Sedang hangat jadi perbincangan di dunia maya mengenai kontroversi lepas jilbab adik-adik muslimah pasukan pengibar bendera (paskibra) di Ibu Kota Nusantara (IKN) beberapa hari lalu.
Melansir dari laman CNN Indonesia pada 15 Agustus 2024, Purna Paskibraka Indonesia (PPI) mencatat ada 18 anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) muslimah yang tidak mengenakan jilbab pada saat itu. Padahal ketika latihan, mereka mengenakan jilbab.
Yang jadi polemik adalah adanya dugaan pemaksaan melepas jilbab pada malam pengukuhan paskibraka itu demi keseragaman. Benarkah paskibraka muslimah itu dipaksa untuk melepas jilbab?
Jika benar maka perlu dipertanyakan maksud dan tujuannya melepas jilbab ini secara di negara Republik Indonesia memiliki dasar negara Pancasila dengan sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa yang memiliki 7 butir:
- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan Ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Manusia Indonesia percaya dan Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa
- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa
- Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Polemik Lepas Jilbab Paskibra dan Pembinaan Ideologi Pancasila
Polemik semakin memanas terlebih mengingat saat ini paskibraka telah berpindah di bawah naungan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Sebelumnya, para adik-adik pengibar bendera ini dinaungi oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Jika di bawah naungan BPIP terjadi dugaan pemaksaan melepas jilbab demi keseragaman bukankah nama besar Pembinaan Ideologi Pancasila itu sudah tercoreng dengan sendirinya?
Pendidikan Karakter Siswa Indonesia
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) ada 18 karakter siswa yang harus dikembangkan di lingkungan sekolah. Karakter itu terdiri dari Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat atau Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, dan Peduli Sosial.
Kenapa Karakter Religius Dominan?
Karakter Religius berada di urutan pertama menandakan jika nilai Religius sangat penting dan mendominasi semua karakter turunan di bawahnya.
Karakter religius dianggap sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan berpegangan teguh kepada agama yang mengajarkan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karakter Religius juga dapat membantu manusia menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral. Karakter Religius dapat membentuk karakter yang lebih efektif dan efisien daripada landasan lainnya.
Ciri Orang dengan Karakter Religius
Orang-orang dengan karakter Religius bisa dibedakan dengan lainnya, karena biasanya:
- Orang dengan karakter Religius dapat mempertimbangkan agama dalam setiap aspek kehidupannya
- Orang dengan karakter Religius bisa menjadikan agama sebagai panutan dalam setiap tutur kata, sikap, dan perbuatannya
- Orang dengan karakter Religius yang kuat, taat menjalankan perintah Tuhannya dan menjauhi larangannya
- Orang dengan karakter Religius dalam dirinya memiliki kerangka moral yang kuat. Sehingga tidak mudah terjerumus dalam jalan salah
- Dan masih banyak lagi perbandingan lainnya…
Itulah kenapa pentingnya karakter religi menjadi kunci utama dalam pembentukan karakter peserta didik sehingga anak diharapkan dapat dengan mudah menyesuaikan diri karena karakter Religius menunjukkan kepatuhan dan penghayatan terhadap ajaran agama serta toleransi terhadap pemeluk agama lain.
Pendidikan Karakter Religius itu sudah benar ditanamkan baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah sejak dini, bahkan sejak anak masih dalam kandungan.
Terutama lima nilai utama pendidikan karakter yang lebih dulu ditanamkan kepada anak adalah nilai religius, nilai nasionalisme, nilai mandiri, nilai gotong royong, dan nilai integritas, lima nilai tersebut dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan satu sama lain saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan.
Ketika Pendidikan Karakter dan Butir Pancasila Hilang
Lalu bagaimana jika kenyataannya pada kegiatan sekelas nasional seperti kegiatan paskibraka penerapan pendidikan karakter dalam diri anak dan butir-butir Pancasila itu hilang?
Kita kembalikan saja kepada pilihan masing-masing karena keyakinan ini berkaitan dengan akidah. Tidak bisa diganggu oleh pihak lain.
Meski tidak heran menimbulkan banyak komentar dan opini warganet yang mayoritas menyayangkan kejadian itu.
Kita tahu sejak masuk sekolah anak-anak diarahkan untuk bisa menerapkan P5 di sekolah, Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum yang terus berganti juga diperketat harus memiliki nilai P5. Namun apa yang dilakukan pihak tertentu jika melakukan dugaan pemaksaan ini? Mereka telah menghancurkan prinsip dasar pendidikan karakter dan Pancasila itu sendiri dengan menafikan dimensi sila pertama dari Pancasila, bukan?
Sejauh ini masyarakat hanya bisa saling menyalahkan. Yang tidak bersimpati bisa saja bilang soal pakai lepas jilbab itu kan hak azasi manusia, jadi biarkan saja sesuai pilihan anaknya. Tapi adalah pihak yang bakalan setega itu terlebih pihak orang tua?
Apakah Introspeksi Sebuah Solusi?
Mungkin sebaiknya kita saling introspeksi diri saja dulu. Apakah akhlak dan pekerti kita juga perlu dikuatkan lagi?
Jangan sampai menghujat pihak tertentu tapi pada kenyataannya implementasi pendidikan karakter dan Pancasila dalam diri kita masih harus diperbaiki.
Manteman yang ingin mendapatkan pencerahan terkait pendidikan karakter, bisa baca juga artikel mengenai Serba Serbi Pendidikan Karakter ini yuk…
“Karakter religius dianggap sangat penting dalam kehidupan manusia karena dengan berpegangan teguh kepada agama yang mengajarkan nilai-nilai yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.”
Saya setuju banget dengan rangkaian kalimat di atas Teh Okti. Bagi saya pribadi, keimanan yang kokoh, inshaAllah bisa membawa pembangunan karakter yang baik dengan attitude yang patut dibanggakan. Jadi saat ada kejadian lepas hijab yang “dipaksakan” itu sungguh bikin geram. Apalagi tokoh/organisasi yang berada di belakang peristiwa ini adalah lembaga yang justru seharusnya menjaga kualitas religi dalam visi dan misinya.
Kesel banget saya ketika membaca berita tentang 18 anggota Paskibraka yangharus melepas jilbab
Karena ada pemahaman yang salah kaprah. Jilbab itu sangat terkait keyakinan yang dijamin oleh undang-undang bahkan tercantum dalam Pancasila
Padahal jilbab ini tidak mengganggu atau membahayakan bagi sang paskibraka yaa..
Tapi amat disayangkan kalau ada kebijakan seperti ini.
Negara seakan plin plan dengan aturan yang sudah mereka buat sendiri dengan adanya WNI bebas atas pilihannya. Dan ini bukan hanya bentuk toleransi atas keberagaman, juga mengakui bahwa kita aman dengan pilihan kita.
Serem banget punya pemimpin seperti ini.
Semoga Allah melindungi kita dari para pemimpin yang dzolim untuk negeri ini.
Aamiin.
Alhamdulillah mereka yang berhijab tetap mengenakan hijab saat tugas ya kemarin..
Bagaimanapun Indonesia lahir diatas keberagaman ras, suku, golongan dan tentu agama.
Kalo agama dikesampingkan sudah gak Pancasilais donk…
Hijab tidak mengurangi kesakralan sebuah moment kenegaraan..
Semoga kedepan lebih baik lagi yaa..
Sedih dan sakit hati dengan kejadian kemarin. Sepertinya pemahaman dan pengamalan pendidikan nilai religius minus sekali. Padahal jilbab adalah kewajiban, bukan hal yang bisa dilepas pasang dengan alasan apapun.
Sebagai kaum netizen saya ga bisa banyak komentar kecuali hal semacam itu terjadi karena oknum, bukan sistem. Jadi ya gimana ya, meski sempat ikutin beberapa podcast dan berita saya tetap pada pendapat yang sama.
Teh.. Alasannya, biar seragam. Lah kalo kita di Indonesia ini nau diseragamkan gak mungkin semboyan Bhineka Tunggal Ika digaungkan teh. Bukan kah keragaman itu lah kekuatan kita. Kekayaan kita. Duh paling dilanggar ini sila pertama pancasila.
Sebenarnya, jika ada pemaksaan demi keseragaman, aspek religius pembinanya wajib dipertanyakan. Entah gak paham makna pancasila, atau memang kurang nilai spiritual.
Urusan identitas muslimah dipersoalkan sungguh lucu sebenarnya karena hal tersebut dulu terjadi, sekitar tahun 80-90-an. Kejadian yang baru-baru ini “lucu” karena seakan mundur sekian puluh tahun ke belakang. Entah apa yang ditakutkan. Semoga tidak terjadi lagi.
Padahal bila mau jujur, nilai religius merupakan identitas yang tidak bisa dilepaskan dari kerangka diri seseorang. Dan kemerdekaan ini pun lahir dari nilai-nilai religius tersebut. Lalu setelahnya kenapa seperti ada unsur dikotomi.
Instropeksi memang mesti selalu dilakukan ya mbak.
Jangan sampai karena sesuatu hal, lantas ikut menghujat dengan keras, lalu tak lama kemudian menyesal.