Hasil Kebun yang Bantu Mencerdaskan Anak
Suara tupai sangat ramai di belakang rumah. Ada apa gerangan? Saya curiga pisang cavendish yang kami pusti-pusti itu sudah matang. Segera saya periksa.
Benar saja. Buah pisang cavendish yang bibitnya kami dapat jauh-jauh dari Teras Cikapundung, saat ada program tanam pohon buah yang digagas Kang Emil sewaktu masih menjabat jadi walikota Bandung itu sudah ada yang berwarna kuning 2 buah! Padahal kemarin sore saya ingat betul pisang itu masih hijau semua.
Ayah Fahmi sepulang jumatan segera menebang pohon pisang itu karena takut keburu didahului para tupai. Di kebun halaman rumah kami memang ada beberapa pohon buah yang mungkin itu jadi penyebab para tupai betah tinggal.
Alhamdulillah satu tandan pisang yang pertama kali berbuah itu berat kotornya ada sekitar 36 kg. Terdiri dari 8 sisir yang kesemuanya terbilang mulus. Terimakasih Tuhan atas rezeki buah pisang yang sangat istimewa di hari jumat ini.
Fahmi minta pisang yang berwarna kuning. Segera saya ambilkan karena masih baru getahnya masih terus bercucuran. Kalau ambil sendiri bisa-bisa getahnya kena kemana-mana.
“Bu, foto dulu dong. Ini kan buah pertama,”celetuk Fahmi polos.
Hahaha, saya sampai lupa. Saking antusiasnya dengan buah pisang yang cukup bagus sampai lupa untuk mengabadikannya. Padahal biasanya selama ini saya yang apa-apa dikit-dikit foto dulu.
“Pisang ini kesukaan Josh, Minion sama Ami…” lanjutnya. Hihi… Dasar anak. Masa mau saja disamakan dengan seekor kera dan tokoh kartun.
“Pisang itu buah-buahan yang baik untuk kesehatan.” Ucap saya.
“Iya Ami juga tahu..” potongnya segera. Hadeuh… Dasar anak milenial.
“Pisang kan mengandung vitamin dan mineral. Serat juga. Jadi anak kecil baik kalau makan buah pisang. Nanti jadi pintar dan sehat deh.” Katanya sok pintar.
“Ami tahu darimana?” pancing saya.
“Dari ibu guru.” Katanya cuek. Hehehe. Tapi nih anak benar juga.
Meski belum manis benar karena belum matang sempurna, satu buah pisang peegama yang cukup besar itu habis juga dimakannya. Mungkin memang pas lapar karena sepulang jumatan tuh anak memang belum makan siang.
Sore harinya seperti biasa sebelum anak-anak mengaji berdatangan saya menyapu teras depan. Eh tidak sengaja mata melihat keresek hitam yang kemarin sengaja saya pakai untuk membungkus buah jambu biji. Pikir saya jangan-jangan buah jambunya sudah matang. Saya pun segera memeriksanya.
Benar saja, dari beberapa buah jambu yang saya bungkus dengan plastik, ada dua buah jambu yang sudah matang. Cukup manis untuk dimakan mentah atau dijus. Saya pun segera memetiknya. Lagi-lagi harus segera sebelum didahului para tupai atau kelelawar.
Risiko tinggal di kampung yang masih ada hewan bebas seperti tupai dan atau kelelawar itu ya harus sigap merawat dan menjaga jika memiliki pohon berbuah karena kalau tidak bisa didahului oleh mereka.
Seperti biasa kalau saya tanya ada buah jambu mau dimakan atau gimana, Fahmi putra saya selalu minta dibuat jus. Setelah dibuat ternyata lumayan dua buah jambu bisa dibuat dua gelas jus. Fahmi pun minum dengan senangnya.
Beruntung rasanya saya dulu membiarkan pohon jambu ini tumbuh di kebun halaman rumah. Padahal awalnya mau ditebang karena menghalangi jalan dan daunnya bikin capek harus rajin menyapu. Kini setelah sering berbuah dan anak semakin besar rasanya apa yang ditanam di halaman itu banyak sekali manfaat dan gunanya.
Apalagi buah-buahan yang mengandung nutrisi baik untuk anak. Secara tidak langsung hasil kebun ini turut mencerdaskan anak dan mendukungnya menjadi generasi maju dengan vitamin dan nutrisi lain yang dikandungnya.
Kalaupun anak masih belum begitu suka makan buah dan atau sayur, ada kok susu yang mengandung buah dan sayur. Jadi meski anak tidak suka makan buah dan sayur secara langsung, masih bisa kita siasati dengan memberikannya minum susu yang mengandung buah dan sayur.
Memiliki kebun buah sendiri malah lebih enak ya mom, bisa panen, hasil buahnya pun lebih sehat tanpa ada obat pestisidanya. Anak-anak saya juga suka pisang, dan kalau jambu batunya memang lebih nikmat kalau dijus. Segar dan menyehatkan.
Tapi mbak serius deh, tinggal di kampung lebih enak karena banyak lahan buat berkebun. Ini aku nanem bisanya cabe doang yang gak makan tempat hihi enak banget kalau bs nanem pisang, jambu, mangga tinggal panen aja
Mupeeenggg liat buah segar kayak gini teh.
Rasanya ituuuu lebih enak dari es krim deh hahaha
Dulu di rumah ortu saya juga ada beberapa pohon buah, ada pisang, jambu air, mangga, sukun, kedondong.
Kalau udah berbuah, rasanya gak bisa berhenti petikin buahnya sejak masih muda banget 🙂
Saya pun senang tinggal di kampung karena bapak punya tanaman buah di kebun. Ternyata suami Saya juga suka tinggal di lahan yang luas karena dia bisa nanam-nanam buah–buahan. Kalo pas berbuah ‘kan lumayan, menghemat biaya beli buah hehehe..
kegemaran anakku deh ini mom okti, pisang dan jambu biji. tapi kalo kami punya kebun buah naga, itupun enak banget loh.
Wah nikmatnya makan buah hasil kebun sendiri ya Bun.. lebih segar dan sehat pastinya
Wah … asyik nih hasil kebun sendiri, pisang, jambu biji bisa dibuat juice , kalau tanam pisang sangat muda dia tumbuh dengan sendirinya tanpa ada perawatan.
Pantas saja Fahmi senang. Panen hasil kebun sendiri memang bikin bahagia 🙂
Cavendishnya menggoda…sebiji 3-4 ribu di Jakarta, tuh duh…
Aku pingin nanam pisang tapi enggak punya halaman belakang hiks.
Akhirnya nanam di halaman depan dan pinggir jalan – rumahku di hoek, mangga, nangka, jambu biji, sirsak, jambu air. Yang belum panen nangka dan sirsak..yang lain dah panen. Dan rasanya memang seneng banget makan hasil kebun sendiri
Ami, bagi pisangnya, dong. Hehehe… Pisangnya mulus banget. Senangnya bisa punya kebun sendiri, apalagi ada pisang cavendish yg harganya cenderung mahal daripada pisang jenis lain. Di Jogja, sekitar 17-19ribu/kg.
Enak banget ini teh punya kebun sendiri, jadi asupan nutrisi dari buah-buahan terjamin. Yang pasti jadi lebih hemaaaat karena metik sendiri. Hihi.
Anakku juga suka banget sama pisang. buah – buahan paling disukai itu. Seneng yah kalau anak – anak suka buah – buahan yah.
Mbak, ini salah satu kenikmatan tinggal di daerah perkampungan. Segalanya masih asli dan segar, anak-anak juga jadi lebih mudah dididik untuk mencintai lingkungan ya. Itu jus jambunya kayak seger bangettt
Enak banget masih punya kebun. Apalagikalau menikmati hasil kebun sendiri ya?
Keingat waktu kecil dulu ortuku juga masih punya kebun dan banyak ditanami macam2 ya pisang, jambu jg, ada jg mangga dll. BSayang kebunnya udah dibangun rumah haha 😛
Pengen jg nanam2 gtu yg menghasilkan buah, Kalau di rumahku cuma ada belimbing wulu h dna jeruk nipis hehe 😛
halah #wuluh #dan sorry keyboardnya jalan sendiri wkwkwk
Buah pisang dan jambu biji adalah buah kesukaanku teteh… Kaya akan vitamin C dan bagus bagi pencernaan. Wah enak tuh di juice.
Enaknya hidup dipedesaan adalah masih luasnya lahan untuk bisa di tanami, baik oleh tanaman sayuran atau buah-buahan, malah ada yang sengaja membuat apotek hidup. dan di desa yang namanya pisang gampang di dapat dan harganya murah, dengan kualitas tanpa pestisida tentunya…
Hanjakal kamari basa HACI teu kantos nyimpang mampir ka bumi nya Kang…
nanti blogger cianjur ada acara lagi deh sama dinas dan turing ke rumah teteh.
asik banget teh punya kebun sendiri kayak gini.. btw, anak keduaku suka banget sama pisang hehehe..
saya penyuka buah buahan
apalagi buahan lokal
dari kecil terbiasa ke kebun
saya suka pepaya, kelapa muda
durian hehehe
mangga, jambu, duku
pokoknya nyaris semua buah deh
Sayang, anakku nggak tapi suka pisang padahal kaliumnya kan tinggi ya.. tp pengganti kalium anakku suka saya jejelin kunyit, krn kunyit kan bikin pinter jg hehe..
Sehat banget ini mah, buah langsung dari hasil kebun..
dulu aku sering minum jus alpukat dari pihon alpukat yang ada di kebun rumah,, lebih praktis sih