Adab Santri dan Sang Admin

Setiap malam Sabtu, jadwal materi yang diberikan di Pondok Mengaji Al Hidayah yang kami kelola adalah Ilmu Hadits.

Tidak pernah lelah selalu disampaikan kepada seluruh santri mengaji, supaya memahami jika selain menuntut ilmu, kita juga harus memiliki adab.

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا

“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162)

“Sesungguhnya perkara yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min adalah akhlak yang baik. Dan Allah tidak menyukai orang yang berbicara keji dan kotor.” (HR. At-Tirmidzi).

Kami sengaja menekankan terkait adab ini kepada anak-anak santri, supaya karakter baik sudah tertanam dalam diri mereka sejak dini. Ya syukur-syukur orang tua mereka juga mengajarkan itu. Tapi agak sangsi juga setelah melihat tingkah laku dan gaya bicara mereka yang jauh dari karakter baik.

Jangankan anak usia paud, anak usia sekolah SLTP pun mulai tidak menerapkan sopan santun. Guru ngaji sedang nyapu di jalan, santri lewat eh nyelonong aja. Tidak ada sama sekali ucapan permisi apalagi kebiasaan santri jaman dulu– menghormati orang lain, tua muda apalagi guru dan orang tua– dengan membungkuk badan dan rengkuh penuh hormat.

Miris memang, padahal sudah jelas banyak keterangan yang menyebutkan kalau adab itu adalah sebuah akhlak mulia, yang di dalamnya mengajarkan kesopanan, kesantunan, bertingkah laku, bertutur kata yang kesemuanya sesuai dengan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dan saya rasa (maaf bukan sara) non muslim pun mengajarkan etika seperti itu, bukan?

Harus diketahui kalau tanpa adanya adab, orang dengan ilmu tinggi dan kekuasaan sebesar apapun tidak akan disukai orang sekitar.

Saya jadi ingat dengan etika seorang admin di sebuah group. Melakukan kekeliruan terhadap member yang padahal terbukti si member tidak bersalah. Yang mengaku salah justru member lain yang telah melakukan kekeliruan sehingga pekerjaan temannya terhapus.

Apa yang dilakukan admin tersebut? Tiis we… Jangankan minta maaf, mengedepankan tiga kata sakti yang sebenarnya itu pelajaran untuk anak balita saja (permisi, maaf dan terimakasih) sama sekali tidak dilakukannya.

Okelah dia mungkin punya ilmu mumpuni, founder komunitas, bahkan keluarga terpandang dengan penghasilan ia dan pasangannya lebih dari cukup dibandingkan para blogger –yang seperti saya ini hasil menulis dipakai untuk menyambung hidup, bayar biaya tagihan listrik, beli sembako dan jajan anak. Tapi dengan sikap dan kelakuan seperti itu, secara tidak langsung ia sudah menggali kuburan keburukannya sendiri.

Tidak heran member group jadi penjilat, bersikap manis dan menyanjung sang admin sehingga bisa kecipratan job dan kemudahan lainnya meski dalam hati mereka lebih banyak dongkol dan ngedumel.

Oke, perilaku kita sebagai umat bisa saja tidak terkendali karena bersikap seperti itu mungkin bagi ia dan lingkungannya adalah hal biasa. Tapi kalau berkali-kali, orang juga bisa menilai dong, ini khilaf, atau emang sifat bawaannya dari orok seperti itu?

Secara dari umur saja sang admin lebih muda usianya daripada mayoritas para member yang seperti saya ini udah lewat dari kepala empat. Bukankah seharusnya ia bisa menempatkan diri? Sopan santun dan etika di wag saja, apalagi terbukti salah, jika mengakui dengan legowo, Insyaallah akan jadi sebuah ibadah. Sedangkan kita hidup hanya untuk menjadi hamba agar mendapatkan pahala, bukan?

Sering mendengar ciri yang membedakan manusia dengan binatang adalah akal atau ilmu. Pernyataan itu memang tidak keliru. Tapi mesti digarisbawahi, di atas ilmu masih ada yang lebih urgent, yakni adab atau akhlak.

Seberapa banyaknya ilmu yang dimiliki seseorang jika tanpa disertai adab yang baik akan menjerumuskan manusia dalam perilaku binatang, atau bahkan mungkin lebih rendah.

Coba renungkan, bukankah banyak peperangan, kesewenang-wenangan kekuasaan, kerusakan alam, atau sejenisnya semua itu muncul justru karena ditopang kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi zaman sekarang? Tapi karena tanpa disertai adab sebagai hal yang paling mendasar maka kehancuran lah hasilnya.

Ilmu memang sangat penting, tapi pondasi berupa akhlak baik jelas lebih penting. Karena akhlak lah yang menyelamatkan manusia dari keserakahan, kezaliman, kekejaman, keangkuhan, kebencian, dan sifat-sifat tercela lainnya. Termasuk kesombongan seorang admin yang merasa lebih dibandingkan membernya.

Lain lagi kalau sang admin mengedepankan adabnya, tentunya member akan semakin menaruh hormat dan segan. Sudah pintar, berilmu, founder komunitas, karir melejit, keluarga samawa, eh adabnya tinggi dan akhlak baiknya dipakai pula. Pasti semua menyayanginya dengan tulus…

 

31 thoughts on “Adab Santri dan Sang Admin”

  1. Ya Allah semoga kami terhindar dr perilaku yg kurang berakhlak. Terimakasih reminder nya teh, saya tuh sukasungkan malu terutama ketemu orang baru ya jd mungkin suka dianggap sombong pdhl ga bermaksud.

    Reply
  2. memang harus diakui, zaman now, sopan santun sudah agak berkurang. Misalnya saat saya duduk mengantre, ada yang lewat mau duduk. Banyak yang tidak permisi. Kalaupun permisi dengan nada seadanya. Misiii dong! padahal setiap nada ucapan berbeda. Misalnya Permisi, Pak! Permisi, Bu.
    Saya juga paling tidak suka, kalau ada teman misalnya minta sharing menulis lewat chat, lalu setelahnya menghilang, tanpa mengucapkan terima kasih. Biasanya next, tidak saya layani lagi hehehe.

    Reply
  3. memang harus diakui, zaman now, sopan santun sudah agak berkurang. Misalnya saat saya duduk mengantre, ada yang lewat mau duduk. Banyak yang tidak permisi. Kalaupun permisi dengan nada seadanya. Misiii dong! padahal setiap nada ucapan berbeda. Misalnya Permisi, Pak! Permisi, Bu.
    Saya juga paling tidak suka, kalau ada teman misalnya minta sharing menulis lewat chat, lalu setelahnya menghilang, tanpa mengucapkan terima kasih. Biasanya next, tidak saya layani lagi hehe

    Reply
  4. Memang benar, Kak. Zaman sekarang mengutamakan adab sudah mulai bergeser. Mereka yang ‘merasa’ mempunyai kelebihan, ketenaran, atau apa pun terkadang terlena dan jumawa. Saya pernah juga dipanggil dengan langsung menyebutkan nama tanpa embel-embel mbak atau kak. Padahal usia dia jauh di bawah saya.

    Reply
  5. Sekaya hingga secantik/seganteng apapun seseorang, kalo ngga ada adabnya (attitude-nya) ya akan ditinggalin orang kok. Ya masyarakat sekitar bakal kesel dgn tingkah laku kita sih.

    Makanya di sinilah peran madrasah, bahkan bs diterapkan mulai dari rumah, utk menjaga adab anak2 kita kepada org di sekitarnya, baik ke anak lebih muda, sesama, hingga org lebih tua.

    Santri2 tentu juga pasti diajarkan adab ke kyai hingga senior dan teman sekelasnya. Di sinilah peran ilmu dalam menjaga tata kehidupan bermasyarakat begitu penting.

    Reply
  6. emang miris sih ya, sekarang adab udah gak diutamakan, orang yang berilmu tinggi pun juga banyak yang menyepelekan soal adab ini padahal harusnya anak muda mencontoh yang baik, sopan santun dan menghargai yang lebih tua.

    Reply
  7. Bener banget. Sejatinya sih memang admin juga adalah manusia yang terkadang khilaf. Tetapi jika tidak mementingkan adab dan ilmu, ini baru masalah. Kalau ada kayak gini sih saya mending milih grup lain.

    Reply
  8. Adab adalah sesuatu yang penting banget. Sudah banyak terlupakan saat sekarang. Dulu waktu sekolah SD disekolah ada mata pelajaran budi pekerti dan itu bagus menurutku

    Reply
  9. Bicara soal adab emang penting ya teh, bukan hanya di dunia nyata tapi juga Maya. Yang sulit ya di dunia Maya. Karena kita gak ketemu langsung face to face. Tapi bener apa kata teteh sih, menjaga adab dan kata kata juga sama pentingnya. Jangan karena founder atau title admin jadi seenak jidat, hehe. Tapi terkait adab ini sih pr banget buat saya sebagai orangtua. Saya lihat anak jaman now emang kurang banget soal adab. Karang yang lewat bilang punteun, atau minum. Slonng boy weee

    Reply
  10. Ilmu adab ini, lebih dahsyat memang.
    Bila tidak ada didikan, dipelajari dan diterapkan maka jauh dari kebiasaan baik. Dan itu akan sampai saat dia dewasa. Makanya perlu sejak dini pemahamannya

    Reply
  11. Sebenarnya dalam pergaulan dimana pun tetap 3 kata sakti itu harus tetap dijalankan ya mba agar hubungan antar sesama juga tetap harmonis. DImana pun berada tetap adab itu dikedepankan karena kadang orang berilmu banyak juga yang tak beradam.

    Reply
  12. Sebenarnya dalam pergaulan dimana pun tetap 3 kata sakti itu harus tetap dijalankan ya mba agar hubungan antar sesama juga tetap harmonis. DImana pun berada tetap adab itu dikedepankan karena kadang orang berilmu banyak juga yang tak beradam.

    Reply
  13. soal akhlak dan budi pekerti emang harus diajakarkan terus menerus ya teh, beruntung aku masih jadi anak angkatan 90-an yang masih kentel dapet pelajaran itu baik di sekolah atau pun di TPA TPQ sama guru ngaji, semoga bisa terus mengalirkan adab dan sopan santun buat keturunannku kelak

    Reply
  14. Ujian pertama menjadi orangtua, guru atau pribadi yang dewasa adalah menjadi contoh.
    Menurutku kenapa anak kecil diajarkan 3 kata, “Maaf, Tolong, dan Terima Kasih” namun anak-anak tetap kurang adab?
    Karena berawal dari lingkungan terkecilnya yakni keluarga lalu lingkungan sekolahnya, lingkungan bermainnya. Apakah ada “role model” yang menerapkan sesuai dengan perkataan sang pengajar?

    Reply
  15. setuju teh, adab sebelum ilmu, kalau ilmu bisa dikejar cukup dengan belajar lebih keras, kalau adab ini memang harus ada pembiasaan, semoga anak anak kita bisa memiliki adab yang baik, terlihat simpel tapi penting

    Reply
  16. setuju teh, adab sebelum ilmu, kalau ilmu bisa dikejar cukup dengan belajar lebih keras, kalau adab ini memang harus ada pembiasaan, semoga anak anak kita bisa memiliki adab yang baik, terlihat simpel tapi penting dalam kehidupan sehari hari

    Reply
  17. Aku juga lebih mengutaman adab dari ilu ketika mencari sekolah untuk anak aku mba..
    supaya ga mencla mencel lah adab nya

    Reply
  18. Adab sebelum ilmu. Itu udah paling benar siy ya kak.
    Sebagai orangtua perlu banget mempertimbangkan tempat pendidikan yang mengedepankan adab. Baru setelah itu ilmu.

    Reply
  19. Memang adab itu sangat penting dan bekal utama kita bersosialisasi sama orang lain ya teh, apalagi aku suka geleng-geleng kepala deh sama kelakuan generasi muda, gak bermaksud generalisasi sih cuma entah kenapa beberapa generasi Z itu agak ajaib yaa adabnya

    Reply
  20. setuju banget nih, suka tulisannya teh.. kadang kita merasa pintar dan bisa apa aja, jadi mengesampingkan adab. Sungguh prihatin kalau liat orang-orang begini

    Reply

Leave a Reply to Niken Cancel reply

Verified by ExactMetrics