Mengintip Benih Pisang Konvensional

Mengintip Benih Pisang Konvensional

Gara gara semalam dapat kiriman pisang dari murid mengaji jadi kepikiran kok pisang punya tetangga hasilnya bagus dan mulus ya, sementara kami juga punya pohon pisang hasilnya dirasa belum maksimal. Ada yang digadang gadangkan hasilnya bagus eh suka dijahilin tetangga atuh weh pisangnya pundung. Berbuah tapi tidak bagus semestinya. Ada pisang bagus ternyata tumbuhnya di kebun yang jaraknya jauh dari rumah atuh saat berbuah sebelum kami memanennya sudah diduluin (lagi lagi) tetangga curaling alias maling. Hadeuh

Pisang buah lokal yang sepertinya tidak berharga padahal hasil penelitian diketahui jika kandungan gizi yang dipunyainya ternyata lebih dari buah apel. Pisang juga disebut sebagai buah tanpa musim di negara kita ini karena bisa tumbuh sepanjang tahun dan berbuah selama pertumbuhannya ada. Mungkin karena itu pisang dianggap buah sepele?

Pisang bisa tumbuh dimana saja. Penyebarannya terbilang cepat dan mudah dalam perawatan. Ditambah sifat pisang yang mudah beradaptasi menyebabkan pisang bisa dijumpai diseluruh pelosok pedesaan atau lahan kosong.

Namun bukan berarti pertumbuhan pisang tidak memiliki hama atau kendala. Seperti keheranan saya di atas, kenapa pisang tetangga lebih hijau bagus daripada pisang saya? Saya pun penasaran dan seharian tadi keliling pohon pisang mencoba mencari tahu masalahnya.

Penyebab pisang tumbuh kurang maksimal dan menyebabkan  adanya resiko kegagalan panen itu djakibatkan serangan penyakit layu (Hermanto, 2006).

Dengan maraknya serangan penyakit layu fusarium dan layu bakteri (Hermanto dkk, 2001; Hermanto, 2006; Kusumoto dkk. 2003), sudah seharusnya penanam pisang berhati-hati bukan acuh beibeh saja seperti saya bila ingin mendatangkan benih pisang dari tempat lain. Masalahnya itu justru bisa menyebabkan resiko kontaminasi penyakit.

Saya yang baru tahu juga sedikit ngahuleng. Da emang ketika dapat bibit pisang yang katanya bagus sok langsung cleb we, tanpa mikir lagi apakah bawa penyakit atau tidak.

Baca-baca di balitbu litbang departemen pertanian ternyata alternatif untuk mendapat benih pisang yang bagus ialah dengan mengoptimalkan rumpun pisang sehat yang telah tersedia untuk dijadikan benih. Pantas saja, secara saya dapat benih pisang dari pinggir sungai, hahaha! Mungkin hanyut karena air sungai, mungkin sengaja dibuang orang karena tidak bagus. Lah ku saya malah dipulung! TepukJidat

Namanya di kampung membuat benih pisang selama ini cukup yang sederhana dan turun temurun saja. Ikut cara kakek dan paman dimana saat dapat bibit bagus, buat lubang dan tanam lah bibit itu hingga tumbuh.

Padahal ternyata cara tradisional seperti yang selama ini saya lakukan juga bisa menghasilkan pisang yang unggul jika mengikuti ketentuan bagian mana rumpun pisang yang baik dijadikan bibit.

 

Bagian bonggol dan anak pohon pisang yang saya gambar (anggap saja bagus #maksa) bisa jadi bibit sesuai dengan jenis pisang yang digunakan.

Bisa dengan bibit anakan pedang pohon pisang langsung, dimana bibit anak pohon pisang langsung ditanam di kebun. Ini cara yang umum digunakan oleh petani karena murah dan mudah dilakukan.

Hal yang belum diketahui banyak petani kampung kalau anakan rebung itu kurang baik ditanam langsung karena bonggolnya masih lunak dan terlalu kecil, ini menyebabkan mudah kekeringan. Sedangkan anakan dewasa terlalu besar dan kurang tahan terhadap adaptasi lingkungan karena telah memiliki daun sempurna. Yang harus diperhatikan juga setelah dipisahkan bibit harus segera ditanam, jika terlambat akan meningkatkan serangan hama penggerek dan kematian di kebun.

Kalau menanam pisang saat musim kemarau sarannya bibit berupa bonggol pisang dengan memotong 5 cm diatas leher bonggol dengan cara ditimbun 5 cm dibawah permukaan tanah.

Ternyata meski tampak sepele pisang juga punya cara sendiri biar menghasilkan buah yang maksimal. Ini yang belum saya ketahui selama ini. Tahunya mau pisang mah gampang tinggal beli aja di Si Emang mau pilih mana: pisang meja seperti pisang ambon, susu, raja, seribu; dan atau pisang olahan yang lebih enak dimakan setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, dan atau pisang tanduk.

Ternyata masih banyak yang belum saya ketahui terkait pisang, semoga hal kecil dan sedikit ini jadi bermanfaat dan kalau punya lahan kosong, jangan lupa mending ditanami pisang 🙂

 

#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia

 

9 thoughts on “Mengintip Benih Pisang Konvensional”

  1. Aku mah tahunya makan doang, Teh. Pokoknya di lidah aku mah enggak ada pisang yang enggak enak. Apalagi kalau gratis.
    Baru minggu lalu dibawain pisang satu sisir dari kebun nenek. Alhamdulillah, habis dalam waktu 2 hari hahahahahahaha

    Reply
  2. Mbah putri juga banyak pohon pisang tapi rata rata pisang yg buat rujakan *duh lupa namanya. Tapi walaupun buahnya ga enak tapi daunnya katanya lebih bagus dari jenis pisang yg lain. Makasih infonya yaa

    Reply
  3. Ooh begitu ya..
    Masya Allah, di rumah aisyah juga ada pohon pisang, tapi seringnya sama umi dipake daunnya buat lontong atau lopis, he.. ^^

    Reply
  4. MashaAllah…
    Enaknya punya tanah yang bisa ditanami pohon menghasilkan seperti pisang gini…
    Pingiin, teteh~~

    Iya,
    Harus jeli dalam memilah dan memilih bibit awalnya, bagaikan memilih suami #ehgimana…

    Heehe…
    Semoga riset sederhana ini bisa memperbaiki keadaan pisang yang sebelumnya.
    ^^ semangaaat teh..

    Reply
  5. Baca ini berasa refresh lg, wktu SMP aku a mata pelajaran pertanian pisang. Dikupas tuntas semua teori dan praktek juga di lahan sekolah. Eeh, skrg gk diamalkan ilmunya 😀

    Reply
  6. seumur hidupku aku belum pernah nanam pisang. padahal di rumah di kampung, mamakku menanam banyak pohon pisang, alhamdulillah pisangnya besar2 dan bagus.

    Reply

Leave a Reply to Lendyagasshi Cancel reply

Verified by ExactMetrics