini pasti akan diingat terus sama Fahmi sampai besar nanti…
Fahmiiii nanyanya sama kaya kaka Olive waktu kecil, sampai aku ajak ke Tahura ngejelasinnya hahhaa.
Hayu ahh kapan kita jalan bareng ke hutan atulahh..
Bagus ya mengenalkan anak tentang hutan sejak dini, aku sarjana kehutanan aja belum ngajak anak mendaki deh
Bagus ya mengenalkan anak tentang hutan sejak dini, aku sarjana kehutanan aja belum ngajak anak mendaki deh
Kebiasaan baik memang sangat penting untuk diajarkan sejak usia dini ya ka.. kebiasaan baik dari orangtua akan selalu diingat dan dicontoh oleh anak-anak begitu pula dengan kebiasaan baik. Semoga kita dapat menjadi orangtua yang terbaik untuk anak-anak kita ya Mba
Luar biasa, setuju banget kalau mengajarkan kepada anak tidak bisa hanya lewat cerita atau dengan membacakan teori. Praktik langsung dengan menunjukkan di alam lebih mengena dan akan diingat. Cuma, buat orang yang tinggal di kota agak susah nih kalau harus ke hutan untuk menjelaskan soal kertas karena jauh.
Aaah, Fathan pun pernah menanyakan hal yang sama, kertas dibuat dari apa, bunda? jawab aja dari kayu pohon, begitu pun dengan tisue, beruntungnya Fahmi bisa mengenal keragaman hutan, nanti ajak-ajak Fathan ya kalau mau jalan-jalan ke hutan
Marwah belum pernah aku kenalin langsung ke hutan loh, hiks sedihnya. Mudah2an dalam waktu dekat bisa ajakin marwah ke real forest bukan hutan kota
Keanekaragaman hayati memang penting bangat di ketahui semua orang. Sebab segala kebutuhan hidup ini di sediakan oleh alam. Setiap manusia sepatutnya menjaga alam ini yang telah memberikan manfaat luar biasa kepada mahluk hidup lainnya
Setuju mba, kita harus menanamkan kepada anak anak pentingnya menjaga kelestarian hutan
segar bangeeeet wisata ke hutan gini.. pemandangannya udah pasti menyejukkan mata.. hawanya menyejukkan tubuh dan pikiran hahaha cocok bgt kalo penat sama kerjaan trus refreshingnya ke hutan
Menyatu dengan alam sangat baik dilakukan sejak usia dini, semoga dewasa nanti fahmi jadi anak yang Mandiri dan cerdas ya
Kebetulan di sini juga ada pohon pinus Mba, jadi kepikiran buat ajak anakku piknik ke sana sekaligus belajar tentang hutan 🙂
wah Fahmi beruntung banget sudah diperkenalkan dengan alam dari semenjak kecil, sudah diajak jalan2 dari kecil… banyak wawasan nya nih Fahmi nanti ya. Semoga jadi anak yg cerdas kebanggaan orang tua 🙂
Wah seru lihat ngajakin anak mengenal hutan, kyk hutan pinus.
Jd keinget masa kecilku teh, tiap mudik ke rumah mbah ke Pacitan kami jg lewat hutan pinus, kadang berhenti dulu gelar tiker sambil liat2 sekeliling hutan, ambil2 buah pinus, dan menghirup udaranya yg seger…
hahaha maksudnya ngajakin anak =))
Foto2nya mengingatkan masa kecilku. Aku kecil sering diajak bapak mendaki. Menyenangkan banget. Tapi sekarang mau ngajak anak2ku jalan pagi aja susah banget….
Serunya bisa jalan2 ke sana. Airnya masih jernih itu ya mbak. Jadi ingat masa kecil dulu, suka mandi di sungai tapi airnya sekarang sudah terlalu kotor