Setengah mimpi, entah Jam berapa, hp berdering beberapa kali. Bukannya menerima dan melihatnya, entah karena saking ngantuknya mungkin, hp malah aku benamkan di bawah bantal! Aman. Tidur lagi…
Eh! Berikutnya yang bunyi giliran hp Mba Sulis, teman dari Ponorogo binaan MI juga yang menginap bersama kami di Graha. Karena dia bangun dan mengangkat panggilan masuknya, aku jadi ikut bangun. Dan ia memberikan hpnya padaku!
“Mba Okti, Mba Yanti, nih…” Katanya sambil merem-merem juga.
“Jam berapa ni?” Aku malah balik nanya.
“Sekitar subuh lah…”
Yanti adalah Riyanti, asal Magetan, kawan BMI Hongkong yang menemukan Erwina di bandara, sekaligus menjadi penolong Erwina menemani dan mengantar pulang hingga sampai di pangkuan keluarga di Ngawi.
“Sampeyan ngapain minta copy KTP ku? Aku loh nda punya wong KTP ku masih ID Hongkong…” Kata Yanti langsung nyerocos sesaat setelah kusapa halo.
Aku langsung terduduk dan berusaha menjelaskannya (lagi). Perasaan kurang gimana jelas dari kemarin via telepon juga aku sudah membicarakan dengannya.
“Ya udah, siang aku tunggu ya…” Ucapnya mengakhiri pembicaraan.
Aku minta siang nanti bicara langsung dengannya saja. Setelah memberikan hp ke Mba Sulis yang sudah shalat subuh, aku langsung mandi dan bersiap.
Selain mengambil foto dan lebih detail meminta informasi mengenai hal yang ingin aku ketahui dari Erwiana dan keluarganya, kedatangan aku ke Sragen jumpa dengannya itu juga ialah untuk menyampaikan amanat dari teman-teman di Taiwan berupa donasi yang berbentuk dalam Is Peduli. Seperti biasa, sebagai tanda bukti aku akan meminta copy identitas si penerima ataupun wakilnya untuk arsip dan data.
Pagi itu sesuai jadwal Erwi akan chek up ke RSUD Sragen dari jam 7 sampai jam 10. Kami agak santai karenanya. Sempat hunting kuliner untuk sarapan, selain sarapan pagi di hotel yang berjatah untuk 2 orang.
Jam 11 kami bertolak dari hotel langsung chek out menuju RSI. Menunggu beberapa menit, press konferens dimulai bertempat di lantai 2 RSI Amal Sehat itu. Saat press rilis berlangsung, aku deketi Karsiwen alias Iwenk, aktivis ATKI yang mendampingi Erwi dalam penyelesaian kasus. Dia terkaget-kaget saat aku sodorkan kartu nama dan mengetahui aku Okti dari Indosuara.
Hihi… Kebanyakan memang tahu nama dan media, tapi belum pernah jumpa atau tahu yang mana orangnya. Di dunia maya sering kontak-kontakkan, tapi kalau jumpa hanya selewat-selewat dan lupa begitu saja. Wajar. Tapi aku tentu saja tidak. Gawat kalau aku bisa lupa atau tak tahu mana nara sumber yang aku maksud. Hehe…
Setelah press rililis selesai, saat wartawan lain mengerubungi dokter tim ahli yang merawat Erwi, aku langsung mendekati Pak Rahmad, ayah Erwi yang didampingi Yanti. Saat itu juga aku cepat-cepat melakukan apa yang sudah aku rencanakan. Aku tak ingin kehilangan kesempatan!
Bicara sedikit sebagai penjelasan, lalu menyerahkan sambil ambil foto, dan salaman. Sudah! Lega…tiba-tiba wartawan lain termasuk media dari Hongkong menyerbu Pak Rahmad! Syukur, urusanku aku sudah selesai…
Turun ke kamar Erwi, Mas Nur, Mba Lia, Mas Asmadi, Mba Sulis serta Mas Slamet sudah siap pula dengan misi mereka. Sambil charge hp aku tunggu waktu untuk bisa masuk kamar Erwi lagi. Tiba rombongan Mas Nur waktunya masuk, aku langsung ikut. Iwenk sempet mengira aku pindah jadi orang MI juga saat itu. Hihi, padahal aku cuma ikut-ikutan. Sayang, saat itu Erwi tengah tidur pulas. Kecapean setelah chek up sekitar 3 jam lebih.
Urusan rombongan Mas Nur selesai, tinggal satu wawancara langsung dengan Erwi yang ditunda karena Erwinya sedang tidur. Mereka sepakat malam itu juga wawancara yang akan direkam untuk siaran radio Dompet Dhuafa (DD) itu dilaksanakan.
Lega setelah apa yang direncanakan tercapai meski harus melalui berbagai halangan serta rintangan. Sesuai rencana, karena pulangnya lain arah, aku memakai jalur selatan menuju Bandung sementara Mas Nur dan Mba Lia lewat jalur utara ke Jakarta, sore itu juga kami harus berpisah.
Aku dibantu Mas Nur buking tiket KA untuk pulang lebih dahulu mengejar deadline tanggal 23 Januari. Berhasil ada Turangga yang akan membawaku ke Bandung pukul 22.50 hingga 07.10 keesokan harinya dari Solo.
Diantar Pak Asmadi, TKI Purna Sragen binaan MI aku naik bus dari Sragen menuju Solo. Untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan KA dari Stasiun Balapan. Sementara Mas Nur dan Mba Lia masih menunggu satu malam lagi demi tercapainya tugas mereka untuk wawancara Erwiana.
Terimakasih Mas Nur, Mba Lia, Mba Sulis, Mas Slamet, Mas Asmadi. Terimakasih MI, terimakasih DD terimakasih Mba Yanti dan keluarga Erwiana serta semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu yang sudah membantu hingga aku bisa kembali selamat ke rumah jumpa Fahmi secepatnya. (Ol)
Saya tertarik dengan tulisan anda. Kunjungi juga tulisan yang anda bisa lihat di pariwisata.gunadarma.ac.id