Lebaran ketupat telah usai. Bagaimana pendidikan karakter jiwa-jiwa manusia yang katanya setelah sebulan Ramadan menjalani penggodokan itu apakah beneran kembali terlahir secara fitri sebagai manusia yang sempurna?
Sebagai istri, apakah saya sudah menjadi sosok yang mendekati pribadi istri shalehah sebagai sebaik-baik perhiasan dunia untuk sang suami? Atau kembali ke setingan awal dimana ada uang abang sayang, ga ada uang ga ada makanan di meja karena ga ada duit buat belanjanya?
Sebagai suami, apakah sudah bisa memperbaiki diri untuk bersikap dan berpikir menjadi lebih baik, tidak egois dan tidak baperan? Atau bahkan seiring berakhirnya kumandang takbir mursal (takbir yang dibaca kapan dan di mana saja) berakhir pula sikap bijak dan adab sebagai kepala keluarga yang seharusnya menjadi teladan seluruh anggota keluarga?
Lalu untuk buah hati, apakah mereka anak-anak ini sudah menjadi penyejuk jiwa dan penenang hati atau justru malah mulai menjengkelkan karena terus-terusan menagih uang THR-nya yang disimpan (atau justru dipakai dengan dalih dipinjam dulu)?
Berawal dari kebiasaan…
Jumat ini keriweuhan pagi di rumah kembali dimulai. Anak yang mulai masuk sekolah menjadi penyebab riak-riak ketenangan selama liburan lebaran mulai terpecah.
Omelan dan komplenan dari seisi rumah menjadi kegaduhan sebagai rutinitas pagi yang biasa terjadi seperti sebelum Ramadan.
Saya tak henti mewanti-wanti anak untuk menghabiskan sarapannya dulu. Always bawel dan multitalenta antara menasehati anak supaya selalu begini dan begitu nanti di sekolah disambil mengerjakan pekerjaan rumah.
Suami sejak pulang dari masjid anteng dengan mengurusi hewan peliharaan di halaman, menyapu dedaunan yang berguguran ditemani bising sepeda motor yang mulai dipanaskan. Sesekali suaranya terdengar menjawab sapaan tetangga yang lewat depan rumah.
“Ibu kaos kakinya dimana? Ibu uang jajannya mana? Ibu makannya ini gak habis, deh, boleh? Ibu jangan dimatiin dulu tv-nya!” Sebagian kegaduhan yang diteriakkan anak kembali jadi lagu pengiring suasana pagi di rumah kami.
Begitulah, Ramadan usai, selesai pula ketenangan yang selama sebulan sebelumnya tercipta. Semua kembali ke setingan awal. Disibukkan dengan aktivitas yang terus berputar tiada habisnya.
Namun jika diperhatikan dengan baik, ada aksi dan reaksi yang sedikit berbeda dibandingkan sebelum bulan puasa, dan saat ini, setelah lebaran (ketupat) berlalu.
Anak tidak begitu susah dibangunkan ketika adzan subuh terdengar. Mungkin sudah terbiasa bangun awal mengingat sebulan sebelumnya jam tiga dini hari justru dipaksa harus sudah melek?
Anak tidak begitu meledak-ledak lagi ketika bertanya dan atau menyanggah omongan saya. Ia tetap ngeyel sebagaimana sifat anak seusianya tapi ngeyel ke arah yang lebih sopan. Apakah anak sudah mulai bisa memanage emosinya setelah sebelumnya belajar mengekang hawa nafsu?
Hal kecil dicicil jadi besar
Sepele. Hanya sedikit peningkatan perubahan ke arah lebih baiknya.
Tapi saya sangat mensyukuri semua proses ke arah lebih baik itu. Sebagai manusia yang terus bisa memperbaiki diri perubahan bisa kapan saja dialami. Meski tidak mudah, tapi jika dilakukan secara konsisten insyaallah akan ada hasilnya.
Ibarat pepatah Sunda “cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok” yang artinya kalau kita berusaha, terus menerus melakukan sedikit demi sedikit, maka nantinya sesulit apa pun akan membuahkan hasil.
Kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan orang tua kepada anak, lambat laun akan jadi karakter baik yang menempel kuat dan berdiri kokoh pada jiwa sang anak.
Bukankah sebagai orang tua sudah seharusnya menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter sejak dini pada anak dimulai dari rumah?
Pendidikan karakter itu apa sih?
Banyak definisi tentang pengertian pendidikan karakter. Pendidikan karakter secara teori bisa didefinisikan sebagai sebuah sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu (mayoritas tentang kebaikan).
Nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan biasanya berupa ilmu pengetahuan, menggali kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai yang diajarkan itu.
Saya sendiri secara sederhana menganggap kalau pendidikan karakter ini bentuk rutinitas yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik supaya menjadi generasi yang lebih baik.
Baca juga: MANFAAT PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK TUMBUH KEMBANG ANAK
Orang tua sebagai teladan
Orang tua harus bisa bersikap profesional dan konsisten dalam mendidik anak. Jangan egois memaksakan anak harus begini harus begitu tetapi tak pernah melakukan hal yang diperintahkan itu. Padahal bukankah orang tua adalah sebaik-baik contoh bagi anak-anaknya?
Saat orang tua sekali menasihati anak harus membuang sampah pada tempatnya, nasihat itu akan terlihat menjadi beribu-ribu kali lipat di mata anak manakala melihatnya sendiri ayah dan ibunya juga membuang sampahnya tidak sembarangan.
Pun sebaliknya. Nasihat apapun tak akan didengar anak (alih-alih akan jadi karakter baik yang tertanam di jiwa anak) jika orang tua justru melakukan kebalikan dari yang diperintahkan kepadanya.
Orang tua setelan pabriknya
Perilaku seperti itu disadari atau tidak sebenarnya sudah memupuk pendidikan karakter akan sifat anak untuk lebih terarah. Mendukung anak untuk menjadi cikal bakal anggota masyarakat yang saleh dan mandiri.
Ke sananya tentu saja setiap orang tua mengharapkan apalagi kalau bukan anak yang cerdas, yang sempurna perkembangan akal dan budinya untuk berpikir. Mudah paham dan tajam pemikirannya, sehingga menjadi manusia yang unggul yang bisa mewujudkan anak yang membanggakan bagi keluarga, bangsa dan agama.
Disadari atau tidak setiap orang tua berperan penting dalam menerapkan nilai pendidikan karakter baik terhadap anak. Tidak harus semua nilai pendidikan karakter ditanamkan sekaligus. Karena percuma kalau tidak memiliki landasan yang kuat.
Lebih baik menanamkan pendidikan karakter pada anak sedikit demi sedikit tapi konsisten dengan pendidikan karakter yang ditanamkan itu sehingga menjadi kebiasaan (fondasi) yang kuat bagi anak.
Ada banyak pendidikan karakter baik yang harus dimiliki setiap orang, seperti tanggung jawab, jujur disiplin, kerja keras, mandiri, kreatif, toleransi, bersahabat, cinta damai, peduli lingkungan, dan masih banyak lagi karakter baik lainnya. Semua itu tidak bisa instan dimiliki setiap orang, melainkan harus melalui proses berkepanjangan dan yang harus memulai (sekaligus memberi contoh) adalah orang tua di lingkungan terkecil anak alias keluarga.
Jadi…
Di sekolah anak memang dididik juga. Tapi jika memahami kalau tujuan pendidikan adalah menuju perubahan akhlak atau karakter anak ke arah yang lebih baik, hal itu bisa dicapai jika ada kerja sama berbagai pihak.
Guru, lingkungan sekitar dan orang tua diharapkan mampu bekerja sama satu sama lain dalam menerapkan akhlak dan karakter baik kepada anak. Demi bisa menjadikannya lebih baik, menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).
Manteman jangan sampai abai dengan pendidikan karakter ini. Secara kesalahan sedikit fatalnya bisa seumur hidup. Karena itu yuk baca juga artikel selanjutnya mengenai bagaimana bahayanya jika anak tidak dibekali pendidikan karakter
Emang susah susah gampang untuk ngajarin pembentukan karakter kepada anak. Semua tergantung kita gimana memperlakukan anak agar bisa menjadi karakter yang kuat. Semangat para ortu pasti bisa
Bukan lagi sekadar orangtua cerminan anaknya ya tapi memang copas banget, karena teladannya si anak adalah orangtuanya
Iya kalo ini bisa relate aku ka. Sejatinya anak itu peniru ulung. Jadi kalau mau anaknya pinter, karakternya baik, ya wajib ornag tuanya dulu yang belajar
Membangun karakter anak memang gak mudah, cara termudah teladan dari orang tuanya karena anak senang meniru orang tuanya.
Setuju kak,
jadinya sebagai orang dewasa pun kita kudu bethati² dalam bersikap, karena kalao pas ada anak kecil melihat perilaku kita wuaah bisa langsung ditiru
Setuju teh, pendidikan karakter itu penting banget menurutku sebagai dasar pendidikan anak dalam lingkup keluarga.
Pendidikan karakter bukan sekadar menghafal nilai-nilai moral, tetapi menanamkan benih-benih kebaikan dalam diri anak sejak dini. Membentuk insan yang berakhlak mulia, berintegritas, dan bertanggung jawab adalah misi mulia yang tak lekang oleh waktu.
Kayanya ini pembelajaran sepanjang masa yaa..
Aku berharap, anak-anak lebih terasah batinnya, sehingga ketika dewasa memahami apa yang baik dan buruk bagi dirinya dan lingkungannya.
Zaman sekarang memang kudu banget memiliki karakter yang yang “Take it or leave it”.
Udah gak bisa lagi “ikut arus” dengan orang lain. Karena belum tentu banyak yang melakukan sama dengan sebuah kebenaran.
Nah iya, Teh. Orang tua berperan penting dalam menerapkan nilai pendidikan karakter baik terhadap anaknya. Harus jadi contoh yang baik.
Pendidikan anak tidak bisa lepas dari orang tua dan pengaruh lingkungan. Perlu adanya sinergi agar anak bisa menjadi harapan orang tua, dalam artian yang berahlak mulia…
Dalam pendidikan karakter ini, peran orang tua memang penting. Orang tua harus jadi teladan. Dengan adanya keteladanan, pendidikan karakter bisa lebih mudah terwujud.
Semakin kesini semakin besar tantangan hdp sebg istri atau ortu. Dl berfikir mkn anak besar mkn mudah ternyt tidakkk
it takes a village to raise a child, sebuah pepatah afrika ini benar ya, butuh kerjasama banyak orang untuk mendidik anak, terutama untuk pendidikan karakter
hihihi Teh Okti baru ngurus anak satu: Fahmi
kumaha saya yang ngurusin 4 anak, hiks lumayan lah 😀
tapi setuju pisan, keluarga tuh setelan pabrik dari seorang anak
jadi kalo ada kasus anak bermasalah (seperti kasus Lolly yang lagi viral), kita cukup lihat orang tuanya 😀
setuju kak orang tua adalah contoh utama anak. membentuk karakter anak melalui dicontohkan langsung oleh kita sebagai orang tua. Jangan sampai kita hanya selalu memberi nasehat tapi tindakan kita tidak sesuai dengan arahan yang diberikan kepada anak.
Beneer Teh, pendidikan karakter juga sangat penting dan wajib dimulai dari rumah. Kalau ortunya sopan dan lemah lembut pasti anaknya juga sopan, serta tidak terpengaruh oleh lingkungan luar yang agak nganu….
Pendidikan karakter ini penting sekali ditanamkan pada anak usia dini, sebab itu akan membentuk karakter anak menjadi berperilaku baik untuk orang lain dan lingkungan sekitar
Sangat amat sepakat. Orang tua adalah role model sekaligus setelan pabrik dari anak-anaknya. Oleh karenanya, orang tua harus dan mau tidak mau memberikan contoh dan menjadi teladan. Hal ini memang tricky dan cukup sulit. Namun, semuanya pasti ada jalannya. Terima kasih banyak untuk sharingnya, Kak.
Setuju kak
Jadi perhatian juga untuk semua, dan lingkungan juga punya pengaruh ya, selain di dalam rumah
Pendidikan karakter memang harus dilakukan sejak dini mulai dari membiasakan di rumah. Meskipun kenyataannya ga semudah kita ngomong sih. Selain itu, kalau hubungan dengan pendidikan, kerjasama antara guru dan orang tua harus ada
Berat sih jadi orang tua, ya. Harus bisa jadi teladan dan memilihkan lingkungan yang baik untuk anak dalam mendidik karakternya
Hal yang paling utama dalam pendidikan karakter menurutku memang memberikan contoh yang baik. Karena anak memang peniru ulung banget.
Alhamdulillah ramadan untuk anak-anak juga memberi dampak positif terhadap emosi dan pastinya memudahkan enaknya juga hehe
Berasa banget ya Teh, selepas Ramadan tuh, masih ada rasa yang tersisa di rumah. Termasuk sikap seisi orang di dalam rumah. Sama, di sini pun terasa.
Bagaimana pun, anak itu peniru ulung, terutama terhadap orangtuanya. Sementara tenaga pendidik di sekolah hanya pendukung agar pendidikan karakter anak terus berjalan baik hingga ia dewasa nanti.
Pendidikan karakter emang perlu dibudayakan sih. Dan juga tidak boleh tebang pilih.
Orang tua adalah teladan terbaik. Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Dua itu aja kalau dipahami, diresapi, dan diterapkan bener-bener, insya Allah generasi muda akan lebih baik. Note to myself sih ini :))
Setuju bgt kak. Org tua akan menjadi cerminan bagi anaknya dlm berkehidupan. Anak akan melihat tindakan kita setiap hari.
Jd ya jgn nyuruh anak ini itu sblm org tuanya ngasih contoh yg bener dulu.
Salfok dengan pepatah Sunda cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi legok. Intinya jika kita terus menerus berusaha, insyaAllah akan menjadi sebuah karakter yang kuat pada diri kita
Sampai sekarang, meskipun aku sendiri produk dari generasi Boomers, tapi masih takjub dengan cara didik mereka, dan menurutku masih oke dan relevan kok diterapkan untuk generasi Z skrg, makanya kalo ada yg bilang udah jadul pengasuhan kek gitu. menruutku ga juga, boomers nih masih bawa pendidikan karakter jadi hal yang utama dan pertama.
Karena anak itu peniru yg ulung, jd memang lebih mempan kalau dikasih contoh langsung. Klo kita ga melakukan apa yg kita suruh ke anak, anak pasti auto protes.
menjadi orang tua itu, its a long and winding road. apalagi soal membersamai anak, mengurus dan mendidik. terutama pendidikan karakter. karena anak lebih banyak meniru dibanding mendengar omongan. dan ini yang kadang sulit di kendalikan. jadi yang memang lifetime learning sih ya
Setuju teh kalau pendidikan karakter memang harus dimulai dari lingkungan terkecil dan terdekat yaitu keluarga. Dibangunnya juga bertahan lahan hingga. jadi kebiasaan. Nah yang saya suka gemes kadang ada orang tua yang masih menganggap kalau pendidikan karakter Itu harus dari sekolah, padahal seharusnya saling bersinergi sih, dari sekolah dan juga orang tua.
Kalau bicara soal karakter, pembentukan awal biasanya dari orangtua dan keluarga. Berlanjut ke sekolah. Sudah hampir semua sekolah mengajarkan karakter kebaikan pada muridnya. Guru dan orangtua bersinergi supaya anak memiliki karakter ideal yang terbaik demi kehidupannya.
Pendidikan karakter memang sebaiknya berawal dari rumah. Orangtua yang menjadi role model bagi anak. Melihat keseharian dan perilaku orangtua, akhirnya juga bisa membentuk karakter anak.
Saya sangat setuju dengan artikel ini bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk membentuk manusia yang sempurna.
Memang sudah seharusnya orang tua, guru, dan lingkungan sekitar diharapkan mampu bekerja sama satu sama lain dalam menerapkan akhlak dan karakter baik kepada anak.
Ngajarin karakter ke anak idealnya tak sekadar kata, tapi mesti dibarengi dengan keteladanan. Misalnya ortu ngajarin jangan suka ngeluh, eh ternyata ortunya hobi ngeluh.
Ya sudah ya wis.
Teladan orang tua itu kuncinya ya kak, sebagai parent memang butuh kerja sama yang baik, kadang nih kita juga ada waktunya turun semangatnya, perlunya untuk memotivasi diri sendiri karena sikap dan kebiasaan kita diwarisi anak anak
Kebiasaan yang baik, biasanya akan menuntut kita ke kepribadian yang baik pula. Memang ada proses naik dan turun, itu biasa. Hanya saja durasi saat turun tidak boleh berlarut-larut.
Keluarga terutama ibu memang tempat pertama dan utama untuk anak belajar berbagai hal. Jadi, apapun yg dipelajari di sekolah kalau tidak diperkuat di rumah biasanya tidak akan terbentuk karakter baik yg diinginkan oleh orangtuanya.
pendidikan karakter ini bukan akan berjalan dengan baik jika semua bisa terlibat bekerja sama untuk membangun karakter anak sebagaimana mestinya ya, orang tua, guru, keluarga dan lingkungan sekitar juga berperan
Haduh kak. Kok relate banget sih sama yang ada di sekitarku.
Setelah ramadan, kebanyakan emang balik ke setelan awal sih wkwk
Ya kayak kata kakak ini. “Ada uang abang sayang, ga ada uang ga ada makanan di meja karena ga ada duit buat belanja”
Wah aku banget nih, Mbak.. Setelah libur panjang yang kalo pagi sepi banget sekarang masuk sekolah udah mulai heboh banget tiap pagi.