Baru saja hujan turun sekitar tiga kali, itu pun masih diselingi cuaca panas terik, sudah ada empat orang yang menagih janji, untuk memberikan bibit tanaman yang berkhasiat untuk obat-obatan secara alami.
Di halaman rumah saya memang banyak ditanam beberapa tanaman herbal ataupun apotik hidup. Saat musim kemarau sekitar tiga bulan kemarin, banyak tetangga yang meminta tanaman tersebut untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Alhamdulillah meski kemarau, air sumur kami tidak kering. Jadi masih bisa dipakai untuk menyirami halaman sekitar 400m³ tersebut.
Mereka minta tanaman obat itu ke saya karena selain memang tidak punya lahan untuk menanam, mereka yang punya pun mengaku tanaman nya mati karena kekeringan. Jadi sekaligus minta bibit tanamannya. Hanya saya jawab nanti saja kalau sudah masuk musim penghujan. Secara dikasih sekarang pun kalau masih kemarau nanti takut tidak tumbuh maksimal.
Karena itu saat dua hari kemarin hujan turun di tempat kami, kemarin sore dan tadi pagi saat mau pengajian mingguan di kampung dan pesantren, buibu tetangga sudah ada yang minta bibit tanamannya. Padahal saya belum mempersiapkan sama sekali.
Secara tanaman yang dikembangbiakkan dengan distek, kan harus dipersiapkan dulu termasuk media tanamnya. Kecuali yang dikembangbiakkan dengan biji, saya memang nyimpan beberapa. Itu pun tetap harus disediakan media tanam yang bagus dan cocok sehingga bibit bisa tumbuh dengan bagus.
Jadi ingat perjalanan membawa beberapa bibit tanaman herbal dan obat itu ketika saya masih bekerja dan bolak balik ke ibukota dan sekitarnya sekitar delapan tahun lalu. Ya karena sebagian besar bibit tanaman herbal yang saya punya ini, berasal dari Kampoeng Djamoe Organik – Martha Tilaar Group.
Saat saya masih kerja di media yang berkantor pusat di Taiwan, sebagai jurnalis biro Indonesia, saya sering kebagian liputan untuk daerah luar Jabodetabek. Salah satunya ketika ada undangan launching produk kosmetika dari Martha Tilaar ini.
Saat itu semua media diundang mengunjungi Kampoeng Djamoe Organik (KaDO) Martha Tilaar sebagai pusat pendidikan pelestarian lingkungan yang beralamat di Kawasan Industri Cikarang.
Berangkat dari meeting point di MC Donald Sarinah, rombongan media menaiki bus menuju Cibarusah Kawasan EJIP Pintu II, Cikarang Bekasi. Gak nyangka aja dulu itu, kalau di kawasan industri Cikarang masih ada lahan hijau. Suasananya beneran asri seperti di kampung saya sendiri. Gak heran sih karena ada ratusan pohon dan tumbuhan hidup di sana.
Saya senang main ke Kampung Djamoe Organik ini karena kita bisa bernapas dengan bersih dan bebas. Bukankah oksigen yang biasa kita hirup sudah hilang kualitasnya? Udara sudah bercampur polusi kerap kali membuat kita kekurangan oksigen. Di wilayah hijau oksigen bersih ini bisa kita temui.
Suasana yang asri di tengah kawasan industri yang terus membuang polusi benar-benar sulit ditemui bahkan di ibu kota sekalipun. Semilir angin sejuk yang berembus dari rerimbunan pepohonan hijau di Kampung Djamoe Organik sudah bisa dirasakan sejak pengunjung masuk di gerbangnya.
Di kampung ini di samping kiri dan kanan dipenuhi dengan tanaman obat dan kosmetika (Toka) yang banyaknya lebih dari 650 jenis tumbuhan.
Kawasan lahan terbagi dua jenis sesuai klasifikasi tanaman, yaitu Aromatic Land dan Beauty Land.
Aromatic Land dipenuhi dengan tanaman-tanaman yang memiliki aroma. Seperti pandan, melati, som jawa, kolesom, kenanga, kamboja, kayu putih, dan masih banyak lagi.
Beberapa tumbuhan dinilai sebagai tanaman langka, dahulu bahkan dianggap mustahil dapat hidup di Indonesia seperti halnya zaitun, buah merah dan kemenyan bisa dibilang sebagai tanaman langka. Tapi ternyata dapat hidup di Kampung Djamoe Organik Martha Tilaar ini.
Lain lagi dengan Beauty Land yaitu lahan yang dipenuhi dengan tumbuhan yang bermanfaat bagi pemeliharaan kecantikan mulai dari rambut, tubuh dan kulit.
Tumbuhan yang terdapat di Beauty Land di antaranya, nanas, lavender, temu giring, jati, bengkoang, lidah buaya, dan banyak lagi.
Nanas itu baik untuk perawatan rambut, sedangkan lavender dan temu giring baik untuk perawatan kulit. Berbeda lagi dengan daun jati yang berkhasiat untuk tubuh untuk menjaga agar tidak obesitas.
Di Kampoeng Djamoe Organik ini pengunjung diajak ke proses pemilihan dedaunan dan pengeringan tumbuhan-tumbuhan tadi yang sudah dipanen untuk dijadikan jamu. Semuanya terbuka untuk umum agar dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, di Kampung Djamoe Organik kita juga bisa mampir ke Rumah adat Manado yang mana berfungsi sebagai bangunan penyambutan juga berfungsi sebagai kedai sehat alami tempat pengunjung membeli jamu instan kemasan.
Di rumah adat inj juga dijual hidangan-hidangan yang dapat langsung disantap. Bahan baku makanannya tentu saja berasal dari hasil budidaya organik. Bukan fast food tapi slow food.
Dimana proses slow food dalam penyajian makanan di kedai ini membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menjamin semua makanan yang akan disantap terhidang dalam keadaan hangat dan segar.
Saat pulang, kami diberi buah tangan berupa bibit pepohonan baik tanaman apotik hidup maupun tanaman obat dan kosmetika. Bebas pilih mau bawa yang mana saja. Saat itu saya membawa bibit Cangcauh (daun cincau hijau), zodia, handeuleum (daun merah), stevia, dan daun sirih.
Kecuali stevia, semuanya masih tumbuh dan bahkan sudah dikembangbiakkan. Bahkan Cangcauh udah menghasilkan uang lumayan karena daunnya sering diborong oleh penjual es cincau hijau.
Memiliki lahan ditanami tanaman obat dan kosmetika maupun apotik hidup memang banyak manfaatnya. Sebagai orang tua saya bisa melakukan hobi merawat tanaman, sekaligus menikmati alam yang asri. Sedangkan anak bisa jadi sarana edukasi untuk ikut menjaga alam.
Lebihnya ya bisa berbagi dengan kawan satu frekwensi. Berbagi kepada mereka yang juga hobi memelihara tanaman obat dan kosmetika walaupun dalam skala sederhana.
Di kampung tempat saya tinggal, halaman rumah saya bisa dibilang memiliki tanaman obat herbal dan apotik hidup terlengkap. Dimata mereka kalau memerlukan tanaman obat atau apotik hidup tinggal datang saja ke rumah.
Saya sendiri memiliki keinginan untuk menambah ilmu dan wawasan terkait pengolahan tanaman herbal, serta apotek hidup ini dengan berbagi dengan teman-teman sesama pencinta tanaman obat dan kosmetika. Ngadain acara apa, semacam sharing gitu atau berbagi dan tukar bibit.
Keinginan yang sering muncul tapi belum pernah terealisasikan salah satunya mengunjungi Museum Jamu pertama di Indonesia Nyonya Meneer di Kaligawe Semarang Jawa Tengah.
Saat masih kerja, sering bepergian ke luar kota bahkan luar provinsi. Sambil menyelam minum air, sambil kerja bisa sekalian traveling mengunjungi lokasi wisata yang sedang ngetop.
Kini setelah murni jadi ibu rumah tangga di rumah saja, susah rasanya mau melangkah ke luar rumah itu. Untuk mendapatkan informasi lengkap seputar Museum Jamu Nyonya Meneer yang berdiri pada tanggal 18 Januari 1984 ini mungkin saya harus menghubungi Blogger Semarang.
Meski informasi bisa didapat melalui internet, tapi tetap saja datang langsung ke lokasi akan terasa beda sensasinya ya.
Apalagi museum sebagai cagar budaya untuk melestarikan warisan leluhur tak hanya bagus untuk nambah wawasan, tapi juga bisa jadi sarana edukasi dan rekreasi bagi generasi muda.
Sehingga kalau sudah tahu ilmunya, tanaman obat dan kosmetika di halaman rumah ini siapa tahu bisa diracik jadi hal yang lebih bermanfaat untuk kesehatan dan aktivitas kita.
Daun cincau itu Cangcauh nama kerennya ya? Kalo gak gegara baca artikelnya Teteh, gak bakalan engeh. Soalnya familiarnya itu, padahal pernah punya tanamannya di halaman rumah hihi
Memang harus belajar ya memanfaatkan tanaman obat yang ada di rumah, kadang tuh tanaman yang ada cuma buat hiasan aja gatau fungsinya buat apa dan mana yang bisa dimanfaatkan untuk kesehatan.
Luas sekali halaman rumahnya, Teh Okti. Seperempatnya dari luas itu sama dengan luas rumah saya di Jakarta hihihi..Senangnya ya jika punya apotik hidup di rumah, sehingga selain dikonsumsi sendiri bisa jadi jujugan tetangga yang memerlukannya.
Setuju teh, kalau datang ke lokasi informasi yang didapat lebih banyak dari pada melalui browsing di internet ya.
Tanaman obat akan sangat dibutuhkan saat kita benar-benar membutuhkan. Shg tahu betapa pentingnya tanaman itu
Baru tau kalo Martha Tilaar Group juga punya lahan tanaman obat dan kosmetik di Cikarang
Saya cuma tahu laboratorium hidupnya di Jawa Tengah (antara Solo – Yogya, lupa nama daerahnya)
Keren ya Martha Tilaar Group, bahan baku kosmetiknya benar2 alami, gak hanya oplosan
Saya jadi teringat tanaman didepan rumah yang sudah tak terurus karena kesibukan setelah melahirkan, masih cukup sulit bagi saya membagi waktu sehaingga terkadang lupa menyiram tanaman, semoga mereka bisa bertahan
Senang ya punya tanaman obat di rumah, apalagi kalau kita mempelajari khasiatnya, bisa digunakan ketika kita membutuhkannya.
Wah teduh, indah dan sejuk. Itu kata-kata yang terlintas di benak saya ketika melihat foto-foto di atas. Keren banget teh Okti.
BTW Kampung Jamoe Organiknya terbuka untuk umum ga teh? kalo terbuka untuk umum saya penasaran pengen juga liat langsung kesana hehe. Saya jadi auto bayangin kayaknya tempatnya asri banget dan terawat. Acung jempol deh buat perusahaan Martha Tilaar.