Kenali dan Hindari Vampir Energi
Kemarin, tidak sengaja mendapati status Mbak Echi yang tinggal di ibukota, dalam sosmednya ia membicarakan soal maling listrik.
“Ayo siapa yang suka nyolong listrik, ingat PLN ngga mau rugi loh. Kerugian PLN dibagi ke beberapa orang pengguna listrik dan mereka yang harus membayar kecurangan kalian, yang pastinya kalian nggak tahu siapa saja yang menanggung kecurangan kalian yang suka nyolong listrik… Ingat semua yang kamu lakukan di dunia ada yang harus dipertanggung jawabkan di akhirat…” begitu bunyi statusnya.
“Kalo yang nyolong listrik mungkin tidak mampu bayar, masih sedikit kita maklumi, tapi kalo yang mampu, bagaimana ya….?” lanjut dari bunyi status Mbak Echi.
Saya tidak mengomentari. Tapi dalam hati betanya-tanya, benarkah PLN membebankan (kalau misal ada) kerugian yang diakibatkan oleh segelintir orang, kepada pelanggan pada umumnya?
Teringat akan kegaduhan di Twitter dengan permasalahan yang hampir sama. Ada banyak kicauan yang secara tidak langsung menyatakan : “Bahwa listrik gratis untuk golongan 450 dan 900 kWh selama 3 bulan itu hasil dari kenaikan tarif listrik dari saudaramu yang lain, bukan dari pemerintah. Setelah corona selesai, tarif listrik tetap naik … “
Saya kembali dihinggapi rasa penasaran. Kok bisa banyak sekali orang mengeluhkan tarif listrik naik yang gila-gilaan disertai asumsinya masing-masing.
Tidak lama mata saya disepetkan lagi dengan status teman yang sudah saya anggap keluarga, Mas Krishna Adi. Di statusnya Mas Krishna mempertanyakan:
“Apa tarif listrik naik ya… Dulu 200 rb bisa buat 17 hari. Sak iki cuma cukup10 hari. 200.000 x 3 =600.000 (30 hari). Padahal pemakaian sama, gak ada tambahan elektronik baru. Dan masa pakainya juga sama AC, kulkas, mesin cuci, dispenser, magic com, mesin air minum, tv, cctv, aquarium, kipas.” Katanya.
Saya jadi kepikiran. Di rumah kebetulan menggunakan listrik pascabayar peninggalan mertua dengan daya 450. Alhamdulillah, sudah dua bulan tidak bisa membayar karena diblokir alias mendapatkan listrik gratis. Tapi bukan berarti lantas saya tidak mau tahu akan tarif listrik yang meningkat dialami teman dan saudara lainnya. Karena itu saya coba cari informasi, bicara dengan Mas Krisnha, dan “mengintip diam-diam” kenapa bayaran listriknya sampai bisa melonjak?
Secara kita tahu, PLN sudah menyatakan secara terbuka jika pihaknya tidak kenaikan tarif listrik (apalagi secara diam-diam) seperti yang dibicarakan banyak orang. Lalu kenapa bisa naik pembayarannya?
Kepenasaran ini membuat saya antusias untuk mengikuti talkshow Ruang Publik serial perubahan iklim episode pertama dengan materi “Bijak Pakai Energi di tengah Pandemi” yang diadakan oleh Radio KBR 68H.
Dalam talkshow episode 1, Jumat 15 Mei 2020, pkl 09-10 WIB dibahas jika pandemi Covid-19 mengharuskan kita menghindari kerumunan. Ini mau gak mau bikin pola hidup dan aktivitas kita lebih banyak dilakukan di rumah. Akibatnya, seperti yang disampaikan narasumber Verena Puspawardani, selaku direktur program Coaction Indonesia, banyak aktivitas kita yang dilakukan siang malam di rumah. Dan itu yang membuat energi terus bekerja. Bukan hanya energi listrik dan gas tetapi juga termasuk air yang juga terus terkuras.
Hal itu sejalan dengan pernyataan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang juga melaporkan adanya peningkatan konsumsi listrik rumah tangga dan gas dalam beberapa bulan terakhir ini.
Aktivitas seluruh anggota keluarga kita saat ini kan emang banyak di rumah. Pemakaian listrik, gas dan air tentu saja lebih sering dibandingkan beberapa bulan sebelum pandemi. Sementara PLN mengambil data untuk tarif pembayaran listrik dari rata-rata pemakaian beberapa bulan sebelumnya.
Mungkin kita merasa aktivitas biasa saja, tidak ada perubahan, seperti yang diungkapkan Mas Krisnha tadi dalam statusnya, tapi bagaimana dengan anak-anak dan anggota keluarga lain?
Karena itu kita harus waspada terhadap vampir-vampir yang selalu siap menghisap energi di rumah kita kapan saja seperti yang disampaikan Penasihat Komunitas Earth Hour Kota Cimahi, Andrian Pramana, dalam talkshow Ruang Publik Radio KBR. Perlu adanya kesadaran dari setiap anggota keluarga supaya vampir yang mengisap energi kita setiap hari itu bisa diminimalisir.
Bekerja dari rumah (WFH), belajar dari rumah dan beribadah dari rumah tentunya berimbas pada meningkatnya pemakaian listrik yang digunakan di rumah. Karenanya banyak yang mengeluhkan adanya kenaikan tagihan listrik.
Padahal seperti diberitakan Kompas.com (3/5/2020) PLN menjelaskan, adanya peningkatan tagihan rekening listrik pada pelanggan rumah tangga, lebih disebabkan oleh meningkatnya penggunaan masyarakat akibat adanya pandemi virus corona.
Setelah berhasil mengetahui keadaan di balik layar keluarga Mas Krisnha, saya hanya bisa menarik nafas. Bukan mau membandingkan, tapi mungkin dari segi gaya hidup saja, memang sudah jauh berbeda.
Saya memang menikmati fasilitas listrik gratis yang disubsidi pemerintah selama dua bulan terakhir ini. Tapi meski demikian, saya dan keluarga tidak semena-mena menggunakannya apalagi sampai menghambur-hamburkan. Boleh percaya atau tidak, jauh sebelum adanya pandemi, saya dan suami sudah menerapkan pola hidup hemat khususnya terhadap energi listrik dan air.
Saya dikatakan “ibu akan keluar tanduknya” kalau mendapati orang yang lupa mematikan lampu listrik saat selesai dari kamar mandi oleh anak-anak mengaji saking ketatnya saya menerapkan aturan kepada anak santri kalau mereka harus hidup hemat. Ya, itu karena saya sangat merasakan bagaimana susahnya ketika tidak ada listrik. Beberapa tahun lalu, anak mengaji masih berteman dengan lampu minyak, lampu petromax dan lilin karena listrik yang masuk ke desa kami masih byar pet alias antara ada dan tiada. Maka ketika Pemerintah memperbaiki semuanya, jangan sampai semua fasilitas itu dibuang-buang percuma apalagi disalahgunakan.
Saya dan keluarga sudah menerapkan banyak cara dalam menghemat energi listrik pada khususnya. Seperti:
Aturan Penggunaan Listrik
Meski tinggal di kampung, namun udara sekitar sudah tidak sesejuk keasliannya. Maka dari itu saya atau suami selalu membuka jendela lebar-lebar sejak pagi supaya udara segar masuk, dan suasana rumah jadi tidak terasa panas. Tidak harus menyalakan AC (karena kami memang tidak punya) ataupun kipas angin. Lampu listrik pun segera dimatikan karena saat jendela terbuka, sinar matahari bisa membantu menerangi ruangan secara alami.
Selain itu, kami menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi untuk mengeringkan pakaian. Sampai saat ini, kami tidak memiliki mesin cuci. Bukan tidak mampu beli tapi karena memang komitmen saya dan suami Jika kami masih bisa meminimalisir kenapa harus berlebihan?
Hindari Pemborosan Listrik
Dulu sebelum sarana dan prasarana memadai sampai ke desa, warga menggunakan lampu pijar sebagai penerangan. Kini hampir di setiap rumah sudah menggantinya dengan lampu LED yang diyakini bisa lebih menghemat energi.
Di rumah kami memiliki sumber air sumur yang bersih dan jernih. Meski ada pompa listrik, tapi suami sesekali tetap menggunakan ember timba untuk memenuhi bak mandi. Selain katanya sarana olahraga, juga untuk tidak memanjakan diri dan tidak ketergantungan saat listrik mati.
Ketika kemajuan jaman sudah tidak bisa dihindari maka kita bisa menjalaninya dengan penuh kedisiplinan. Susah mungkin jika belum terbiasa. Tapi sejak dini kami selalu menerapkan aturan kepada anak supaya menggunakan apapun sesuai takarannya.
Sekarang ini contoh nyata nya di rumah kami, setiap selesai mengikuti pembelajaran dari rumah di televisi anak wajib mematikan tivi, dengan menekan tombol switch off ya, bukan hanya dibiarkan dalam kondisi stand by.
Bahkan jika saya atau suami menemani anak di rumah, kabel alat elektronik yang tidak terpakai selalu kami cabut dari stop kontaknya. Dengan demikian, kita bisa menghemat 5-10% dari anggaran listrik setiap tahunnya. Cukup besar, bukan? Kini anak pun sudah tahu saat selesai charge ponsel, kabel chargenya langsung ikut dicabut dari stop kontaknya.
Bisa dibayangkan jika keluarga yang memiliki beberapa anak dengan jenjang pendidikan berbeda. Dipastikan televisi dari pagi sampai sore dan bahkan malam terus menyala. Berapa kWh yang akan dihabiskan?
Penggunaan secara bijak alat elektronik ini mungkin dianggap sepele, tapi tahukah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit? Satu dua alat elektronik tidak bijak dipergunakan maka lama-lama akan mengisap banyak energi listrik seperti vampir yang terus menggerogoti energi mangsanya. Saat itulah kiranya kita bisa mengenali dan mengendalikan diri dalam penggunaan sumber energi.
Ketika semuanya kita lakukan dari rumah, penggunaan energi listrik tidak bisa kita hindari, namun bukan berarti kita tidak bisa menghematnya, bukan?
Terlepas dari mendapat subsidi atau tidak dalam pembayarannya, menghemat energi adalah sudah kewajiban bagi semua orang. Demi kelangsungan kehidupan yang lebih baik bagi anak dan cucu kita kelak. Bijak menggunakan energi di tengah pandemi adalah sebuah pilihan. Maka ketika tarif listrik naik mencekik, tidak perlu melihat kiri kanan untuk menangkap vampir nya, cukup perbaiki saja pemakaian listrik di rumah sehemat mungkin. Maka dengan sendirinya vampir pengisap energi itu akan binasa.
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog “Perubahan Iklim” yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini
Memang betul, adanya pandemi ini, penggunaan daya listrik meningkat
Karena semua aktivitas dikerjakan dirumah
Saya juga mengalami hal itu
Bayar bulannya jadi gede banget
hal sederhana, dengan menekan tombol swtch off bisa menekan pengeluaran listrik hingga 5-10% setahun…ini pasti kalau dilakukan semua keluarga berapa saja biaya untuk energi yang bisa dihemat ya.
Saya juga mengalami kenaikan Teh. Karena PLN mengira-ngira, petugas pencatat meteran tiap bulan sejak pandemi enggak datang lagi. Jadi 2 bulan ini naik 25%, tapi nanti akan normal lagi atau bahkan jumlahnya lebih kecil. Begitu ketika suami menanyakan ke call center PLN menyoal tagihan listrik kami
Nah iya ya, banyak yang lupa switch off, kalau saya nggak pernah lupa Mba, soalnya TVnya remotenya udah rusak hahaha.
Jadinya manual.
Yang masih kelewat nih charger, saya sampai berbusa ngingatin agar kalau nggak di pakai ya di cabut 😀
Menghemat listrik bener bangt langkah nya ya teh Aku sengaja ini di rumah pakai cat putih Dan banyak jendela utk menghemat listrik
Kalo saya emang udah lama selalu mematikan aliran listrik yang ga dipakai teh, Karena proses pembuatan listrik kan berasal minyak bumi. Sementara minyak bumi kita terbatas
Saya pun berusaha menghemat listrik. Mematikan yang ga dipakai. Anak2 nih yang susah , kalau dah nyetel TV dan kipas angin.. main tinggal aja. Duh. Semoga pelan2 anak2 bisa mengei juga
Tagihan listrikku di masa pandemi ini masih sama seperti sebelumnya. Nggak tau memang sama atau pakai rata-rata karena petugas pencatat meteran nggak datang dulu buat sementara. Mudah-mudahan sih memang sama karena pemakaian juga nggak jauh beda. Yang jebol itu pemakaian kuota internet 😀
Kalau saya bulan pertama penerapan pandemi meningkat banyak. Ini sepertinya karena PLN menghitung rata-rata pemakaian selama 3 bulan sebagai dasarnya. Kalau yg bulan berikutnya Alhamdulillah normal. Kbtln petugas pencatat kmrn datang mengecek langsung. Belum tahu yang bulan ini. Semoga aman terkendali. Pemakaian wajar sih, cenderung diirit biar bayarnya dikit .hihi…
aku deg-degan nih selama di rumah aja, gimana tarif listrik nanti ya. jadi deg-degan karena menggunakan fasilitas pasca bayar, trus semua anggota keluarga full time ngumpul di rumah. apalagi suhu cuaca ada kalanya puanaaas buanget, ada deh itu ac jadi pol-polan makenya. hahay…we will see deh
Kadang kita ga kerasa sdh berlaku boros..sy salut walau gratis Mba Okti ga semena mena memakai listrik..
Kalau mpo selalu rajin cek sebelum tidur. Papa suka nonton televisi tapi dia tidur. Boros banget sampai 600 ribuan.
Ya ampun sebulan Rp 600.000?
Lumayan gede ya?
Walau TV kayanya ngga gede, yang boros listrik biasanya AC , mpok
Oh iya aku juga baca teh di facebook ama twitter katanya listrik naik. Tapi menurut suami aku yang tiap bulan suka bayar listrik. Katanya nggak naik. Biasa aja. Emang dikembalikan lagi pada penggunanha ya. Aku tipe pengguna yang hemat listrik dan air juga. Suka pasti matiin lampu kalau nggak dipake. Bukan karena takut bayar listrik mahal tapi lebih ke kasian bumi kita klo boros listrik
Terima kasih atas pengingat nya ya mbak. Saya masih suka ceroboh dengan vampir vampir listrik yang lupa dicabut. Harus lebih cermat dalam menghemat listrik lagi. Semangat demi anak cucu kita lebih baik.
Bermanfaat banget mbaak ulasannya, vampir energi lumayan membuat pemborosan anggaran listrik yang tak terasa ya mbak. 10-15% lumayan banget padahal. Harus dibiasakan lagi lebih awas dalam penggunaan listrik apalagi pandemi begini semua dikerjakan dari rumah dan yg pasti kebutuhan listrik akan meningkat dr sebelumnya. Harus makin bijak dalam menggunakan energi
Saya belum tahu infonya, jadi kemungkinan per Juli tarif listriknya mau naik lagi, ya. Suami saya kadang suka lupa cabut cashan, padahal harusnya colokan yang enggak kepakai dicabut aja, ya. Makasih, Teh udah ngingetin buat lebih bijak menggunakan listrik.
Selama stay at home tagihan listrikku naik drastis..
Krn penggunaan ac terlalu lama ;(
aku paling sebel sama yang nyolong listrik mba, sekalipun gak mampu, jangan dibiarin itu mental kek gitu bahaya, kan bisa ajuin ke pemda setempat, sama paling kesel yang mampu pun masih nyolong, heran tapi berkoar2 protes harga listrik naik.
Tempatku iuran listrik tetap, gak naik. Itu karena kebanyakan pemakaian, artinya nggak seperti sebelumnya. Otomatis ya bayarnya naik jadi bukan karena tarif listrik naik
Toss mbak, saya juga ketat masalah listrik, kalau ada yg gak perlu mending matikan saja. Mana di pekanbaru suka pemadaman bergilir hiks..
Selama pandemi listrik di rumah bayarnya naik. Harus lebih hemat lagi ini pemakaiannya.
Bayar listrik naik. Harus memperbaiki pemakaiannya ini mbak.
wah ada istilahnya sendiri ya haha vampire energi, keren juga namanya.
Sederhana sebenarnya cara hemat listrik ya. Ga pake ya jangan nyolokin, gitu aja.
Listrik di rumah selama SFH ini ga naik sih. Tp ga tau juga ini petugasnya datang mencatat apa enggak. Kl enggak kan ya deg-degan juga, jangan-jangan ntar kelebihan penakaiannya dirapel di belakang..
Sekarang masak nasi sudah ga pk magic com, pk kompor. Lebih irit seharusnya.
aku dulu listrik cuma seratus ribu sebulan, sekarang 300rb, sedih sih naik melulu di 5 tahun terakhir ini, padahal kita ga banyak pnya barang elektronik, ac pun ga ada juga
Setuju banget mbak, seharusnya kita check pemakaian dan belajar untuk berhemat dalam penggunaan listrik. Saya juga setiap hari sebisa mungkin membatasi penggunaan televisi dan sejenisnya mbak.
sdh saatnya kita berhemat slh satunya energi. Karena sejatinya bumi ini semakin tua, berhematlah dalam memakai listrik dan peralatannya
Jadi semua harus berkaca kembali, mendata ulang pemakaian listriknya di masa pandemi ini ya..agar benar2 tahu bag2 keg mana yg bisa dilakukan penghematan..
saya pakai token mbak dan ga merasa ada yang aneh sih dengan tagihannya, karena selaras dengan pemakaian, kan sekarang 24 jam di rumah, otomatis pemakaian listrik meningkat
Ngeri bayar listrik hampir 1 juta gt mba, ya ampun.. (langsung geleng-geleng). semoga kita tidak menjadi vampir energi dan menggunakan listrik seperlunya.. moga djauhkan dari maling listrik
Berhubung saya kuliah di bidang listrik jadi dari dulu paling concern soal hemat listrik ini Mbak, hehe.di Rumah juga suka heboh tentang hemat listrik ini. Tapi klo saya menekankan tentang tanggung jawab kita ke Allah, bahwa kita emang ga boleh mubazir dan boros termasuk soal penggunaan energi listrik.
Soal kenaikan TDL, politik, tarik ulur kepentingan dalam bidang energi listrik bukan ranah kita dan biarlah menjadi tanggung jawab pemangku kebijakan dan urusan mereka kelak dengan Allah 🙂
Ortuku pakai 900VA tapi nggak dimasukkan golongan yang dapat gratisan. Mereka sedih karena sudah pensiun & buat bulanannya saja sering dibantu anak2 karena nggak cukup.
Yang beberapa waktu heboh kenaikan gila2an itu sudah diakui PLN kok bahwa mereka nembak pemakaian rata2 aja dengan alasan masa pandemi tidak ada petugas yang muter seperti biasa. Cuma nembaknya nggak kira2. Tapi setelah banyak yang protes itu sepertinya PLN mulai membenahi sistem pencatatannya secara bertahap.
Di rumahku udah otomatis berhemat karena wattnya cuma 900 jadi semua elektronik ga bisa dipake bersamaan. Harus gantian. Matiin dulu yang satu, baru nyalain yang lain. Tapi tetep aja emang ada kenaikan tarif listrik ya.
Tagihan listrik saya di rumah selama #dirumahaja masih tetap dari sebelumnya. Karena uda terbiasa mematikan lampu di ruangan yang tidak ada orangnya. Tapi klo TV harus selalu diingetin, karena kebiasaan anak2 nonton TV terus mereka lari2an main yg lain, hihihi
Alhamdulillah di rumah ku bayar listrik masih normal nggak ada kenaikan karena pemakaian masih sama. Bisa jadi yg pembayaran listriknya naik ada pemakaian yg diluar kebiasaan misal dispenser yg hidup terus-menerus, anak main game pakai TV. Mudah2an kita bisa lebih irit pemakaian listrik.
vampir energi ini bisa bikin kantong jebol ya kalau gak segera diatasi. Tagihan listrik di rumah juga agak naik nih selama pandemi soalnya lebih banyak di rumah & mengerjakan semua hal di rumah
Istilahnya mudah diingat yaa..
Jadi sejak baca mengenai Vampir Energi ini, aku asal lihat charger nempel langsung terngiang-ngiang “Vampir Energi niih…”
gede juga ya mbak tagihan listriknya, bisa 600rb sebulan.
Saya paling sebel kalau suami lupa matiin lampu kamar mandi. Udah sering kali diingatkan, tapi tetep aja lebih sering lupanya.
Baca postingan ini berasa ketampar banget sih ternyata aku sering lakuin ini. Huhuhu vampir energi yaaa mba. Bismillah deh pelan pelan berubah
Makasih ya mba
Selain hemat air kita juga harus hemat listrik karena sedih aja pas tau di daerah tertinggal masih ada yang belum bisa menikmati listrik. Kalau pun pake ya harus bayar. Kesadaran ini emang penting banget buat terus disuarakan mba, semangat mulai dari diri sendiri dan keluarga
baca ini jadi kereasa bgt selama pandemi ini memang kesempatan untuk boros listrik jadi lebih besar. sebisa mungkin memang kita kudu aware sama pemakaian listrik dan air karena bagaimanapun usaha kecil yang kita lakukan akan berdampak di masa depan.
Vampir energi ini serem banget yah teh dan untuk itu bener2 harus nerapin banget sama yg namanya hemat energi. Baik untuk kita dan baik untuk lingkungan juga. Nuhun teh udah berbagi tips hemat energi listrik nya 😉
Mencabut kabel dari stop kontaknya ini termasuk yang masih sering terlupa di rumah saya, Teh. Iya ya. Kalau dibiasakan begini, wajar saya kalau tagihan listrik lama lama jadi terasa berat. Ada vampire yang nggak disadari keberadaannya
Di rumahku aja pemakaian AC di 3 kamar lumayan lama. Lampu2, mesin cuci dll juga tiap hari on erus. Tapi kita belajar hemat dg cara mematikan (off) jika ga lagi digunakan. Alhamdulillaah ga mengalami kenaikan pembayaran listrik yang tinggiiii banget.
Selama Pandemi ini berasa banget Teh jauuh lebih boros, yg normalnya kurang lebih sejutaan, sekarang hampir 1,5 jutaan 🙁
AC di dua kamar memang jadi nyala terus, dan jadi lebih sering cuci2 pakai mesin cuci demi jaga kebersihan, dan beberapa alat elektronik lainnya yg On terus. Tapi iya nih ada beberapa kabel yg jarang dicabut kayak Charger padahal udah selesai dipakai, nuhun Teh udah diingetin, langsung cabut²in nih.
Ngomongin vampire energies jadi ingat pengalaman tahun 2014 saat kerjasama dengan ESDM mensosialisasikan vampire energi. Analoginya bener banget menurutku.
selama pandemi ini emang jadi boros listrik ya karena semua ada di rumah. jam tidur si aa malah jadi ngalong. begitu emaknya matiin lampu, eh dia nyalain lagi 😛
Setelah saya baca ini, saya langsung berdiri dan mencopot semua charger yang menempel pada stop kontak. Mudah-mudahan bisa menghemat dana listrik yang harus dibayarkan tiap bulannya.
Saya setuju banget kalau kita wajib hemat energi mau itu gratis atau enggak. Dan itu harus bener-bener dituntut kedisiplinan. Seringkali kita masih menyepelekan hal ini. Padahal efeknya bisa jangka panjang
ngomong soal hemat listrik tagihan biaya lsitril aq naik 2x lipat selama WFH pdhl pemakaian normal2 aja, ada kemungkinan gak tagihannya oleh PLN di dialihkan ke yg dpt gratisan/ potongan pembayaran listrik?
Aku sebulan 800ribu berasa mba. Ini dah mulai dikurang2i mana lagi korona ini semua on perlengkapan mesin huhu
Semoga kita menjadi hemat energi ya mba
Listrik di rumahku 7700 teh, kalau sudah mau tidur pasti aku matikan semua kecuali lampu dapur, teras dan lampu tidur. Duh, selama pandemi ini sudah pasti ada kenaikan bayar tarif listrik, secara anak2ku ada dirumah seharian 🙁
Ku baru tahu yang nyolong listrik itu ternyata ada ya teh, sedih banget. Apalagi itu distatusnya tergolong mampu ya. Duuh.
Aku Alhamdulillah udah bisa hemat energi nih. Kalau malam semua lampu aku matiin.
Kerasa banget sih teh borosnya semenjak pandemi ini, karena keluarga kan di rumah semua kan. Aku pun harus kerja dan kuliah dari rumah, jadi banyak pakai barang elektronik. Tapi emang kita musti banget hemat energi yaah, biar tagihan nggak membengkak dan juga bisa jaga bumi 🙂
Di rumah alhamdulillah sedang belajar bijak menggunakan energi. Selesai nyalain TV ato laptop ya bukan cuma dimatiin via remote tapi dicabut kabelnya.
Jadi keingetan anakku nih di rumah susah banget dibilangin. Sementara mata dan tangan fokus ke handphone eh televisi nyala terus tanpa ditonton sekalipun. kalau dibilangin katanya sepi kalau nggak ada nyala tv. Padahal itu memang boros listrik banget.
Tulisan Teh Okti ini enaaak… banget buat dibaca. Diksi dan rangkaian kalimatnya bagus, powerfull. Suka!
Di rumah, aku pake token jadi selama pandemi sama aja pengeluarannya. Terhitung dan nggak ada lonjakan. Aku jadi ingat suka lupa cabut dari stop kontak atau mematikan saklarnya. Makasih udah diingatkan, Teh 🙂
Kirain mau cerita vampir teh hehehe. Hemat dan pintar mengatur penggunaan energi terutama energi rumah tangga memang penting ya mbak.
Ketemu dari google, setelah dibaca menarik sekali artikelnya, bisa jadi bahan referensi, Keren Sob.