Waktu mau finish kontrak kerja di Taiwan, majikan bertanya sepulangnya di Indonesia saya mau ngapain saja. Ya saya jawab aja mau nikah, mau ngurus ibu, mau buka usaha, melanjutkan sekolah, dan lainnya.
“Beneran mau nikah? Pacar kamu kerjanya apa?” Tanya majikan kepo.
“Guru,” jawab saya apa adanya.
“Woah, beneran guru? Keren banget…!” Seperti tidak percaya, majikan begitu takjub mengetahui mantan pacar –yang sekarang sudah jadi suami– saya bilang berprofesi sebagai guru.
Karakter Guru Menyenangkan VS Menyedihkan
Padahal saat saya menjawab calon suami pekerjaannya guru, sebenarnya hati ini meringis. Bagaimana tidak, saat itu mantan pacar masih honorer di sebuah sekolah dasar, penghasilannya hanya seratus lima puluh ribu per tiga bulan! Ya, itu manteman boleh percaya boleh tidak, bebaslah.
Yang bikin lebih sedihnya, yang diterima mantan pacar seratus lima puluh ribu rupiah, tapi di kwitansi nya tertera tiga ratus ribu rupiah, lho! Hikz!
Tahu gak kata kepala sekolahnya hal itu sudah biasa. Jadi mau gak mau harus menerima atau mengundurkan diri sekalian. Gila kan? Coba bayangkan, seburuk itu penghasilan guru yang masih honorer di tempat saya saat itu!
Makanya saya heran kenapa majikan di Taiwan ini justru seolah takjub dengan profesi guru, sementara saya malah terang-terangan mencibir…
Guru Profesi Bergengsi di Jerman
Ternyata majikan memandang profesi guru sebagai pekerjaan yang sangat baik karena ia berkiblat ke negara Jerman. Siapa yang tidak mengenal negara Jerman yang kini menjadi salah satu negara maju di Eropa?
Profesi guru begitu baik di mata majikan karena dia tahu bagaimana guru di negara Jerman dimuliakan. Menjadi seorang guru di sana adalah hal yang prestisius dan banyak diminati.
Pendidikan Karakter Adab Kepada Guru di Jerman
Jadi guru di Jerman kata majikan saya akan banyak mendapatkan peluang pertumbuhan karier yang besar.
Berprofesi sebagai guru di Jerman itu sangat dihormati. Negara berinvestasi secara signifikan dalam bidang pendidikan jadi tidak heran kalau guru di Jerman bisa menikmati tingkat penerimaan dan mendapat status sosial yang tinggi.
Guru benar-benar dianggap sebagai faktor penting dalam meningkatkan kualitas sistem sekolah dan pembelajaran serta pengalaman siswa. Karenanya setiap orang sangat menghormati guru.
Cara Jerman Membentuk Generasi Muda Berkarakter
Kualitas pendidikan Jerman terkenal di dunia. Terorganisir dengan baik dan dirancang agar mudah diakses oleh semua siswa sehingga memungkinkan terus belajar hingga tingkat universitas.
Jerman yang memiliki sistem pendidikan desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah jadi negara terbaik untuk pendidikan.
Setiap pemerintah daerah membuat berbagai ketentuan konstitusi masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislatif.
Sistem pendidikan tinggi Jerman terkenal dengan penekanannya pada kebebasan akademis, relevansi praktis, dan infrastruktur penelitian yang kuat.
Jerman terkenal dengan sejarahnya yang panjang dan kaya. Jerman menjadi yang terdepan dalam pemikiran, politik, dan seni Eropa.
Sejarah telah membentuk budaya di Jerman yang menggabungkan nilai-nilai pendidikan karakter dengan sastra, seni, filsafat, logika, akal, dan, tentu saja, kecintaan terhadap keju dan sosis sebagai kuliner khas setempat.
Pendidikan Karakter di Jerman
Pendidikan karakter bisa didefinisikan sebagai usaha menanamkan kebiasaan yang baik (habituation) sehingga anak mampu bersikap dan bertindak bersandarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.
Begitu banyak tradisi dan budaya Jerman sebagai contoh pendidikan karakteristik yang sangat baik.
Beberapa tradisi dan budaya Jerman yang bisa kita ambil sisi baiknya, seperti:
Menjunjung Tinggi Bahasa
Jerman juga memiliki bahasa pemersatu layaknya Indonesia, yakni Bahasa Jerman. Mereka bangga berbicara dengan bahasa ibu dan senang untuk mempelajarinya.
Menghargai Waktu
Orang Jerman sangat menghargai waktu. Lebih baik menunggu yang lain dari pada ditunggu orang lain.
Peduli Lingkungan
Tidak berani membuang sampah sembarang, apalagi merusak hutan, atau habitat hewan. Mereka sejak kecil diajarkan peduli akan sesama makhluk hidup.
Hobi Membaca
Masyarakat Jerman termasuk gila baca. Mereka percaya dengan membaca maka ilmu dan pengetahuan akan terus berkembang.
Taat Peraturan
Tidak seperti di Indonesia, aturan dibuat justru untuk dilanggar. Ups! Tidak untuk ditiru ya… Karena semua taat aturan jadi kehidupan di Jerman sangat tertib.
Disiplin
Kepatuhan terhadap peraturan sangat dihargai di masyarakat Jerman. Meskipun penting untuk menentang konvensi yang tidak adil, menjaga sikap hormat terhadap aturan yang ditetapkan dapat membantu menciptakan suasana damai.
Masyarakat Jerman percaya kalau patuh terhadap aturan mendorong akuntabilitas dan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan Nomor Satu
Sejak kecil hingga dewasa, Jerman memperhatikan generasi muda negaranya untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Pemerintah tidak segan memberikan dana sangat besar untuk itu.
Jerman mengeluarkan kebijakan baru yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan.
Hilangnya kebijakan monopoli dari pemerintah pusat mengenai sistem pendidikan, memicu Jerman untuk membuat sistem pendidikan berbasis pengembangan karakter.
Pendidikan karakter generasi muda di Jerman menitikberatkan pada pengimplementasian Hak Asasi Manusia (HAM) dalam dunia pendidikan di mana para pelajar di Jerman di tekankan untuk menghormati hak setiap orang.
Anak-anak di Jerman juga diajarkan untuk berperilaku sebagaimana ia ingin diperlakukan. Jadi kalau ingin dihargai , harus lebih dahulu menghargai orang lain.
Di Jerman, pendidikan kepada anak didukung sepenuhnya oleh peran orang tua dan sekolah yang sangat terintegrasi.
Ada sistem pendidikan yang unik dan menarik pada sistem pendidikan di Jerman yaitu lebih mengarah pada pembelajaran yang berbasis latihan atau praktik.
Terdapat kesamaan sistem di setiap sekolah di Jerman yakni mendidik anak sejak dini sehingga kelak bisa terjun ke masyarakat sudah terlatih untuk menaati peraturan, sehingga sudah terbiasa untuk hidup disiplin.
Kedisiplinan masyarakat Jerman salah satunya adalah peraturan untuk hadir dan menunggu instruksi terlebih dahulu baru bertindak.
Hal itu mendorong orang-orang di Jerman untuk menjaga etika serta mendorong diri untuk lebih aktif.
Yuk! Belajar dari Generasi Muda Berkarakter Jerman
Di Jerman memang tidak ditekankan pada 18 nilai pendidikan karakter seperti di Indonesia yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Meski memiliki nilai pendidikan karakter yang lebih banyak dibandingkan negara Jerman yang hanya menerapkan 7 nilai, nyatanya kualitas pendidikan di Indonesia belum mampu disandingkan dengan kualitas pendidikan di negara Jerman, ya.
Padahal dengan memiliki nilai karakter yang lebih banyak dibandingkan Jerman, Indonesia seharusnya dapat mengejar ketertinggalan. Namun nyatanya masih banyak kekurangan dalam penerapannya.
Nilai-nilai pendidikan di Indonesia mungkin dapat ditinjau kembali agar dapat diintegrasikan sehingga menghasilkan tatanan nilai yang lebih sederhana namun kompleks sesuai dengan seluruh kebutuhan sistem pendidikan karakter di Indonesia.
Selain itu penghormatan bagi para guru di Indonesia sepertinya perlu dibenahi kembali.
Salah satu faktor utama yang menghambat keberhasilan pendidikan karakter di Indonesia adalah minimnya kesadaran dan pemahaman guru mengenai pentingnya pendidikan karakter.
Terbukti di lapangan, masih banyak guru yang masih fokus pada pencapaian akademis anak dan mengabaikan aspek pendidikan karakter, bukan?
Selain tentang pendidikan karakter di negara Jerman, manteman bisa nambah informasi dengan membaca artikel tentang pendidikan karakter di negara Jepang juga ya. Minggu depan insyaallah kita cari informasi tentang pendidikan karakter di negara lainnya, ya.
Pendidikan karakter semakin digaungkan di manapun termasuk di negara kita. Walaupun pada praktiknya tidak semudah itu guru maupun murid mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Mesti belajar pada guru2 di Jerman nih. Kedisiplinan itu harus dan berkiblat pada sila2 Pancasila yang sesungguhnya.
Semoga Indonesia bisa mengadopsi pendidikan karakter yang baik dari negara-negara maju yaa.. Tapi yang paling penting memang adab terhadap orangtua, guru dan ilmu dulu, sehingga penarapannya bisa tepat.
Kadang iya suka deep thinking, “Kenapa yang mengadopsi pendidikan karakter Islami justru non-muslim?”
menarik ya teh pendidikan karakter yang ada di Jerman, aku jadi ingat di daerah Bogor tuh ada Sekolah Karakter, dimana Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk membentuk siswa menjadi individu yang memiliki moral yang baik dan tanggung jawab sosial, tetapi juga merupakan faktor yang dapat membantu siswa menjadi pemimpin yang efektif di masa depan.
Berarti selain Finlandia, kita juga bisa mengikuti proses belajar dan mengajar dari Jerman ya. Apalagi soal penghormatan yang tinggi terhadap guru, wah ini patut diteladani. Disiplin, gemar membacar buku, belajar karakter yang baik, sopan dan santun memang sudah seharusnya diajarkan sedini mungkin dan diaplikasikan riil ya bukan teori saja. TFs teh Okti 🙂
Pendidikan karakter di Jerman bisa jadi bahan acuan bagi kita di Indonesiaa yang kadang masih fokus pada pencapaian akademis anak dan mengabaikan aspek pendidikan karakter. Sebuah ulasan yang menarik ini sebagai bahan perbandingan bagaimana pendidikan karakter diterapkan di berbagai negara
Sedih memang dengan penghargaan masyarakat terhadap guru. Guru sering dianggap sebagai pembantu yang harus bisa bikin anak jadi pintar dan punya nilai bagus. Kalau anak nilainya jelek, ortu zaman sekarang bukan memarahi anak tapi malah memarahi guru, boro2 introspeksi diri.
Ya Allah teeehhh, iya banget. Di sini juga guru honorer masih 300k sebulan. Masa sih ini 150k/ 3 bulan huhuhuu. Masih disunat pulak!!! Padahal kalau di luar negeri, marwah guru benar-benar tinggi. Mereka benar-benar makmur dan dimuliakan. Sehingga berdampak pada kualitas pendidikan di Jerman sendiri. Semoga di sini juga bisa mengadopsi pendidikan di Jerman agar bisa lebih maju.
Itu benar banget sih terkait salah satu pendidikan karakter, jika ingin dihargai,maka kita perlu menghargai orang lain
Dan jarang ada orang yang sadar akan hal ini,
Ngomongin guru honorer, aku pun juga sedih banget begitu tahu kakakku yang sebagai tulang punggung keluarga saat itu, jadi guru, masih nambah usaha lain di luar jam ngajar, supaya bisa membiayai kebutuhan rumah, dan juga untuk pendidikannya
Masya Allah … menarik ya pendidikan karakter di sekolah-sekolah di Jerman. Sudah ditanamkan sejak dini. Yang sering lewat di fyp-ku itu seorang WNI yang menjadi guru di Jerman. Ia cerita waktu TK enggak drilling belajar calistung.
Indonesia sedang bergerak ke sana, ya butuh waktu memang, tapi semoga makin banyak orang tua dan guru yang sadar pentingnya pendidikan karakter pada anak.
Iya ya mba, guru honorer di Indonesia sampai saat ini masih kurang di hargai, padahal tugas tanggung jawabnya besar. Aku punya beberapa teman kuliah yang memang jadi guru honorer.
Jadi inget, beberapa waktu yang lalu aku baca artikel mba terkait Pendidikan Karakter di Negara Jepang.
Rupanya Pendidikan karakter di Jerman pun tidak kalah keren serta menarik sangat . Semoga bisa diadaptasi sama Negeri tercinta ya. Serta semoga pemerintah fokus mengeluarkan dana untuk pendidikan pada seluruh lapisan masyarakat sehingga bisa mencetak SDM berkualitas.
Terima kasih mba, sudah berbagi tulisan yang sangat bermanfaat terkait pendidikan karakter di Jerman.
Jerman ini memang sesuatu pendidikan karakternya ya, bisa nih yang baiknya kita tiru di sini, atau diadaptasi tinggal disesuaikan kebudayaannya. Siapa tahu dengan begitu ada perubahan yang signifikan buat dunia pendidikan kita
Mungkin kecintaan pada tanah air dan enggak kebarat-baratan (maksudnya berkiblat ke Amerika) yang bikin pengaruh budaya luar tidak terlalu signifikan di sana dalam hal mengubah perilaku individu. Jadi apa yang diajarkan oleh nenek moyang mereka masih terjaga banget hingga kini.
Wah, senang bisa berkunjung ke blog teh okti
Jadi salah satu rujukan cari tahu informasi seputar pendidikan karakter
Keren sekali ya pendidikan karakter di Jerman ini
Risetnya teh Okti keren banget.
Dari mulai pendidikan karakter dari Jepang, Finland dan kini Jerman.
Memang kalau latar belakang pendidik, kudu banget punya referensi seperti ini. Agar bisa terus memperbarui cara mengajar sebagai guru masa kini yang mengajar generasi alpha dan genzi.
Cerita tentang parahnya gaji guru honorer beneran bikin patah hati. Terlebih kenyataan gaji yang diterima separuh dari jumlah nominal di atas kertas. Pengen marah tapi ya gak ada solusinya juga ya Teh.
Pendidikan di Jerman ternyata bagus juga, mengalahkan pendidikan karakter yang digaungkan di Indonesia.
Mba, bacanya sedih banget, padahal guru itu kan pengajar pendidik putra putri bangsa
Semoga kita bisa mengadopsi pendidikan karakter di Jerman dalam bentuk tingkah laku nyata
Pemerintah Jerman support banget untuk anggaran pendidikan ya, Mbak. Baru tau kalau pendidikan karakternya di sana lebih sedikit ketimbang kita di Indonesia. Btw, semoga gaji guru sekarang udah nggak ada yang “disunat” ya, mbak. sedih dengernya. hiks
Pendidikan karakter mmg penting diterapkan sejak dini. Karena pentingnya membangun karakter baik, ibu saya membangun PAUD Karakter di Belitung.
Gaji guru honor mmg kecil bgt. Kasian guru honorer.
Tp biasanya jg tergantung pemda dan sekolahnya mbak.
Klu di sekolah ibuku, guru2 honornya bs dpt penghasilan diatas 300rb per bulan. Krn ada ekskul tambahan dan guru dpt fee. Trus tiap 3 bulan ada honor dr pemda dan pemprov.
Setidaknya lumayan