Kurikulum Kitab Kuning (Bagian Satu)

Kurikulum Kitab Kuning

Meski pengajian anak-anak di rumah tidak pernah diliburkan, namun mereka sudah inisiatif sendiri. Mentang-mentang sekolah libur, mengaji juga ikut libur.

Suami sendiri sebagai gurunya malah jadi serba salah. Mau ditegur, anak anak sudah lebih dari ditegur, itu. Hampir setiap malam kalau mengaji lebih dari ditegur, diberikan pemahaman kalau mengaji itu kewajiban. Eh, mereka malah balik mencibir.

Mau lebih keras lagi, gak enak sama orang tuanya. Ialah, masa anak orang kita paksa? Secara (maaf) orang tuanya sendiri cuek-cuek saja gitu, meski tahu anaknya lebih banyak nongkrong dan momotoran daripada mengaji. Padahal mengaji ini tidak dipungut biaya apapun! Beda dengan sekolah yang bayarannya mahal. Gak sekolah sehari saja orangtuanya marah-marah. Seolah kiamat depan mata kalau anak bolos sekolah.

Itulah cobaan. Ujian. Buat kami sejujurnya tidak masalah. Yang penting anak sendiri saja keurus. Dan mencoba untuk komunikasi dengan gurunya anak sehingga masalah anak bisa dicari solusinya. Bukannya bersikap tidak peduli saat anak berbuat apa pun, toh (pikirnya) sudah ada gurunya ini. Alih-alih menyuruh anak mengaji di pondok pesantren yang lebih tinggi dan jadwal ngajinya padat, ngaji di rumah saja yang waktunya tidak sampai satu jam sudah banyak orang tua yang tidak peduli.

Kitab Safinah

Padahal pondok pesantren sekarang banyak mengalami perubahan. Mengikuti perkembangan zaman. Anak dibuat nyaman. Tapi tetap saja anak malas. Termasuk anak mengaji didikan kami.

Dan kami pun mencoba memberlakukan itu.
Karena anak-anak sudah ada yang baligh, maka suami mendisiplinkan anak untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan.

Karena beberapa orang anak sudah baligh dan sementara mereka tidak inisiatif (pindah) masuk ponpes (termasuk orang tuanya yang tidak bertindak tegas) maka sudah seharusnya pelajaran pengajian nya pun ditingkatkan. Bukan cuma Iqra atau hafalan surat pendek dalam juz 30. Ada banyak ilmu yang harus mereka dapatkan. Kalau tidak sangat sangat kasihan!

Di ponpes santri biasanya digembleng dengan pelajaran kitab bahasa Arab klasik. Meski tentu saja pada dasarnya lebih dulu. Kitab kuning atau kitab gundul jadi pelajaran yang sudah turun temurun di ranah pesantren. Meski banyak yang mengatakan sulit karena memang kitab yang kertasnya kebanyakan warna dasar kuning itu bahasa Arab tanpa harkat (baris). Rawan salah baca.

Kitab Tijan

Kitab kuning yang diajarkan cukup banyak seperti pelajaran nahu (syntax), saraf (morfologi), fikih (hukum), ushul fiqh (yurisprundensi), hadis, tafsir, tauhid (teologi), serta cabang-cabang lain, seperti tarikh (sejarah) dan balaghah.

Jaman semakin canggih, ponpes modern semakin banyak bermunculan, maka kitab kuning pun beranak pinak memiliki versi digital nya. (Yang meski versi digital tetap saja disebut kitab kuning).

Meski kitab kuning sudah banyak yang versi modern, namun pelajaran mengkaji kitab kuning secara mendalam hanya ada di pondok pesantren yang bersistem salaf saja. Di pesantren yang bersistem modern, seperti Gontor, kitab kuning tidak dipelajari secara detail atau bahkan tidak dikaji sama sekali.

Meski pengajian di rumah bukan pondok pesantren, suami yang merasa kasihan terhadap anak-anak mengaji di rumah ingin anak-anak tidak tertinggal dalam banyak bidang ilmu pengetahuan. Sudah tidak mondok, ngaji juga malas-malasan, ditambah orangtua tidak peduli sungguh kasihan anak-anak itu kan…

Kitab Jurumiah dll

Karenanya meski masih sambil belajar juga, suami mau mengajarkan beberapa kitab kuning dasar kepada anak-anak. Paling tidak anak jadi tahu seperti apa kitab kuning itu. Bagaimana cara mengajinya dan apa saja ilmu yang terkandung di dalamnya.

Meski bukan pesantren, kami ingin anak kampung sekitar kami tinggal ini bisa mengombinasikan sistem pelajaran yang ada di pesantren salaf dan modern. Terlalu jauh kalau mengharap anak mengaji di rumah mampu berbicara bahasa Arab dengan lancar dan memiliki wawasan keilmuan Islam yang mendalam. Tapi kami yakin dengan mengenalkannya anak tidak buta sama sekali.

Rencananya suami akan membahas sedikit demi sedikit tantang kitab kuning terjemahan dasar yang biasa dikaji di pesantren salaf. Seperti fikih, tasawuf, akhlak, tafsir, hadits, tarikh, dan lain-lain.

Ajaran yang terkandung dalam kitab kuning merupakan pedoman hidup dan kehidupan yang sah dan bersumber pada kitab Allah, Alquran, dan sunah Rasulullah SAW. Jadi tidak ada salahnya untuk mempelajarinya. Toh tidak ada ilmu yang sia-sia, bukan?

4 thoughts on “Kurikulum Kitab Kuning (Bagian Satu)”

  1. Pengen lebih belajar kitab kuning lagi nih, pengen lebih memahaasinya..
    Bener sih lebih efektif belajarnya kalau di pondok ya..saya sering main ke pondok krapyak Jogja, karena ada temen disana, tapi belum sempet ikut belajar disana.

    Reply
  2. Waktu kuliah pernah belajar huruf tanpa harokat gitu atau huruf gundul, dan untungnya nggak suruh baca kitab kuning. henmm susah untuk saya dengan latar belakang sekolah umum. Tapi tetap semangat buat belajar.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics