Mi, sebagai anak lelaki satu-satunya di keluarga, ibu ingin bicara sebentar, Nak.
Tapi mungkin omongan ibu ini belum bisa kamu pahami. Karenanya ibu tulis surat ini untuk kamu baca kelak, saat kamu mulai dewasa dan siap terjun menjalankan rumah tangga.
Terima kasih Mi, udah mau mijitin ibu walau tak sampai lima menit, dan gak ada efek lainnya kecuali yang sakit pegal di badan ibu sedikit mengurai. Itu pun sambil misuh-misuh, kamu melakukannya. Hehe …
“Ish, ibu gimana sih? Ami lagi Ami lagi. Ami kan lagi main ini…”
Tapi pegal di tulang punggung dan tulang ekor ini memang terasa ngilu sekali, Mi. Sepertinya ibu gak bisa tidur kalau belum dipijat dan diolesi minyak urut seperti permintaan ibu tadi. Terimakasih ya, Mi.
Mi, tahukah, kalau jadi ibu itu berat sekali. Ami kan tahu sendiri, kadang kalau lelah ibu ini sudah di ubun-ubun, badan menuntut untuk direbahkan, tapi ibu bisa apa kalau Ami udah merengek minta ini dan itu. Rasanya ibu tak sampai hati mengabaikan jari-jari kecilmu yang penuh dengan harapan berwarna warni seperti pelangi itu, masih saja meminta ibu untuk melakukannya.
Ami, meski Ami seorang anak laki-laki tapi Ami harus tahu kalau jadi seorang ibu itu pekerjaan yang melelahkan jiwa raga.
Bayangkan, mulai dari memikirkan menu harian yang bikin pusing secara Ami dan ayah makanan kesukaan nya berbeda. Mulai dari mikirin hal receh seperti sapu lidi yang udah pada patah, nasi yang bau padahal masih sisa banyak, ranjang yang rusak menyebabkan bunyi derit yang berisik hingga Ami gak bisa bobo, bantal usang kesayangan Ami yang harus dicuci dan dijemur manual karena kita tidak punya mesin cuci, lalu menjahit tangan bantal itu karena ada sobekan.
Ngerjain kulkas berdebu dengan potongan tomat dan jeruk nipis entah sisa memasak kapan yang harus ibu bersihkan, atap genteng yang pecah hingga menyebabkan bocor, kran rusak hingga airnya macet. Ketika pisau dapur yang tak cukup tajam, alat makan yang lenyap entah menghilang kemana, dan masih banyak lagi hal receh yang harus ibu urus lainnya.
Belum ketika Ami sakit, badan yang bentol-bentol dan garukan nya menyebabkan luka, saat Ami tak mau makan dengan alasan ga ada lauk kesukaan, ibu bisa apa kecuali berada di sisi Ami. Menemani.
Aaaaah… sebenarnya sesekali ibu ini merasa sungguh lelah, Mi.
Jadi ibu itu adalah pekerjaan yang entah kapan bisa sejenak berhenti. Saat tidur saja sering terbangun karena Ami minta ditemani ke kamar mandi, atau minta minum karena kehausan.
Belum lagi ditambah mikirin uang belanja yang semakin sedikit tidak sejalan dengan kebutuhan yang terus bertambah. Pecah rasanya kepala memikirkan bagaimana mengaturnya.
Ibu yang punya anak satu saja merasa kurang waktu, bagaimana yang anaknya lebih dari satu? Bayi kecil dalam gendongan, air susu serat karena tak cukup asupan makanan, kakaknya si bayi dalam tuntunan, rewel pengen jajan.
Bikin kerudung sang ibu miring mencong-mencong selaras dengan daster yang penuh lubang. Sendal jepit putus sebelah belum ada waktu buat menyambungnya. Mau beli, rebutan dengan uang untuk jajan anak tersayang.
Kebutuhan, tuntutan, keinginan, menghimpit hingga tak ada jeda bahkan untuk sekedar menarik napas lega dan lapang.
Jadi ibu itu, seperti sebuah status yang pernah ibu baca katanya bagai mengurung diri dan hidup dalam kotak sabun.
Berbicara dengan wajan, dengan pantat panci yang cemong dan dengan guling berbau ompol.
Ami tahu hiburan ibu di rumah hanya dedaunan kering di halaman yang menunggu ibu untuk dikumpulkan lalu dibakar agar sesekali ibu merasakan harum asap daun salam terbakar. Anggap saja itu harum aromatherapy.
Maka ibu merasa sangat beruntung ketika ibu memiliki suami seperti ayah. Allah pasangkan ibu dengan seorang seperti ayah untuk meringankan beban yang ibu tanggung ini.
Kelak, ketika Ami dewasa dan berumah tangga, jadilah seorang lelaki dan suami yang mampu jadi tempat istri menumpahkan lelah dan letih. Jadilah suami sebagai tempat untuk menyandarkan gelisah hati istri. Jadilah suami sekaligus ayah yang siap menerima keluh kesah istri saat mengeluhkan rewelnya buah hati. Jadilah anak laki sekaligus suami yang siap menerima istrinya saat membagi kisah, meluapkan kasih, dan untuk menuturkan cerita di penghujung hari.
Ami, kelak jadilah seorang anak laki-laki, seorang suami sekaligus seorang ayah yang siap menjadi sepasang lengan yang siaga merengkuh saat sang istri oleng tanpa daya..
Jadilah suami yang tau kapan perlu menjelma jadi selimut yang meredakan gigil atau kapan harus mengambil segelas air dingin untuk meredakan dahaga istrimu.
Maka sungguh, selelah apa pun menjadi istri atau menjadi ibu jika sang suami siap mendampinginya maka pekerjaan berat apa pun akan terasa ringan karena siap dihadapi bersama.
Tahu kan Mi, saat ibu ibu udah lelah, tapi kalau ayah datang menolong, ayah menghibur, ayah mau menemani di akhir hari sungguh semua itu seperti obat paling mujarab bagi lelah hati ibu. Kelak jadilah kamu seperti obat itu untuk kelelahan istrimu…
Genggam tangan penuh kasih dan usapan di pucuk kepala adalah pelipur lara bagi setiap tetes keringat seorang istri sekaligus seorang ibu setiap hari..
Selelah itu lah seorang ibu tapi sesederhana itu juga pereda setiap kepenatannya.
Maka Ami harus tahu, menjadi seorang istri dan seorang ibu, bukan sekedar menikah, hamil lalu melahirkan. Menjadi istri dan kemudian seorang ibu itu membutuhkan iman, ilmu dan tentu saja uang demi kewarasan.
Momen di Hari Kartini ini, dimana katanya emansipasi wanita tengah dijunjung tinggi, ibu tak ingin diajak makan malam seperti selebritis di tv, ibu tak ingin mendapatkan hadiah perhiasan kayaknya istri dan ibu yang diapresiasi oleh suami dan keluarganya, di hari yang katanya spesial ini ibu hanya ingin bercerita.
Ibu sengaja bercerita melalui surat yang ibu titip di blog ini supaya bisa menjadi inspirasi bagi para ibu lainnya, bahwa seorang istri sekaligus ibu seperti ibu ini memang memerlukan waktu dan ruang untuk bercerita. Tak masalah cerita itu tertuang dalam bentuk tulisan, atau bahkan melalui tangisan dan linangan air mata
Semua ini tujuannya agar hilang semua lelah dan beban yang ibu punya. Agar pupus semua kesal dan marah yang menggumpal di hati ibu. Karena jika tidak dihancurkan, ibu takut lelah ini menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak hingga melukai anak ibu.
Ibu sangat berusaha menjaga agar jangan sampai letih ibu ini menjelma jadi keluh, mengumpat takdir hingga segala pegal badan tak jadi sebab ibu masuk syurga.
Jangan sampai lelah ibu yang sudah belasan tahun ini, jadi lelah yang sia-sia sebab tak lillah…
Semoga Allah menguatkan punggung bengkok ibu. Semoga Allah jauhkan ibu dari setiap rasa yang menyakiti dan melukai. Semoga Allah melapangkan hati ibu, agar segala uji tak menggeser iman dan taqwa.
Semoga Allah lindungi kita dan keluarga dari apa-apa yang tak Allah sukai.
Ibu ceritakan semua ini kepada Ami, satu-satunya anak laki-laki ibu, supaya kelak ibu dari anakmu tak sampai merasakan kelelahan seperti ibu. Kalaupun istrimu kelak lelah, dampingi dia sebagaimana ayah mendampingi kita.
Kelak Ami semoga bisa paham jika ibu hanya tersenyum saja ketika Ami bilang “Ibu mah enak gak perlu sekolah, gak perlu kerja seperti ayah. Ibu mah di rumah aja tunggu ayah dan Ami pulang…”
Enak? Ya semoga saja perkataanmu jadi doa ya, Mi. Semoga kelak istrimu merasakan semua keenakan itu.
Insyaallah seorang istri tidak perlu menuntut emansipasi lagi jika suaminya sudah memuliakan keberadaannya hingga dunia akhirat.
Entah kapan surat ibu ini bisa Ami pahami. Tapi setidaknya jika ibu telah tiada, surat ini bisa jadi salah satu wasiat, ya Nak…
Jadilah seorang anak laki-laki ibu yang mampu memuliakan istrinya, pendamping hidup, bukan asisten rumah tangga.**
Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye “Blog Parenting Terbaik di Indonesia” dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.
Aamiiiin untuk doanya mbaaa. Semoga Ami paham akan segala penat dan juga tanggung jawab kita sebagai perempuan yang menjadi istri, Ibu, dan juga individu yang berhak menikmati hidup dan bahagia.
Selamat Hari Kartini, mba
Aamin! Dan pada dasarnya tugas atau pekerjaan ibu rumah tangga adalah tugas paling terberat diantara pekerjaan dan tugas lainnya yang dikerjakan perempuan. Insya Allah akan mendapatkan balasan dan pahala besar dari Allah SWT. Aamin.
Hiks, andaikan semua pria seperti yang ditulis Teh Okti, gonjang-ganjing yang bikin perabotan rumah tangga (karena suami/istri selingkuh, KDRT dll) gak ada lagi.
Jadi inget, dulu juga sering minta anak untuk mijetin. Dan hasilnya, hehehe….asa disentuh aja.
Eniwei, serius cuma Fahmi aja? Gak mau nambah adik untuk Fahmi?
Sungguh menyentuh ya teh Okti – jeritan hati kecil seorang wanita ini
alhamdulillah aku diberi amanah anak 4 – (1 perempuan dan 3 laki laki), merasa wajib bersyukur sekali. Berarti punya teman yang Insya Allah sepanjang usia, punya temen curhat – temen diskusi – plus kalo anak laki-laki, bisa bantu angkat galon air mineral aja udah happy :)))
Big hug virtual teeehh… Duh samaan banget, anak2 kalo diminta mijetin udah susaaah
Semoga kita semua ibu selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan ya teeeh
jadi ingat anakku yang laki-laki mbak. dia kalau ibunya kelihatan kesakitan langsung inisiatif mijitin atau tiup-tiupin anggota tubuh yang sakit. anaknya act of service banget. heu
Kala Fahmi besar nanti, dia akan memahami artikel ini, ya Teh. Semangat selalu buat para ibu, yang memang tak ada bandingnya dengan apapun
bener banget mbak sekarang penting banget ya bagi anak laki-laki diajarkan kalau di rumah tangga itu harus saling membantu karena istri itu berat banget kerjaannya bukan cuma leyeh-leyeh doang
Masya Allah, membaca surat ibu untuk anak laki-lakinya ini aku sungguh terharu 🙁 Ibarat menulis diary, ditujukan khusus buah hati tercinta (lelaki). Semoga saja segala doa ini dijabah Allah SWT. Sama halnya nih doaku untuk si bungsu Fakhri anakku. Semoga anak2 lelaki kita menjadi pribadi yang tangguh, sholeh, jujur, amanah, sukses berkeluarga samawa nantinya aamiin.
Antara pengen ketawa dan terharu baca surat buat Ami ini mbak. Dulu waktu anak-anak masih balita, saya waktu ada teman yang cerita sering bingung mau masak apa karena selera anak-anaknya berbeda, saya merasa heran.
Setelah anak-anak besar, baru deh ngerasain. Dua anak remaja seleranya beda, ditambah lagi adiknya yang masih kecil.
Saya sepakat lho sama artikel ini. Laki-laki pun perlu tau kalau memperingati Hari Kartini tidak hanya untuk perempuan. Laki-laki perlu belajar juga menghargai perempuan. Karena perempuan juga akan lebih bahagia berkarya bila ayah atau pasangannya mendukung.
Semoga dibaca ami pas kelak udah dewasa. Ami skrg masih anak2 kan? Jadi sepertinya belum terlalu relate ama suratnya. Hehe
Aku juga sering minta anak untuk injak-injak kaki saat badan terasa lelahnya. Memang jadi Ibu itu nggak gampang dan harus siap segala konseskuensinya. Semoga kita semua diberi kekuatan dan keikhlasan agar menjadi tabungan kebaikan. Dan amin untuk semua doa-doanya Teh…
Semoga kelak dibaca dibaca sama Ami ya mbak, karena tulisan ini bagus banget. Memang relate sekali tentang apa itu kartini, memaknai apa yang dikerjakan oleh seorang perempuan. Aku pun kemarin sempat bahas ini sama anakku, waktu ditanya kenapa ada hari Kartini. Nah aku kasih tau deh tuh tentang perjuangan perempuan dan juga kacamata dari kehidupan bundanya juga.
Surat ini menyentuh hati dan membuat saya tersadar bahwa menjadi seorang ibu itu tidak mudah. Saya rasa semua anak harus membaca surat ini agar mereka bisa lebih menghargai ibu mereka. Pesan moralnya kuat dan jelas. Surat ini mengajarkan kepada saya bahwa menjadi seorang ibu itu membutuhkan pengorbanan dan kesabaran yang besar.
Mengaminkan untuk doa-doanya. Semoga kujuga punya pasangan yang bisa saling, punya anak pun begitu. Jadikan apa yang kita kerjakan diridhoi oleh Allah, amin
Suratnya menyentuh banget Teh. Kalau curhatan engga kerasa bisa panjang banget. Tapi memang bener hal-hal receh tuh malah bikin kenangan tak terlupakan. Segala alat makan hilang engga tahu ke mana…Samma nih Teh. Bikin kezel…
Turut mendoakan semoga Fahmi kalau dewasa menghargai perempuan dan tetap berbakti ke orang tuanya.
Aaa..sesama mother of boy(s) kita teeh..
Kalau di aku, anak yg sulung sudah lumayan terasa pijatannya. uda kelas 2 SMP sih yaa.. Tapi ya gitu..ga tahan lama hehehe. Tapi lumayanlah..
Aku jg sering bilang ke anakku, apapun makananmu eh bukan deng..apapun pekerjaanmu, kalau kamu memutuskan menikah maka kamu akan jadi kepala keluarga. Dan itu bukan tanggung jawab yg bisa dilakukan secara sepele. Bersyukur yaa anak2 kita punya teladan seorang ayah yg baik.
Semoga Ami bisa tumbuh menjadi pria yang bertanggung jawab, mengerti bahwa peran laki-laki tidak hanya pada menafkahi tapi juga mendidik dan mengayomi anak dan istri saat berkeluarga nanti ya
Semoga surat ini nantinya bisa dibaca oleh Fahmi, ya, Teh. Mudah-mudahan Fahmi mengerti apa yang diinginkan oleh ibunya dan kelak berusaha menjadi suami yang baik untuk istrinya.
Selamat hari kartini. Perempuan harus punya waktu untuk dirinya sendiri meskipun sudah berkeluarga. Beruntunglah perempuan yg mendapatkan pasangan yg bsa berkolaborasi mengurangi beban pekerjaan. Semoga anak ibu bisa menjadi panutan kelak dan menghargai perempuan
Berharap anak laki laki saya di rumah dan satu-satunya mampu memahami ini
Sehingga tidak ada sikap bossy ketika di rumah
Bahkan menunjukkan sikap sayang sama kedua kakaknya dengan semangat Kartini
Aamiin buat semua doa-doanya ya teh. Semoga Ami kelak bisa jadi laki-laki yang bertanggung jawab, jadi suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.
So sweeettt bangetttt si tehhh. Rasa-rasanya aku jadi pengen ikutan nulis surat juga buat anak laki-lakiku. Dan bener banget semoga mereka bisa besar dengan memandang ayahnya, menirunya dan meneladaninya. Yang siaga membantu istrinya dalam segala hal dan kondisi, insya Allah.
Peluk dari jauh Teh, kelak Ami akan memahaminya Teh, turut mengaminkan doa yang tertulis di blog
Beruntung Fahmi punya role model ayah yang baik. Jadi lebih mudah mencontoh, ya. Semoga seluruh harapan di doa ini terkabul.
Sebuah pesan di hari Kartini yang menyentuh mbak untuk Ami. Aku sendiri sadar bahwa hari Kartini bisa jadi cara untuk internalisasi pembelajaran mengenai peran perempuan ke anak laki2 bahwa pekerjaan perempuan juga harus di dukung oleh laki2.
Aamiin, Alhamdulillah suamiku juga suka membantu pekerjaan rumah. Semoga nanti dua putri ku juga mendapatkan suami yang baik, pengertian dan setia. Doa ibu banyak sekali untuk anak anaknya, yang setiap hari dilangitkan tanpa rasa bosan.
MasyaAllah Teh, menyentuh sekali. Memang ya, sebagai wanita, ibu, juga istri, kadang yang kita butuhkan adalah ruang untuk menumpahkan perasaan. Entah melalui tulisan, curhat pada suami, atau sekadar bersenda gurau dengan sahabat. Semoga para suami, anak-anak laki-laki kita, bahkan ayah dan semua pria di luar sana, bisa mulai memahami kebutuhan para wanita. Begitu pun sebaliknya. Sehingga semoga semua drama di luar sana perlahan terus berkurang dan semua pun bisa berbahagia.
Kelak saat anak-anak baca, pasti mereka bangga telah dilahirkan oleh sosok Ibu seperti mbak. Mendidik anak laki-laki di jaman sekarang se tricky itu memang. Namun optimis kelak banyak laki-laki yang memuliakan istrinya dan ibunya dengan sebaik-baik kemuliaan 🙂
Surat yang menarik ini, sekaligus memahamkan anak akan beratnya pekerjaan perempuan, pekerjaan seorang ibu dalam keseharian. Menarik untuk ditiru ini.
Kasih sayang Ibu sepanjang masa.. Benar-benar kalau udah bahas tentang orangtua terutama Ibu selalu terharu deh.. Gak kebayang aja aku bakal jadi calon Ibu nantinya, trus anak-anak tumbuh dewasa dan kita semakin tua maka wasiat seperti ini menjadi sangat terkenang. Selamat hari kartini buat seluruh Ibu” kuat di dunia❤️
deep banget, sebagai laki-laki tulen tulisan ini sangat menyentuh hiks
InshaAllah Fahmi akan ada masanya memahami ya Teh. Semoga blognya juga terus bertahan, sehingga dia bisa menemukan tulisan indah bundanya ini
Aku juga punya anak laki-laki, Teh. Panjang doa harapanku untuk dia, terlebih karena di rumah dia nggak punya role model laki-laki dewasa yang bisa diteladani. Salah satu alasan kenapa aku masukkan dia ke islamic school (full day), biar dia dapat contoh bapack-bapack baik di sana.
Senang sekali membaca cerita dari sudut pandang seperti ini. Setangguh tangguhnya perempuan, bisa cari uang sendiri kodratnya adalah berpasangan dan hal itu tak bisa dielak….aku sendir kurang setuju dengan emansipasi wanita karena karena laki dan perempuan punya porsi pas masing masing
Anak saya semua laki-laki. Kadang saya bicara panjang lebar tentang kewajiban suami dan laki-laki. Meski selalu dijawab di awal, aku ga akan nikah muda, Ma…
Asyik juga kalau melalui surat begini.
Hiks, sedih kalau dibilang tugas ibu lebih enak ketimbang ayah. Mungkin tugas berat inilah yang bikin mengapa surga ada di telapak kaki ibu dan membuat panggilan ibu lebih utama dihampiri jika pada saat yang sama ada panggilan ayah
hiks, pengen nangiiiis
semoga aku juga bisa bicara panjang lebar gini ke anak lelakiku kelak, amiiin