Perjuangan Jumpa Erwiana ke Sragen Berpisah Karena Pulang Lain Arah (Bagian 2)

Setengah mimpi, entah Jam berapa, hp berdering beberapa kali. Bukannya menerima dan melihatnya, entah karena saking ngantuknya mungkin, hp malah aku benamkan di bawah bantal! Aman. Tidur lagi…

Eh! Berikutnya yang bunyi giliran hp Mba Sulis, teman dari Ponorogo binaan MI juga yang menginap bersama kami di Graha. Karena dia bangun dan mengangkat panggilan masuknya, aku jadi ikut bangun. Dan ia memberikan hpnya padaku!

“Mba Okti, Mba Yanti, nih…” Katanya sambil merem-merem juga.

“Jam berapa ni?” Aku malah balik nanya.

“Sekitar subuh lah…”

Yanti adalah Riyanti, asal Magetan, kawan BMI Hongkong yang menemukan Erwina di bandara, sekaligus menjadi penolong Erwina menemani dan mengantar pulang hingga sampai di pangkuan keluarga di Ngawi.

“Sampeyan ngapain minta copy KTP ku? Aku loh nda punya wong KTP ku masih ID Hongkong…” Kata Yanti langsung nyerocos sesaat setelah kusapa halo.

Aku langsung terduduk dan berusaha menjelaskannya (lagi). Perasaan kurang gimana jelas dari kemarin via telepon juga aku sudah membicarakan dengannya.

“Ya udah, siang aku tunggu ya…” Ucapnya mengakhiri pembicaraan.

Aku minta siang nanti bicara langsung dengannya saja. Setelah memberikan hp ke Mba Sulis yang sudah shalat subuh, aku langsung mandi dan bersiap.

Selain mengambil foto dan lebih detail meminta informasi mengenai hal yang ingin aku ketahui dari Erwiana dan keluarganya, kedatangan aku ke Sragen jumpa dengannya itu juga ialah untuk menyampaikan amanat dari teman-teman di Taiwan berupa donasi yang berbentuk dalam Is Peduli. Seperti biasa, sebagai tanda bukti aku akan meminta copy identitas si penerima ataupun wakilnya untuk arsip dan data.

Pagi itu sesuai jadwal Erwi akan chek up ke RSUD Sragen dari jam 7 sampai jam 10. Kami agak santai karenanya. Sempat hunting kuliner untuk sarapan, selain sarapan pagi di hotel yang berjatah untuk 2 orang.

Jam 11 kami bertolak dari hotel langsung chek out menuju RSI. Menunggu beberapa menit, press konferens dimulai bertempat di lantai 2 RSI Amal Sehat itu. Saat press rilis berlangsung, aku deketi Karsiwen alias Iwenk, aktivis ATKI yang mendampingi Erwi dalam penyelesaian kasus. Dia terkaget-kaget saat aku sodorkan kartu nama dan mengetahui aku Okti dari Indosuara.

Hihi… Kebanyakan memang tahu nama dan media, tapi belum pernah jumpa atau tahu yang mana orangnya. Di dunia maya sering kontak-kontakkan, tapi kalau jumpa hanya selewat-selewat dan lupa begitu saja. Wajar. Tapi aku tentu saja tidak. Gawat kalau aku bisa lupa atau tak tahu mana nara sumber yang aku maksud. Hehe…

Setelah press rililis selesai, saat wartawan lain mengerubungi dokter tim ahli yang merawat Erwi, aku langsung mendekati Pak Rahmad, ayah Erwi yang didampingi Yanti. Saat itu juga aku cepat-cepat melakukan apa yang sudah aku rencanakan. Aku tak ingin kehilangan kesempatan!

Bicara sedikit sebagai penjelasan, lalu menyerahkan sambil ambil foto, dan salaman. Sudah! Lega…tiba-tiba wartawan lain termasuk media dari Hongkong menyerbu Pak Rahmad! Syukur, urusanku aku sudah selesai…

Turun ke kamar Erwi, Mas Nur, Mba Lia, Mas Asmadi, Mba Sulis serta Mas Slamet sudah siap pula dengan misi mereka. Sambil charge hp aku tunggu waktu untuk bisa masuk kamar Erwi lagi. Tiba rombongan Mas Nur waktunya masuk, aku langsung ikut. Iwenk sempet mengira aku pindah jadi orang MI juga saat itu. Hihi, padahal aku cuma ikut-ikutan. Sayang, saat itu Erwi tengah tidur pulas. Kecapean setelah chek up sekitar 3 jam lebih.

Urusan rombongan Mas Nur selesai, tinggal satu wawancara langsung dengan Erwi yang ditunda karena Erwinya sedang tidur. Mereka sepakat malam itu juga wawancara yang akan direkam untuk siaran radio Dompet Dhuafa (DD) itu dilaksanakan.

Lega setelah apa yang direncanakan tercapai meski harus melalui berbagai halangan serta rintangan. Sesuai rencana, karena pulangnya lain arah, aku memakai jalur selatan menuju Bandung sementara Mas Nur dan Mba Lia lewat jalur utara ke Jakarta, sore itu juga kami harus berpisah.

Aku dibantu Mas Nur buking tiket KA untuk pulang lebih dahulu mengejar deadline tanggal 23 Januari. Berhasil ada Turangga yang akan membawaku ke Bandung pukul 22.50 hingga 07.10 keesokan harinya dari Solo.

Diantar Pak Asmadi, TKI Purna Sragen binaan MI aku naik bus dari Sragen menuju Solo. Untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan KA dari Stasiun Balapan. Sementara Mas Nur dan Mba Lia masih menunggu satu malam lagi demi tercapainya tugas mereka untuk wawancara Erwiana.

Terimakasih Mas Nur, Mba Lia, Mba Sulis, Mas Slamet, Mas Asmadi. Terimakasih MI, terimakasih DD terimakasih Mba Yanti dan keluarga Erwiana serta semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu yang sudah membantu hingga aku bisa kembali selamat ke rumah jumpa Fahmi secepatnya. (Ol)

Tips Musim Hujan Cucian Tetap Segar

 Abis tahun baru hujan rasanya turun gak henti-henti. Baru kemarin saja sabtu minggu hujan reda sebentar. Tetangga bilang sih itu terjadi karena disarang sama yang punya hajatan. EGP. Yang saya pikirin cucian di rumah numpuk, gak kering-kering… Mana baju Fahmi sering ganti. Sementara stok bajunya gak seberapa ada. Kasian kan kalo anakku gak ada … Read more

Melihat Diri Melalui Kakak Ipar

Belajar dan mempelajari ilmu kehidupan senantiasa tiada akhirnya. Lain orang lain pula sikap dan wataknya. Dari sana timbul perbedaan, permasalahan dan konflik yang berujung pada ketidakharmonisan sebuah hubungan atau relationship. Benar saja. Ibarat pepatah, piring retak karena terlalu banyak beradu. Sesama saudara selalu ada cekcok, karena hal sepele, yang seharusnya bukan dijadikan sebagai masalah, mengingat … Read more

Tidur dan Pikiran yang Gentayangan

Kalau sedang galau, waktu tidur pun mata tak bisa terpejam. Iseng-iseng searching kata tidur dan segala hubungannya di internet. Sampainya di bahasan tentang tidur dengan tagar #Agar tidur berpahala Setuju banget kalau tidur itu adalah nikmat. Waktu terbaik untuk seluruh anggota badan dan pikiran untuk beristirahat dari segala kegiatan. Kecuali organ vital tentunya yang terus … Read more

Hebatnya! Orang Tidak Mampu Pemilik Kalimat Sakti

Terharu sekaligus bangga, sepulangnya dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, ada SMS masuk. Tepat saat aku dan temanku Alin, memarkirkan sepeda motor di samping rumah. “Hatur nuhun, Teteh… Bla.. Bla.. Bla…” Begitu inti isi pesan yang aku terima. Simple, tapi sejujurnya sudah mengguncangkan hati dan jiwaku. Bagaimana tidak? Pak Wikanta, si pengirim SMS itu, … Read more

Verified by ExactMetrics