Sekian lama notebook SMART hadiah dari Kompasiana ini tak pernah diperbaiki. Dalam arti tidak pernah diotak-atik meski sudah banyak erornya, namun aku masih saja betah berlama-lama memakainya. Meski pada ujungnya suka jengkel sendiri karena kesal, setiap terburu-buru nih netbook justru ikut ngambek. Loading lamaaa… muncul berbagai iklan, dan kematian yang mendadak meski listik tidak padam. Huhh! Cuma bisa buang nafas dech…
Netbook ini mungkin sudah bukan jamannya lagi. Sejak jadi milikku dari tahun 2009 sampai saat ini, belum pernah direvarasi. Baru dua hari kemarin aku dengan siap melepasnya. Menyerahkannya ke tukang yang bisa menginstal ulang di Sukanagara. Tentu saja setelah memindahkan semua isi di drive C ke Drive D, supaya tidak hilang tak ada bekas.
Rencana tiga jam selesai dan sudah bisa aku ambil lagi, tidak tercapai karena justru sejam setelahnya aku malah kembali ke Pagelaran. Dan kemarin saat aku kembali ke Sukanagara, aku baru sempat mau ambil setelah magrib. Tapi lagi-lagi rencana itu gagal. Si tukang yang bisa menginstal ulang itu tempat kerjanya sudah tutup!
Tadi pagi melalui adikku yang “tidak ikut upacara” 17 Agustus aku titip untuk diambilkan. Alhamdulillah bisa diambil dengan biaya tidak sampai ratusan ribu. Dan kenyamanan menggunakannya terasa jauh dibanding kemarin saat belum diinstal ulang. Meski aku terasa masih meraba-raba karena banyak yang hilang dan tampilan seperti tidak kenal.
Yang membuat aku kelimpungan adalah sesaat sebelum menginstal ulang, aku sudah mengcopy sebuah naskah yang hendak aku kirim ke Taiwan. Aku simpan di flash disk, dengan niat akan aku kirim menggunakan komputer lain. Hari Senin ini batas waktu pengrimannya. Tapi setelah pulang ke Pagelaran, aku baru sadar, kalau flash disk itu tidak ada! Hilang? Entahlah… Aku belum punya kepastian karena aku pikir bisa saja itu flash disk masih ada di rumah di Sukanagara.
Tapi kemarin saat kembali ke Sukanagara dan aku sama sekali tidak bisa menemukan flash disk itu barulah terasa lemas jiwa dan raga ini. Ya, bukankah di flash disk itu ada naskah yang sudah harus aku kirim? Sementara flash disk nya hilang tentu saja aku harus membuat naskah baru. Tidak masalah memang, Insya Allah semalam juga bisa selesai, karena sumber dan informasi masih aku simpan di jjejaring sosial dan bisa aku akses dari ponsel.
Yang menjadi masalah adalah saat speedy di rumah Sukanagara seperti biasa lup lep alias mati hidup mati hidup. Ih, bikin kesal! Mana Fahmi rewel lagi. Jadinya semalaman kemarin itu tidur nyenyak tidak, mengerjakan naskah tidak, selesai juga tidak sama sekali. Gimana gak bete?
Akhirnya tadi pagi meski bermodalkan komputer tua dan koneksi internet yang putus nyambung aku bisa mengirimkan naskah. Hanya yang belum bisa nafas lega karena aku belum menyertakan foto pendukungnya! halah… Aku sih di email menyertakan prakata kalau naskah aku kirim belum beserta foto dan foto segera menyusul, paling lambat senin sore ini.
Mungkin, rupanya pihak di Taiwan tidak membaca apa yang aku sampaikan. Buktinya masih membalas emailku dan bertanya: Mbak Okti ini tidak ada fotonya ya? Fotonya mana?
Pertanyaan yang tidak perlu aku jawab, pikirku. Hanya segera aku pulang ke Pagelaran, berharap listrik dan internet sedikit bersahabat di sini. Hanya tinggal mendownload foto yang dikirim teman, tidak begitu lama aku pun bisa menyusulkan tiga buah foto pendukung dengan ukuran masing-masing foto sekitar 2 Mb.
Aku sekarang sudah bisa sedikit lega meski dalam hati penasaran dan bingung dengan hilangnya flash disk itu. Selain menyimpan hal penting, juga flash disk sebanyak 16 Gb muatannya itu adalah flash disk kenang-kenangan saat ikut Blogger Asean. Duh saat notebook masuk bengkel kok ya bisa flash disk juga ikut lenyap ya?
Mba, semoga flah disknya segera ketemu ya.
Amin… semoga. Meski sudah hopeless karena dicari kemana-mana tidak ketemu juga 🙁