Persiapan Liburan Ekstrem Bersama Anak
Tidak terasa, sebulan sudah mempersiapkan acara liburan luar biasa dengan anak. Kenapa disebut liburan luar biasa? Karena memang tidak biasa, alias tidak umum. Liburan kami bersama anak yaitu mengajak anak mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah. Ya, merayakan usia Fahmi yang ke 42 bulan di Puncak Gunung Slamet dengan ketinggian 3428 Mdpl.
Jauh sebelum satu bulan sebelumnya, kami memang sudah mencari informasi, bagaimana kondisi Gunung Slamet, khususnya untuk balita seusia Fahmi, putra kami yang pada tanggal 3 September ini berusia tiga tahun setengah. Niat kami, sebagai orang tuanya hanya untuk bersyukur saja, sebagai ucapan terimakasih atas karunia sehat, selamat dan berkah kehidupan lainnya. Kami memang bukan orang kaya, tapi kami mampu membuat sesuatu yang beda, yang mungkin orang kaya sekalipun tidak semuanya mampu melakukannya.
Bukan cari sensasi jika kami membawa balita naik gunung. Pun bukan mementingkan ego orang tua saja karena pada kenyataannya naik gunung ini memang permintaan Fahmi. Kalaupun Gunung Slamet yang kami jadikan destinasi, yaitu karena demi keselamatan serta keamanannya. Karena setelah mempelajari kondisi, cuaca, fasilitas, dan semua faktor penunjang sekian puluh persen jatuhnya lebih ke Gunung Slamet ini dibanding gunung lainnya.
Kebetulan, setelah share informasi sana-sini sejak awal bulan Agustus kemarin, ada beberapa teman dan sahabat, baik itu yang memang suka (sudah terbiasa) mendaki gunung, sampai kepada teman yang belum pernah sama sekali naik gunung (tinggi dan ekstrem) seperti Gunung Slamet ini.
Diskusi terus hingga dicapai mufakat kalau kami berangkat dari Jakarta Kamis kemarin malam. Perkiraan sampai di Purbalingga Jumat pagi. Rencana kami naik melalui pintu masuk jalur Bambangan dan turun di Guci, Pemalang.
Persiapan apa saja yang sudah kami buat khususnya untuk saya dan suami terkait dalam trip ini membawa balita? Bisa dibilang sama sekali tidak ada, kecuali perencanaan yang matang dan persiapan kebutuhan anak selama perjalanan nanti seperti yang sudah saya ulas di sini.
Bisa dibilang persiapan teman-teman saya yang baru pertama kali akan ikut mendaki ke Slamet ini jauh lebih rempong dibanding kami yang akan membawa balita. Kami tidak harus beli barang baru, semua cukup memakai apa yang ada dan kami punya saja. Beda dengan teman kami itu, sampai meluangkan waktu khusus untuk shopping membeli peralatan mendaki. Mulai dari carrier sampai pakaian, hingga botol minum dan lampu penerangan, semua membeli khusus baru untuk pendakian ini.
Jumat tanggal 2 September ini pukul sembilan pagi kami sudah bersiap di basecamp untuk melakukan pendakian melalui pintu Bambangan. Jumlah team kami semuanya ada 12 orang dewasa, dan satu balita yaitu Fahmi ditambah dua dewasa sebagai guide kami selama melakukan perjalanan pendakian.
Sesuai informasi, pos yang akan dilalui semuanya ada sepuluh. Menginap dan mendirikan tenda akan dilakukan di Pos 5. Jarak satu pos dengan pos lain sekitar satu setengah perjalanan. Kecuali dari basecamp ke Pos 1 itu bisa dibilang jalur terpanjang dibanding jarak antara pos yang lainnya.
Di beberapa Pos itu, jika hari Sabtu dan Minggu, saat banyak pendaki berkunjung, banyak juga penduduk setempat yang berjualan makanan serta minuman. Bagi warga setempat yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan perkebunan, berdagang di saat weekend pun bisa menjadi usaha sampingan.
Puncak Gunung Slamet sudah tampak menjulang cukup menantang. Sebelum melangkah memulai pendakian, Mas Chiko dan Mas Yanto selaku team guide kami dari Sukatidur Adventure tidak lupa memberikan pengarahan, serta mengajak seluruh team untuk berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
Doakan kami selamat ya, dan moga sinyal bagus hingga masih bisa up date perjalanannya…
Dan, pendakian ekstrem pun dimulai…
Fahmi dengan gagahnya mengenakan sepatu, dan topi plus celana serta kaos panjang duduk manis di punggung ayahnya. Ya, Fahmi belum juga melangkahkan kaki sudah ngaku capai duluan, hahaha! Akhirnya ayahnya yang kebagian menggendong Fahmi. Beban ayah Fahmi jadi double, carrier segede kulkas sama buah hatinya yang insya Allah di Puncak besok nanti pas usianya menginjak 3,5 tahun.
Kren fahmi, pendaki termuda indonesia,, udah ke rinjani, semeru,,, sekarang ke selamet semoga bisa melanjutkan petualangan” selanjut nya
Terimakasih Om…
Kapan2 jadikan family trip nya ya