Serba-serbi Pendidikan Karakter Antre

Waktu saya kerja di negara maju tepatnya di Singapura, Hong Kong dan Taiwan, anak majikan yang masih sekolah di TK sering minta diajari bagaimana cara menyimpan peralatan makan dan minum ke dalam tempatnya, bagaimana cara melipat selimut, sampai cara membilas kain pel. Katanya di sekolah sebenarnya sudah diajarkan juga, cuma sering lupa.

Saya awalnya heran, kok anak sekolah di luar negeri disuruh belajar pekerjaan rumah tangga seperti itu, ya? Bukannya belajar menulis, berhitung dan membaca?

Anak-anak dan majikan cerita kalau di sekolah usia TK di negara mereka memang lebih banyak diajarkan keterampilan dan pendidikan karakter kebiasaan baik. Makanya hampir setiap hari minta ditemani dan dibimbing mengerjakan PR-nya itu yang salah satu contohnya bagaimana cara melipat kain yang baik dan benar itu tadi. Sisanya baru pelajaran berhitung, membaca dan menulis.

Negara Maju Lebih Khawatir Anak Tidak Bisa Mengantri Ketimbang Tidak Bisa Matematika

Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah sosial media mengenai seorang guru di Kupang, Nusa Tenggara Timur, namanya Daniel Tapobali, membuat status yang menceritakan tentang perbandingan pola pendidikan di negara maju dengan pendidikan di Indonesia.

Menurut Daniel, ada seorang guru di Australia yang mengatakan kalau guru-guru di sana tidak terlalu khawatir akan anak-anak sekolah dasar yang tidak pandai Matematika. Mereka, para guru di Australia jauh lebih khawatir jika anak-anak didiknya tidak pandai mengantri (antre).

Jadi maksudnya, para guru di sekolah tersebut merasa lebih khawatir kalau anak-anak nya tidak bisa mengantri, daripada tidak bisa pelajaran Matematika.

Jelas jauh berbeda dengan kondisi di negara kita, bukan? Dimana orang tua justru khawatir dan malu kalau anaknya mau lulus TK, tapi belum lancar membaca, menulis dan berhitung. Tidak peduli apakah anaknya sudah bisa menghormati dan atau menghargai orang lain, atau belum.

Yang ada, pengalaman saya sendiri, ada orang tua secara tidak langsung justru memberi contoh kepada anaknya untuk melibas orang lain demi kepentingan sendiri.

Contohnya bulan puasa kemarin, saya sampai terlibat war takjil gara-gara seseibu nyerobot antrian goreng ayam yang saya tungguin  demi anaknya yang katanya berpuasa.

Saya jelas gak terima dong, makanya saya lawan. Lah anak saya juga berpuasa, makanya sabar antri demi memenuhi keinginannya berbuka dengan goreng ayam yang gerainya masih baru di tempat saya.

Saya tidak habis pikir kok ada orang tua di depan anaknya malah berbuat tidak sopan, dan bahkan jelas menindas dan merugikan orang lain. Apa gak malu memberi contoh buruk kepada anaknya di depan banyak orang?

Bisa mengantre lebih utama daripada bisa matematika

Serba-serbi Pendidikan Karakter Mengantre

Kenapa para guru di sekolah luar negeri justru merasa lebih khawatir kalau anak-anak nya tidak bisa mengantri, daripada tidak bisa pelajaran Matematika? Kebalikan dengan salah satu contoh kondisi di kampung saya tadi, kan?

Jawabannya cukup panjang dan detail…

Pertama, karena para guru di sana yakin kalau hanya perlu mengajarkan dan melatih anak didik sekitar 3 bulan saja untuk bisa pelajaran matematika. Bahkan bisa kurang dari itu jika belajar nya dilakukan secara intensif untuk bisa Matematika.

Sementara para guru, dan juga orang tua di rumah perlu melatih anak hingga 12 tahun atau lebih (bayangkan!) untuk membiasakan anak bisa mengantre dan selalu ingat pelajaran karakter baik di balik proses mengantre.

Alasan yang kedua karena tidak semua anak didik di sekolah kelak menggunakan ilmu matematika (kecuali ilmu dasarnya yang dipakai sehari-hari seperti tambahan, perkalian, pengurangan dan pembagian) dalam kehidupan sehari-hari nya.

Sebagian dari anak didik akan memilih profesi sesuai bakat, minat dan kemampuan mereka masing-masing seperti menjadi penari, atlet, musisi, pelukis, chef dan sebagainya.

Alasan yang ketiga karena guru dan orang dewasa di sana memahami jika semua murid sekolah pasti lebih membutuhkan pelajaran pendidikan karakter etika moral dan ilmu berbagi dengan orang lain saat dewasa kelak dan hidup di tengah ragamnya masyarakat.

Mengenal Pendidikan Karakter Antre

Antri atau antre sebenarnya maksudnya sama, merujuk kata bakunya yang resmi di KBBI adalah antre.

Biasanya kata tidak baku digunakan karena kebiasaan penutur dalam pengucapan kata-kata yang dipengaruhi oleh dialek daerah ataupun kata serampangan yang masih asing. Jadi kita adakan disclaimer dulu, jika di artikel ini terdapat kata antri atau antre, itu maksudnya sama. Tidak usah bingung apalagi dipermasalahkan ya…

Apa arti kata antri?

Antri adalah kondisi orang-orang yang berdiri berderet, memanjang menunggu untuk mendapat giliran.

Contoh pendidikan karakter antri ini bisa kita lihat ketika akan membeli karcis, ketika akan mengambil ransum makanan, mengambil jatah sembako, membeli bensin, dsb.

Antri termasuk norma apa?

Antri adalah salah satu norma kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan baik di perkotaan maupun pedesaan.

Namun, sering kali orang melanggar norma ini dengan mengantri secara tidak teratur atau memotong antrian. Nah ini sifat yang tidak baik karena jelas tidak sesuai etika dan merugikan orang lain.

Menyerobot antrian tentu saja akan menciptakan rasa ketidakadilan dan ketegangan di antara orang-orang yang sedang mengikuti antrian.

Mengapa kita harus antri?

Budaya antri diciptakan untuk membentuk kondisi yang teratur, dan meningkatkan rasa kepedulian dimana kita perlu mendahulukan orang yang telah hadir sebelumnya. Tidak boleh egois dan menyalahgunakan kekuasaan atau jabatan.

Antrian secara psikologis juga dapat menimbulkan rasa nyaman karena orang merasa mendapat giliran dan tidak berebutan. Akhirnya akan tercipta ketertiban dan semua akan merasakan keadilan sesuai dengan perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan.

Pelajaran penting dari budaya antre

Pelajaran Penting Budaya Antri

Ada banyak pelajaran kehidupan yang sangat penting dari budaya mengantri. Yang menyebabkan para guru dan orang tua di luar negeri merasa khawatir kalau anaknya tidak bisa sabar disiplin untuk antri, daripada tidak bisa pelajaran matematika.

Belajar manajemen waktu

Untuk bisa antri anak dituntut harus bisa belajar manajemen waktu. Jika ingin mengantri paling depan maka harus datang lebih awal dan tentunya harus mempersiapkan semuanya lebih awal juga.

Belajar Sabar

Antri itu sangat membosankan. Apalagi jika kita diburu dengan kepentingan lainnya. Karena itu saat antri anak juga dibiasakan untuk belajar bersabar. Sabar menunggu gilirannya jika ia mendapat antrian di tengah atau di belakang sekalipun.

Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.

Belajar Menghormati Hak Orang Lain

Meskipun yang mendapatkan giliran di depan usianya lebih kecil, atau justru lebih tua, anak tetap harus bisa belajar menghormati hak orang lain. Siapapun di depan kita kalau mereka datang lebih awal jelas dapat kesempatan giliran lebih dulu.

Belajar Disiplin

Antri itu selain bagian dari pendidikan karakter ada yang bilang juga bagian dari pendidikan militer. Jelas karena saat anti anak dituntut harus bisa belajar disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.

Dalam mengantri anak belajar disiplin, teratur, dan menghargai orang lain.

Belajar Kreatif

Keseringan ikut antrian yang mungkin cukup membosankan, lama-lama anak akan berpikir kreatif, untuk mengisi waktu sambil menunggu antrian, sebaiknya kegiatan positif apa yang bisa dilakukan?

Anak jadi belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri.

Di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri. Saya lihat di negara kita, biasanya main game adalah kebiasaan yang dipilih orang ketika menunggu antrian, selain sambil mendengarkan lagu di earphone.

Belajar Bersosialisasi

Saat mengantri kita akan bertemu dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Berbagi usia dan latar belakang dengan sifat dan karakter yang berbeda. Karena itu saat anti anak bisa belajar bersosialisasi dengan menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di sekitar antrian.

Belajar Hukum Sebab Akibat

Dalam kondisi harus mengantri, anak akan paham dan belajar akan hukum sebab akibat. Bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang. Sebaliknya jika ingin berada di depan, sebaiknya datang lebih pagi.

Belajar Memiliki Rasa Malu

Ya, seharusnya siapapun malu kalau nyerobot antrian karena itu tandanya ia tidak punya etika dan sopan santun. Seperti manusia yang tidak pernah sekolah. Karena di setiap sekolah pasti diajarkan mengantri. Kalau tidak bisa mengantri itu tandanya tidak pernah bersekolah. Dengan demikian anak akan belajar memiliki rasa malu jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.

Dan masih banyak pelajaran pendidikan karakter baik lainnya, dari satu aktivitas mengantri. Silakan temukan sendiri…

Fenomena Pendidikan Karakter Antre di Indonesia

Faktanya di Indonesia negara kita tercinta, banyak orang tua justru mengajari anaknya untuk main serobot dan jadi penyusup dalam masalah mengantri dan menunggu giliran. Benar atau benar?

Yuk kita ajari anak-anak kita, kerabat dan saudara untuk belajar etika sosial, khususnya budaya antri. Jangan sampai bibit budaya suap dan korupsi kemudian muncul karena kedua momok menakutkan itu hadir awalnya dimulai dari tidak mau belajar mengantre.

Fenomena mengantre di Indonesia

Manteman harus tahu kalau budaya antre ini juga sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter sebagaimana sedang digencarkan pemerintah Indonesia saat ini.

Siapa yang harus mengajarkan budaya antri ini? Kita sebagai orangtualah yang harus memberi contoh, mulai dari rumah.

Selanjutnya, para guru di sekolah yang juga berkewajiban mengajarkannya. Sehingga anak terbiasa untuk mengantri dan paham kenapa mereka harus melakukan itu.

Supaya lebih banyak mendapatkan wawasan terkait nilai pendidikan karakter selain antre, manteman bisa baca juga artikel ini: Nilai Pendidikan Karakter Kejujuran, yang isinya sama pentingnya diterapkan kepada anak dan orang dewasa.

30 thoughts on “Serba-serbi Pendidikan Karakter Antre”

  1. Baguss ya kalau di luar negeri pakai pendidikan karakter. Jadi bener2 mengutamakan adab sebelum ilmu. Semoga di Indonesia juga makin banyak sekolah yang mengutamakan pendidikan karakter.

    Reply
    • Mengantre memang membosankan, tapi bagaimanapun juga kita juga harus menjadi role mode, untuk anak-anak kita untuk pendidikan karakter mereka.

      Reply
  2. Gak nyangka sih kalo budaya antre ini jadi bagian penting dari pendidikan karakter ya, teh.

    Pengalamanku berulang kali antrean diserobot, seringnya malah sama ibu², hadeh.. Mirisnya lagi, dia yg salah tapi dia yg plengas-plengos, hiih.. KZL!

    Reply
  3. Dengan menerapkan pendidikan antre dengan konsisten, anak-anak akan belajar menjadi individu yang disiplin, peduli, dan berakhlak mulia. Jadi bekal hidup yang bisa diterapkan kapan saja dan dimana saja kelak

    Reply
  4. dari budaya antre ini ternyata ada banyak hal yang bisa dipelajari ya. sayangnya di sini, urusan antre masih susah susah gampang

    Reply
  5. Aku suka lihat di medsos, budaya antri di Jepang. Duh…itu sih udah dari balita dibiasakan antri. Memang di sana pendidikan karakter udah dimulai sejak kecil sih ya.
    Engga kayak di sini, Emak-emak yang main serobot kalau belanja di toko, alesannya cuma beli dikit…

    Reply
  6. Budaya antri ini benar-benar sangat bagus untuk membangun karakter jika diterapkan sejak anak-anak, sayangnya saya sering kali melihat budaya antri ini masih belum tertanam dengan sangat baik di masyarakat kita, sebagai halfnya Jepang, saya mulai terbiasa dengan budaya antri ini sejak kecil, semoga masyarakat kita mulai terbiasa dengan budaya ini dan harus diajarkan ke anak-anak sejak dini

    Reply
  7. Di Indonesia ini karakter budaya antrenya masih jelek bagiku. Masih banyak yang suka menyela antrian dengan alasan lagi ada urusan mendadak, lah harusnya dia berangkat lebih pagi dong kalau memang sekiranya ada urusan lain. Kadang diingatkan malah marah-marah

    Reply
  8. Menohok banget quotenya kak. Negara maju tuh emg ngedidik anak2 sejak kecil utk pny attitude bagus dl, terutama antre. Sederhana bgt tp susah bgt dijalanin.

    Bahkan di Jepang tuh sejak kecil udh diajarin kyk gt. Menyeberang jln jg hrs memberikan hormat. Kalo di sini mah boro2. Pecicilan semua anak2nya.

    Smg kita bs mendidik anak2 kita nanti dgn attitude yg bgs dan moral bgs ya kak. Jgn cmn ngandelin pinter calistung doank.

    Org pinter tuh banyak. Tp yg pny attitude tuh bisa dihitung.

    Reply
  9. Keknya memang wajar negara maju yang dikhawatirkan itu, soalnya kalo melihat budaya antre di sini bikin kesabaran setipis tisu, aplaagi urusan antre mau masuk transportasi umum huhu

    Reply
  10. Benar juga ya. Saat sudah terjun langsung ke masyarakat, nggak banyak ilmu matematika yang kita terapkan kecuali dasar-dasarnya.

    Memang sebaiknya mengutamakan karakter dulu dah kalau masih sekolah dasar tuh ya.

    Reply
  11. Tertohok banget, di negara maju khawatir anak tidak mengantri. Di Indonesia mah, boro-boro. Kadang kalau berhasil menyabet antrian malah bangga. Hiks… yuk lah, sekolah-sekolah di Indonesia, adakab literasi antri ke anak-anak.

    Reply
  12. Di luar negeri sana menyadari, bahwa menanamkan pendidikan karakter yang baik itu butuh waktu lama. Bahkan bisa sampai 12 thn dan lebih.

    Sehingga di sana penting banget menerapkan etika antri dan lainnya dalam pendidikan. Ya, beda sama kita yang kadang sukanya menyerobot. Udah gitu ada aja yang belain dg berbagai alasan.

    Padahal budaya antri ini bikin tertib, gak egois, bisa menghormati sesama karena yang datang duluan ya dapat duluan. Kalau mau antrian pertama ya harus datang lebih awal.

    Reply
  13. Perlu banget memang mengantre ini mulai diajarkan sedari dini. Soalnya ada saja momen menemukan oknum yang menyerobot dengan alasan terburu-buru atau apalah yang sebenarnya bikin sebal orang lain yang sudah lebih dulu berdiri di depan. Kalau diterapkan juga, bikin hal-hal yang memang butuh dilakukan dengan mangantre, jadi lebih teratur. Nggak ada lagi yang berkerumun dan saling rebutan dilayani lebih dulu.

    Reply
  14. Budaya antri ini kelihatan sepele tapi dampaknya besar sekali yaa..gak kebayang kalo pendidikan karakter ini tidak ditanamkan sejak dini, udah gak bisa antri dan pasti emosian huhuhu..

    Reply
  15. Sedih ya lihat pendidikan di Indonesia. Anak anak seakan diperas untuk jadi berprestasi dengan nilai yang baik dengan mengabaikan budi pekerti dan etika. Sementara di luar negeri malah kebalikannya. Miris

    Reply
  16. mengantre ini sebenernya kelihatan sepele ya, tapi pada praktiknya gak semua bisa merealisasikannya. kadang ada aja yang beneran egois gitu, bukan karena terdesak gak mau ngantri

    Reply
  17. karena saya pro gaya pendidikan sekolah di negeri sakura jadi sedikit banyak tahu kalau disana sangat mengedepankan etika sebelum mata pelajaran lain. salah satunya mengantri. ini termasuk lifeskill dasar sih menurut saya.

    karena relate dengan pengalaman teteh, saya kerap di libas juga saat antri di minimarket bahkan beli nasi kuning setiap hari setiap pagi! wow super kan ya? alasanya sama, sibuk, mepet waktu, karena ini dan itu. laaah semua orang juga mepet waktu kali. sebel gak sih? hahahaha.

    saya sih selalu membiasakan anak sabar untuk antri meski mereka kadang gak sabaran. caranya yaaa kasih distraksi buat menunggu yang menghibur. apakah sudah terbiasa? masih proses ya, karena seperti teteh bilang, butuh waktu cukup lama untuk sebuah pembiasaan.

    Reply
  18. Suka heran dengan masyarakat di Indonesia yang suka banget nyerobot antrean. Sering banget diserobot antrean waktu beli-beli.. Kadang mikir sepertinya ada yang kurang dengan pola pendidikan di negara kita..hmm…

    Reply
  19. Ternyata selipan pelajaran penting dari sebuah kegiatan mengantre ini besar sekali yaa..
    Aku salut juga sama anak-anak yang sabar, gak merebut antrian dan berani speak up ketika ada ketidakwajaran yang terjadi di sekelilingnya.

    Bukan gak mau kalah atau gak mau ngalah, tapi kalau ada yang kurang tepat, sudah sewajarnya mengingatkan.

    Reply
  20. Jadi inget dulu waktu mau ngisi bensin di SPBU, eh ada yang nyelonong nyerobot antrean, yang lebih gedeg lagi petugas SPBU-nya membiarkan dan malah memberikan layanan pengisian. Lah, kina kan jadi herman ngeliatnya.
    Memang sepenting itu pendidikan karakter terkait mengantre ini agar negara kita menjadi negara yang berbudaya baik dan menghargai proporsi setiap orang

    Reply
  21. Tampaknya sepele, tapi mengantre ini penting banget sih. Perlu dibiasakan sejak kecil. Suka kesel pas antre di minimarket, disela orang, giliran ditegur baik-baik malah marah, hiks.

    Reply
  22. Aku termasuk orang yang suka sebel sama orang yang suka nyerobot antrian. Kayak apaan sih kan kita punya kebutuhan yang sama juga. Terus pas ditegor malah balik galak huhu. Bener, orang tua di Indonesia lebih khawatir nilai anaknya jelek daripada etikanya yang jelek

    Reply
  23. Memang sebaiknya sejak dini anak diajarkan mengantre karena akan berpengaruh terhadap kebiasaan mereka di masa yang akan datang. Dengan mengantre mereka juga jadi bisa lebih mengatur kesabarannya.

    Reply
  24. Menurut saya, di paud maupun TK yang ada di Indonesia juga sekarang sudah mulai dijalankan nih pendidikan karakter seperti ini… Anakku salah satunya, aku merasa dia jadi lebih paham dan tahu apa arti mengantri itu lewat belajar bersama guru dan teman-temannya

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics