Berpetualang di Masjid At Ta’awun Puncak

Berpetualang di Masjid At Ta’awun Puncak

 

Saat longsor terjadi beberapa waktu lalu di jalur Puncak, Bogor, beberapa hari jalan ditutup untuk kendaraan roda empat. Kami yang kemana-mana selalu mengendarai si iteung alias sepeda motor jadul suami warna hitam menggunakan kesempatan itu untuk melewati Puncak dengan lengang.

Dari Cianjur dengan santainya kami melaju. Tidak diburu waktu, tidak juga ada kepentingan lain. Saya dan suami sepakat sekedar refreshing saja bawa anak ke Puncak. Aji mumpung ceritanya. Mumpung pengunjung Puncak dari kota berkurang karena adanya penutupan jalan untuk memperbaiki yang terkena longsor itu tadi.

Suasana lengang sepanjang jalan kami dapati. Mulai dari Ciloto sampai ke perbatasan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Padahal biasanya kalau tidak ada penutupan jalan, kemacetan ke arah Puncak sudah mengular mulai dari Cipanas Cianjur. Warung-warung yang banyak berdiri di sepanjang jalan pun banyak yang tutup. Satu dua masih terlihat melakukan aktivitas jual beli, terlihat dari kepulan asap alat membakar jagung. Ya, di jalur Puncak yang berhawa sejuk dan kadang teramat dingin itu memang terkenal dengan camilan jagung bakarnya. Selain sakoteng atau minuman penghangat badan lainnya.

Para calo penginapan atau sewa villa di Puncak yang biasanya ramai berjejer sepanjang jalan pun drastis berkurang. Ada satu dua orang pun cuek saja membiarkan kami lewat begitu saja. Hahaha, mereka bisa menebak nomor kendaraan bermotor F ditambah membawa anak dipastikan bukan sasaran market mereka. Beda lagi kalau yang lewat kendaraan roda empat, berplat luar kota pula. Selain menawarkan penginapan dan sewa vila, mereka juga akan mengejar hingga sasaran goal jadi targetnya.

Memasuki wilayah Bogor, hamparan kebun teh mulai terlihat. Meski kami sering melewati jalur Puncak ini namun rasanya tidak ada kata bosan untuk menikmati suguhan pemandangan yang menghijau. Beberapa tanaman hias yang dijual di pinggir jalan selalu memukau mata. Kadaka Uncal yang berjuntaian seolah melambaikan tangan mengajak untuk membawanya pulang. Beberapa tahun lalu kami sempat membelinya dan Alhamdulillah sudah tumbuh subur di pekarangan rumah.

Mendekati Masjid At Ta’awun kami segera mampir untuk melaksanakan sholat duhur sekaligus istirahat sejenak. Suasana lengang. Tidak penuh seperti hari-hari sebelumnya. Pedagang asong di sekitar parkiran hanya ada satu dua. Menambah luas lapangan parkir karena yang parkir hanya beberapa kendaraan roda empat dan puluhan sepeda motor. Biasanya mau parkir di halaman masjid ini sangat susah karena selalu membludaknya pengunjung.

Masjid At Ta’awun dengan pemandangan sekeliling yang sangat indah, tidak hanya jadi tujuan untuk melaksanakan ibadah solat, namun juga jadi tempat rekreasi dan bermain keluarga. Karena itu pengunjung masjid selalu tidak pernah sepi. Dan mungkin karena dampak perbaikan jalan yang terkena longsor sehingga pengunjung masjid kali ini lebih sedikit. Rasanya beruntung kami bisa mendapatkan suasana sepi kesempatan ini.

Setelah solat kami tidak langsung pulang, tapi memanfaatkan kesempatan untuk berkeliling mengitari halaman masjid yang cukup luas. Selain ada taman bunga, ada parit kecil yang sangat disukai anak, di halaman belakang masjid juga ada sungai yang airnya mengalir jernih. Beberapa pengunjung berfoto di air terjun mini buatan. Kami pun menunggu antrian untuk mengabadikan mumpung tidak banyak orang.

Membasuh kaki dengan air yang mengalir rasanya benar-benar sejuk sampai ke hati. Air yang mengalir dari perkebunan teh PT. Gunung Mas yang dikelola PTPN Nusantara VIII di atas lokasi tempat masjid berdiri cukup membawa ketenangan dan kedamaian.

foto orang sambil nunggu antrian

Masjid nan megah dan menjadi icon Puncak yang berlokasi di Kampung Naringgul Desa Tugu Selatan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor ini pada awalnya bernama Masjid Al Muttaqien. Didirikan secara swadaya oleh para pekerja perkebunan teh setempat yang berdomisili dekat dengan lokasi Masjid Al-Muttaqien.

Akhir tahun 90-an Masjid Al-Muttaqien semakin banyak dikunjungi. Bukan hanya dari jamaah yang berasal dari masyarakat sekitar, tetapi juga dari luar kota yang melewati Jalan Raya Puncak yang menjadi poros transportasi Bandung, Cianjur, Bogor, dan Jakarta ini.

Gubernur Jawa Barat periode itu, H.R. Nuriana menggagas membangun Monumen Kebersamaan (Gotong Royong Plus) dalam bentuk masjid yang lebih layak dan refresentatif. H. R. Nuriana kebetulan sering menempuh perjalanan lewat jalur puncak dan tertarik membangun monumen Rereongan Sarupi dikawasan tersebut yang sekarang ini dikenal dengan Masjid At-Ta’awun.

Sejarah lengkap Masjid At-Ta’awun bisa dilihat disini ya.

Siapapun akan betah dan senang berlama-lama di wilayah Puncak. Apalagi melihat posisi strategis dan keindahan alam sekitarnya. Sebuah kondisi yang teramat mahal dan sulit ditemukan di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Tidak heran kalau setiap akhir pekan atau musim liburan, selalu banyak warga ibukota yang rela menembus macet berjam-jam demi bisa menghabiskan waktu di daerah sejuk ini.

Tidak hanya menikmati pemandangan kebun teh, pengunjung juga bisa berinteraksi dengan masyarakat sekitar tempat penginapan atau villa yang disewa berada. Benar-benar menjadikan liburan semakin berkualitas dan merefresh diri dari kepenatan aktivitas pekerjaan, bukan?

Hal yang patut disyukuri dari semua itu salah satunya perekonomian masyarakat setempat ikut terdongkrak. Mulai penjual makanan, penjual jasa, pemilik lahan yang menyewakan penginapan atau villa. Puncak memang telah banyak menawarkan berbagai keindahan yang sangat beragam.

Lihat juga:  Masjid Agung dan Alun-alun Cianjur yang jadi Landmark Percontohan Kota/Kabupaten di Indonesia

 

 

31 thoughts on “Berpetualang di Masjid At Ta’awun Puncak”

  1. Oh iya, nih. Jaman tahun 2000-an, ini tempat pemberhentian utama kalau jalan² PP Jakarta-Bandung. Pasti mampir di sini. Sekarang sih, lewat tol… nggak lewat puncak lagi.

    Reply
  2. Masya Allah pemandangannya cantik bangettt… Aku udah lama gak ke puncak. Pengen iiih tapi kalau bayangin macetnya kok jadi mikir dua kali yaa…

    Reply
  3. Asyik banget ya, viewnya keren.
    Seneng banget bisa mampir ke masjid yang keren viewnya.
    Puncak emang jadi penyeimbang dari Jakarta yang ruwet.
    Sama kayak Batu yang jadi ‘puncak’nya orang Surabaya hehehe

    Reply
  4. Kok nama Masjid nya di coret ya mba,, maaf kepo
    Saya selalu nih sempatkan mampir ke masjid besar ini kalau mudik dari Bekasi-Ciamis. Tempatnya luas, bersih dan nyaman kecuali kalau sudah musim mudik dan mendekati hari raya,,ramai sekali di sini.

    Reply
  5. Wah, udah lama juga aku gak mampir, bahkan lewat Puncak. Kangen deh. Abisnya kalo ke Jakarta, sekarang lebih sering pake tol. Atau kereta. Sesekali kayak harus deh. Apalagi anak-anak, pada belom tahu Masjid Ataawun.

    Reply
  6. Nama masjid ini memang sudah terkenal ya Teh. Tapi baru di tulisan ini saya bisa tahu kayak apa masjidnya. Asyik bener itu Teh suasana di sekeliling masjidnya. Pantesan masjidnya kadang malah jadi kayak tempat rekreasi segala ya Teh.

    Reply
  7. “mereka bisa menebak nomor kendaraan bermotor F ditambah membawa anak dipastikan bukan sasaran market mereka” jadi segmen mereka Plat B ?

    Mesjid penuh memory nih. Kalau lewat Puncak kdng suka mampir. Tapi skrg penuh tukang dagang ya

    Reply
  8. Waw…aku udah berapa tahun ya ga lewat puncak? Duluuuu.. selalu nyempetin diri untuk sholat di masjid ini. Lumayan luas, bersih dan nyaman. Kalau musim liburan dan lebaran, jamaahnya penuuuuh pisan hehe.

    Reply
  9. Zaman belum ada jalan tol Cipularang, kalau ke Jakarta lewat Puncak, sering mampir ke sini. Wuiih…dah lama banget berarti. saya engga ke sini. Tapi masih terawat dan apik ya

    Reply
  10. selalu deh batal mampir ke masjid cantik ini, parkirannya penuh terus..
    alhamdulillah dapat bocoran sudut2 cantiknya.., adem banget ya sholat di sini dengan udara sejuk dan pemandangan indah

    Reply
  11. Wah jadi nostalgia juga mom aku dulu waktu jaman sma suka main kesini hanya beberapa kali sih naik motor bareng temen2 ke puncak mana dari depok lagi ampe pegelwaktu itu yah anak2 cowo disma aku pas mau ujian kelulusan pada berdoanya jauh banget sampe kesitu alesannya supaya dijabah doanya

    Reply
  12. Wah, ini enaknya orang yg rumahnya di deket Bogor. Jadi ngiri deh, bisa menikmati suasana Puncak pas agak sepi… 😀

    Berkali2 aku main di Bogor, nggak pernah sekalipun jadi ke Puncak. Kepikiran macetnya aja udah males hahaha

    Dari foto, masjidnya gede ya mbak?
    Keliatan adem & indah pemandangan sekitarnya… 🙂

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics