Sedang menunggu waktu isya di masjid Yonif Raider 300 ada pesan masuk dari kakak ipar, mengatakan kalau tetangga depan rumah mencari. Katanya paralon air mereka patah, dan menuduh kami, yang tinggal di belakang sebagai pelakunya. Bahkan katanya akan dirundingkan dengan RT setempat.
Segera saya informasikan kepada suami. Karena kami tidak merasa, suami menyanggupi untuk menemui mereka setelah isya.
Saat di jalan pulang, jujur saya gak bisa diam. Mulut ini terus ngomel saking ga bisa menahan amarah pada tetangga itu. Kok bisa paralon airnya rusak, langsung menuduh kami pelakunya? Pakai gaya mau merundingkannya dengan aparat setempat pula. Dia pikir dia gak ada salah apa pada kami tetangga belakang rumahnya? Selama ini kami diam saja dizalimi mereka, bukan berarti kami gak mampu melawan.
“Sudah Bu, jangan diungkit kesalahan mereka. Yang akan kita hadapi ini soal paralon air nya yang rusak saja. Soal lainnya tidak usah diumbar. Ingat jaga aib orang, semoga aib kita juga dijaga oleh Allah…” suami tak henti-hentinya dengan sabar menasihati saya.
Saya yang kesal bukan main akhirnya merasa bahwa yang dikatakan suami benar juga. Ketika dituduh melakukan sesuatu tapi kita tidak merasa, cukup katakan kami tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Itu saja. Tidak usah berniat membongkar keburukan dan kesalahan mereka kepada kami. Meski selama ini banyak ulah tetangga yang sangat menyakiti kami. Tetapi tugas kita tetap harus bisa menjaga dan menutup aibnya.
“Ayah, Ibu, aib itu apa?” putra semata wayang kami bertanya tiba-tiba.
Eh, apa sih aib itu?
Aib bisa diartikan sebagai melakukan sesuatu yang cenderung ditutup-tutupi, atau sesuatu yang akan membuat malu yang bersangkutan jika diketahui orang lain.
Perselingkuhan, perzinahan, cacat pribadi, masa lalu yang buruk, itu adalah sedikit contoh-contoh aib.
Lalu apa yang dimaksud dengan menutup aib?
Seandainya kita mengetahui aib seseorang, cukup sampai pada kita saja, jangan sampai diberitahukan lagi kepada orang lain.
Bagi Muslim, menutup aib sesama ini ada perintahnya. Jika kita melihat aib yang ada pada diri orang lain, jangan sampai kita merendahkan dan menyebarkan aib itu. Sebab, kalau kita melakukannya maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun bisa dengan mudahnya akan membuka aib kita di dunia dan di akhirat. Nauzubillah…
Mengapa kita harus menutup aib?
Sesuai dengan ajaran Rasulullah
“Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi juga seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Memunculkan kehidupan baru dari seseorang yang sudah berniat bertaubat.
Apakah aib sendiri harus ditutupi?
Ya, setelah kita bertaubat dengan sungguh-sungguh, Islam menganjurkan umatnya untuk menutupi aib tersebut. Tidak hanya aib pribadi, aib saudara sesama Muslim juga harus ditutupi dengan baik.
Lalu bagaimana jika aib sendiri diumbar oleh orang lain?
Tidak usah risau. Kalau kita sudah benar-benar bertaubat dan menyadari kesalahan sepenuhnya, kita pasrahkan semuanya kepada Tuhan YME. Seandainya ada orang yang resek menyebarkan informasi tentang aib kita, lakukan hal berikut ini saja:
- Balas dengan senyum dan doa. Semoga orang yang membuka dan menyebarkan aib kita segera mendapatkan kesadaran bahwa hal itu bagi Muslim sangat dilarang.
- Kalau tidak sengaja berjumpa dengan orang yang membongkar aib kita, ucapkan saja terimakasih. Karena sesungguhnya jika kita sudah bertaubat dan aib kita diumbar orang, kesalahan kita di masa lalu sudah dihapuskan oleh sikap dan perbuatannya itu. Wallahu alam….
- Kita segera fokus lagi pada taubat kita. Segera perbaiki diri khusus mengenai aib yang telah terlanjur diumbar orang lain itu
- Jadikan pelajaran sehingga kita pun jangan sekali-kali membuka aib orang dan apalagi mengumbar kepada orang lain.
Wallahu alam, semoga bermanfaat
Menutup aib sesama membutuhkan pembiasaan. Mulai dari diri sendiri, lalu ajarkan kepada anak-anak, dan baik sekali jika diajarkan dalam tulisan. Seperti yang teh okti tulis kan di atas. Sangat bermanfaat.
aku juga harus lebih hati-hati dalam hal berbicara dengan orang lain. Bisa jadi, tanpa aku sadari, aku bisa ngomongin “aib orang lain”
aku sendiri berusaha untuk ga neruskan ke orang lain kalau misalnya ada yang berusaha untuk menjelek-jelekkan aku. Meskipun kadang batas kesabaran seseorang terbatas juga
MasyaAllah suami bisa jadi pengingat selalu ya teh..
Memang kehidupan bertetangga itu rezeki-rezekian. Dan selalu jadi pengingat diri bahwa sebanyak apapun amal yang kita punya kalo lisan kita menyakiti tetangga ternyata gak bisa menolong kita dari azab.
Dan teringat bahwa zaman now.. Bukan hanya banyak yang mengumbar aib orang lain, tapi banyak juga orang yang senang mengumbar aibnya sendiri. Astaghfirullah
MasyaAllah, Teh. Memang terkadang tuh setiap kali kesenggol atau merasa disakiti oleh seseorang, nggak jarang diri ini rasanya ingin juga menuntut balas dengan melakukan hal yang sama biar sama-sama merasakan sakit dan malunya. Tapi Allah SWT saja sudah memerintahkan kita untuk menjaga diri dari melakukan hal begitu, menjaga aib orang lain. Nggak mudah sih ya Teh.
Ih sebel juga saya mbaca kasusnya ni teh…
Tapi memang sih, jangan dibales dengan membuka aib mereka juga. Walaupun berattttt…
Ibarat kata pepatah, jika orang lain melemparmu dengan batu, balaslah melemparnya dengan bunga.
Tapi pastikan…. potnya juga ikut kelempar…
kwkwkwkwkwkwkwkwkw *tertawa licik*
wah tantangan banget ini ya mba, menutup aib emang keharusan tapi kadang kalau ama tetangga rese biasnaya mulut juga kepengin komentar sesuatu hehe
Terima kasih telah mengingatkan teh okti, memang kalau pas kesel emosi kita gemes apalagi saingannya program.
MasyaAllah curahan hatiku tersampaikan. Sekarang pun lagi menghadapi tetangga yg nggak tau diri. Jalan keluarnya sabar sabar dan sabar
Ya Allah, memang paling sulit ya menutup aib orang tuh, kalau aib sendiri aja bisa kita simpen rapat, harusnya bisa ya belajar gak mengumbar aib orang 🙂
Luar biasa! Kadang aku sama suami suka gak tahan kalo ada tetangga seperti itu. Cara menjauhi biar bisa menutup aib nya adalah dengan sebesar mungkin nggak ikut nongkrong sama tetangga hihi.. jadi meskipun ngomong sekedar curhat sama pasangan saja..
Ngerti banget keselnya sama tetangga yang gampangnya suka main nyalahin aja. Tapi ya itulah seninya hidup bertetangga ya. Teh okti dan suami sudah menang melawan tetangga itu dengan sabar dan tidak menyebarkan aibnya.
Iya, ya kadang kita sudah menutup rapat2 aib orang lain, kadang aib kita yang diumbar. Maka harus bener2 bersabar, apalagi orang tersebut dari tetangga sendiri
MasyaAllah ini reminder buatku dan siapa saja yang baca. Ini sih udah another level dari sabar menurutku, menutup aib orang lain yang resek. Semoga Allah selalu menutupi aib2 kita ya teh… Tetangga begini emang hmm bikin ngelus dada.. Aku pernah di posisi begini walaupun si tetangga ga sampe bawa2 aparat setempat sih
Kayanya hampir semua orang sama. Ketika diusik dengan sesuatu yang tidak dilakukan, pengennya bales dengan ungkit ini itu. Biasanya nih, aku ngomel sendiri, tapi kalau ketemu ya tetap jaga sikap. Kita emang gak perlu bongkar aib Tetangga. Gak ada faedahnya
Setuju kak,
Lebih baik hindari yang gak berfaedah.
Masih banyak hal lain yang penting dikerjakan
Masya Allah. Salut dgn kesabaran suami mbak. Semoga senantiasa dijaga dlm kebaikan. Namun, menurtku mbak, kalau memang tetangga mbak tsb memiliki kesalahan yg merugikan, tidak ada salahnya juga menegur secara baik2 (tidak di dpn umum). Kalau begitu sepertinya bukan termasuk menyebar aib ya, hehe. Allahu a’lam.
Bener banget, biar gimana pun kita harus nutup aib diri sendiri dan orang sekitar kita. Eh, jadi penasaran lanjutan ceritanya di rumah Pak RT.
Berbicara tentang aib, seringkali kita terkadang ga sadar terbawa candaan, eh ternyata ga tahunya yang dibicarakan aib orang.
Sungguh indah Islam mengajarkan kita menjaga aib diri dengan menjaga aib orang lain.
Semoga kita senantiasa ingat untuk selalu menutup aib orang lain.. Dan, semoga aib kita pun terus ditutupi
Ya, Allah. Semoga saja banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa menutup aib itu merupakan hal yang dianjurkan agama. Bahkan, kalau Allah swt saja sudah menutupnya kita dilarang untuk membongkarnya.
Subhanallah banget ya bisa menutupi aib tetangga. Memang kalau lagi emosi sebaiknya berdiam diri dan menenangkan diri dulu. Kalau gak bisa jadi hal-hal yang tidak berhubungan jadi kebawa-bawa ya.
Ilmu sabar memang ujiannya berat yaa. Semoga kita bisa selalu menjaga lisan dari perkataan yang menyakitkan hati.
Benar Mba, setuju banget. Apalagi pas amarah meledak-ledak gitu rasanya pengen dijembreng semua di hadapan. Tapi memang menahan lebih baik daripada menyesal setelahnya kenapa harus mengumbar aib orang lain. Sabar memang berat dan bukan bakat juga tapi karena terbiasa melatihnya..hehe
saya juga tipikal yang ngga peduli kalau ada tetangga yang ngomongin mba. soalnya saya percaya nanti juga keburukannya kena ke mereka sendiri hehe jadi santai ajaa
Tetangga ada ajaaa ya Teh.. Baca tulisan ini jadi reminder lagi nih buat aku juga buat gak ngungkit2 ngumbar aib tetangga atau aib orang lain.. 🙂
Aku kalau ada di posisi kakak juga pasti auto ngedumel karena kesal. Tetapi memang betul, sebaiknya kita benar-benar jaga lisan dan jangan sampai mengumbar aib orang lain, apalagi aib sendiri. Nggak jarang lho tanpa sadar kita malah buka aib diri sendiri. Pastinya perlu latihan menahan diri dan emosi ya dan banyak berdzikir.
MashaAllah~
Menjadi pengingat bagi kita semua ya, teh.. Terima kasih.
Rasanya zaman sekarang orang paling gampang banget bikin konten dan lupa kalau itu aib. Jadi pemahaman mengenai aib ini sudah jauh berubah.
Semoga aib yang tidak kita umbar, tetap tersimpan dengan baik karena Allah bantu simpankan.
Wallahu ‘alam bishowab.