Dipalak Preman di Sumatera Selatan

Dipalak preman di Sumatera Selatan ini sebagian pengalaman saya saat hendak melakukan pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi pada minggu ke dua bulan Agustus 2019, jauh sebelum pandemi.

Pengalaman dipalak preman di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan
Ceria di KMP Reinna, ga tahu kalau malamnya bakal mengalami kejadian yang menakutkan!

 

Setelah menyebrangi Selat Sunda, saya memilih untuk tidur di jok tengah bersama Ayu. Mencoba mengganti energi yang terkuras selama di kapal feri tadi. Maklum Fahmi pertama kali naik kapal feri jadinya ia antusias banget, minta diantar ke sana ke mari, sambil bertanya ini itu… Lumayan tuh jadi guide anak bikin lelah juga.

Bangun-bangun pas terdengar suara Kang Asep yang pegang setir bicara agak gaduh dengan Kang Dedi yang kebagian istirahat, duduk paling belakang.

Saya celingak-celinguk. Bertanya daerah mana ini? Di luar mobil terlihat banyak orang yang dipastikan laki-laki semuanya. Remaja gitu deh sepertinya gak jelas juga karena lampunya tidak begitu terang. Mereka ada yang teriak, ada yang bicara tapi saya gak mengerti. Mungkin mereka menggunakan bahasa daerah setempat.

Kang Asep menghentikan kendaraan ketika beberapa orang menghadang di depan. Dia bilang kita cari selamat saja begitu Kang Dedi di belakang menyalahkan kenapa harus berhenti, bukannya jalan saja terus.

“Umpetin semua barang berharga!” Kata Kang Asep ke ayah Fahmi. Di depan emang ada beberapa hape yang lagi dicharge. Meski gelap kami semua otomatis ngumpetin hp sebisanya.

Sekilas saya lihat jam di hape menunjuk pukul sebelas malam lewat. Belasan orang tahu-tahu gedor pintu kaca. Minta uang. Suami dan Fahmi yang duduk di depan samping Kang Asep saling memeluk, ketakutan. Soalnya dari sisi kiri dan depan itu orang-orang di luar pada mendekatkan wajah ke kaca. Mengintip mungkin karena di dalam kendaraan cukup gelap dan kaca kendaraan juga tidak transparan.

Kang Asep beneran cari aman, ia buka kaca jendela sedikit dan memberikan uang kepada seorang yang menjulurkan tangannya eh, tangan yang menjulur makin banyak. Semua minta…

Dua puluh ribu… Dua puluh ribu… Uang di dashboard habis. “Beak, Di!” Kang Asep menoleh ke belakang.

“Indit weh!… Cilaka atuh kieu mah…”

Wah kaget dan ketakutan kita semuanya. Saya dan Ayu udah mau nangis. Rombongan pecinta alam dari Jawa yang siang hari tadi mulai dari Jakarta sampai Merak saya lihat begitu berani dan gagah semuanya diam tidak berkutik juga.

Dipalak preman dalam kendaraan
Saya duduk samping Ayu, mereka di belakang semua para jagoan, tapi pas ada pemalakan semuanya ketakutan!

 

Kang Asep tutup kaca jendela dan udah tancap gas tapi sambil jaga-jaga takut kalau mobil dirusak mereka. Suara orang di luar semakin keras berteriak-teriak dalam bahasa yang tidak kami mengerti. Sebagian mereka masih mengejar dan menggedor-gedor kaca bagian belakang.

Kang Dedi menyarankan segera lari dari lokasi itu dan cari SPBU terdekat. Sekian lama dihinggapi rasa cemas dan takut akhirnya ketemu SPBU. Di pom bensin Martapura kami “sembunyi”. Minimarket dan SPBU di situ juga ternyata tutup. Sekian lama kami berdiam sambil dihinggapi berbagai macam pikiran. Setelah yakin tidak ada yang mengikuti, beberapa orang yang duduk belakang saya akhirnya memilih keluar dari mobil.

Melihat mereka sudah lebih santai bahkan ada yang lesehan sambil merokok, saya ajak Fahmi keluar untuk ke toilet.

Saat nyari toilet saya ketemu masyarakat setempat. Eh bukan, ternyata mereka bisa bahasa Jawa kok. Sepertinya orang yang berjualan asongan. Belakangan saya tahu kalau di sana banyak orang Jawa dan keturunannya yang dulu ikut program transmigrasi sehingga fasih berbahasa Jawa meski tinggal di Pulau Sumatera.

Saya tanya warung yang buka dimana ya. Kok sepi sekali. Si bapak itu bilang tidak ada semua udah pada tutup karena kalau lewat jam sepuluh suka ada preman yang suka malak pada keluar.

Kami sementara memilih diam di lokasi SPBU yang cukup terang meski para lelaki berbisik-bisik katanya curiga karena dekat tiang listrik di pojokan ada 2 orang mencurigakan mengintai kami. Mereka kami intip seperti memperhatikan kendaraan kami. Sopir memang mematikan mesin lampu dan AC setelah tiba parkir di lokasi dan memerintahkan kami buka sedikit jendela. Biar udara lancar.

Perjalanan masih jauh. Kang Dedi bilang menuju kota terdekat ke Muara Enim itu hutan belantara sepanjang jalan. Kang Asep pun memilih istirahat. Tidak menutup kemungkinan jalan selanjutnya akan ada lagi preman seperti itu tadi. Masalah bukan uang yang mereka minta tapi keamanan kami.

Lagian kalau sekali dipalak puluhan sampai ratusan ribu, sopir uang darimana?

Denger-denger dari masyarakat setempat yang ternyata pada pandai berbahasa Jawa itu, lokasi sepanjang jalan lintas Sumatera itu kalau siang aman karena memang polisi juga berpatroli. Tapi lewat jam 10 malam itu preman baru pada bermunculan.

Oalah, masalah ekonomi, kekurangan lapangan kerja, minim akses informasi dan rendahnya tingkat pendidikan benarkah itu yang memicu mereka selalu berbuat anarkis seperti itu? Mencari nafkah dengan jalan ilegal?

Berharap aparat keamanan setempat cepat tanggapi keluhan masyarakat yang lewat jalan lintas Sumatera ini. Karena saat kami “sembunyi” di SPBU Martapura, ada juga kendaraan lain yang senasib bernomor polisi H dan B. Mereka eh para sopirnya yang ngumpet di musola memberitahukan permasalahan yang sama. Dipalak preman di sekitar Martapura juga.

Pengalaman dipalak preman di sekitar jalan lintas Sumatera
Tangkap layar dari google maps sedapatnya daerah Martapura Sumatera Selatan

Katanya di perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan itu memang sering terjadi aksi premanisme seperti itu. Yang disasar kendaraan berpelat nomor luar daerah. Benar saja, korban yang bercerita di pom bensin itu juga sedan dari Jakarta (B) Inova dari Semarang (H) dan dua truk muatan kayu serta satu bak terbuka dari daerah menuju Palembang.

Yang dua truk itu lebih kasihan, selain minta uang (dikasih juga oleh sopirnya) eh, hp mereka yang disimpan di dashboard pun diambil pula.

Modus di sana katanya ada yang menggunakan perempuan sebagai pemancing. Setelah kendaraan berhenti baru muncul rombongan preman yang sebenarnya.

Dulu, lebih sadis lagi, jalan dihalangi. Kendaraan digiring ke perkampungan yang mana seluruh penduduk kampung itu berprofesi pemalak seperti itu. Baru bisa keluar setelah semua barang berharga mereka dapat. Huwaaa… Gak kebayang kalau pas lewat perbatasan itu tadi kejadian lebih buruk menimpa kami.

Gak kebayang kalau semua carrier dan perlengkapan naik gunung kami harus diambil paksa. Gak kebayang kalau kami tidak bisa keluar dengan sehat dan selamat…

Kendaraan saksi bisu saat dipalak preman di Martapura
Kendaraan ini jadi saksi bisu saat kami dipalak preman. Bersyukur kami selamat dan tetap berdoa untuk keselamatan semuanya. Sebelum mendaki, berdoa mulai…

 

Kang Asep dan Kang Dedi sopir kendaraan kami juga bilang biasanya tengah malam itu kalau bawa rombongan pendaki menuju Jambi, masih di kapal Ferry. Jadi pas di perbatasan itu siang hari. Itu relatif aman karena sekitar perbatasan ada polisi jaga. Sedangkan kebetulan rombongan kami ini jam sebelas lewat justru malah melewati perbatasan. Meski ada pos polisi ya sudah kosong. Jadi para preman itu kesempatan untuk melaksanakan aksinya.

Semoga pemerintah cepat tanggap menindak kejadian pemalakan di jalan seperti ini. Ga ada polisi boleh pakai penjagaan TNI, mungkin? Soalnya aksi menakutkan dan bikin trauma ini bukan dialami hanya oleh kendaraan rombongan saya saja, tapi malam itu saja yang berhasil saya temui dan ajak ngobrol ada lima kendaraan lain yang bernasib sama. Dipalak di daerah Martapura, perbatasan Lampung dan Sumatera Selatan.

 

34 thoughts on “Dipalak Preman di Sumatera Selatan”

  1. haduuh bacanya aja udah ikut seram Teh, gimana saat kejadian itu, apalagi bawa Fahmi yang masih kecil ya, pasti was-was pake banget ya Teh.
    Semoga kedepannya gak ada kejadian seperti ini lagi ya disana dan dimana pun juga sih 🙁

    Reply
  2. Kata keluarga daku memang sebisa mungkin menghindari lewat sana pas malam. Kalau pun nyerempet mau malam sebaiknya rombongan, jangan sendirian

    Reply
  3. Saat membaca ceritanya, saya jadi membayangkan suasananya saat itu, Mbak. Pasti diliputi rasa was-was ya, Mbak.
    Jadi memang, biar aman, jalalnnya pagi sampai siang. karena kalau malam ini, ya selama belum ada cara mengatasi masalah preman ini, maka akan terus ada pemalakan kendaraan yang melintas di malam hari. Semoga segera ada solusinya. Aamin.

    Reply
  4. Kalau udah kayak gitu artinya pengawasan dari polisi udah enggak efektif. Perlu pendekatan berbeda. Misalnya dengan penyuluhan dan memberi pelatihan keterampilan agar mereka bisa berdaya dan cari uang dengan cara yang halal dan legal. Moga saja hal tsb ga hanya jadi perhatian polisi setempat tapi juga bekerja sama dengan dinsos, dinas perindustrian atau umkm, dinas kesejahteraan rakyat juga

    Reply
  5. Saya jadi teringat dengan cerita perjalanan Bapak saat pulang dari Medan ke Jawa. Dulu Bapak sering menggunakan moda transportasi bus antar kota antar propinsi. Katanya sering dihadang orang tak dikenal saat dalam perjalanan, terutama saat melintas di pinggiran hutan pulau Sumatera. Memang serem yaa.. benar-benar harus berhati-hati. Dan mustinya patroli polisi juga dijadwalkan di malam hari.

    Reply
  6. meresahkan banget ya kak, sering banget denger berita pungli dari preman2 nih, apakah tidak ada efek jera dari pemerintah ya? misal gelar operasi tangkap tangan dengan berpura-pura menjadi supir truk atau angkutan umum gitu, atau mungkin preman tsb di bina agar bisa bekerja setelah diberi pembekalan dan pembinaan,.. yah ini hanya opini saya saya hehe dalam pelaksanaannya mungkin tak semudah beropini 🙂

    Reply
  7. Saya bacanya sampai ikut deg-degan, Teh. Ngeri ya, kalau mengalami secara langsung. Dulu saya juga udah dapat banyak berita tentang rawannya jalanan di Sumatera Selatan, bahkan orang tua juga pernah mengalami kaca bisnya dilempar batu.
    Ngeri ya, seharusnya aparat bisa lebih sigap di daerah rawan tersebut.

    Reply
  8. Suka duka traveling ke daerah yang jauh ya teh. Tapi untungnya rame-rame. Jadi bisa saling membantu dan menjaga. Manas pas tengah malem dan gelap lagi. Alhamdulillah semua selamat.

    Reply
  9. Meskipun satu-dua orang memalak dan di mobil ada banyak orang laki-laki, kadang karena shock, bikin yang banyak itu gak kompak dan pikirannya gak jernih. Ya udah kadang bawaannya pasrah. Itu yang bikin banyak pemalakan macam begini selalu berhasil.
    Kayaknya emang rawan ya jalur Sumatera ini. Semoga jadi perhatian lebih deh dari aparat setempat.

    Reply
  10. Meskipun satu-dua orang memalak dan di mobil ada banyak orang laki-laki, kadang karena shock, bikin yang banyak itu gak kompak dan pikirannya gak jernih. Ya udah kadang bawaannya pasrah. Itu yang bikin banyak pemalakan macam begini selalu berhasil.
    Kayaknya emang rawan ya jalur Sumatera ini. Semoga jadi perhatian lebih deh dari aparat setempat…

    Reply
  11. Ya Allah mbak, aku yang baca aja deg-degan. Itu mengerikan sekali kalau seluruh warganya jadi pemalak semua. kalau semua barang berharga sudah diambil itu, bukan pemalak lagi namanya, perampok.

    Reply
  12. Aku belum pernah lewat jalan lintas Sumatera. Banyak cerita dari teman juga siy tentang jalur ini. Kudu lebih hati-hati ya ternyata karena itu bikin ngeri-ngeri sedap banget. heu heu

    Reply
  13. Seram ya teh, dipalak sama preman, apalagi itu sampai gedor gedor kaca mobil, bikin takut dan pastinya ada rasa deg-degan.

    Reply
  14. Seram ya teh, dipalak sama preman, apalagi itu sampai gedor gedor kaca mobil, bikin takut dan pastinya ada rasa deg-degan. Ini sih parah bngt huhu

    Reply
  15. Padahal dah ada pos polisi, tapi pemalaknya berani malak loh.. emang susah dan ngeri ya mba ngadepin pemalak kaya gitu.. huhuhu

    Reply
  16. aku yang baca aja jadi ikut deg-degan
    jadi inget waktu itu pernah naik kapal dari merak ke lampung, terus gatau mau ke mana karena asing banget dan sepi. akhirnya karena takut balik lagi ke merak

    Reply
  17. Ternyata masih ada ya aksi premanisme yang kayak teror gini… Emang harus dilaporkan sih biar segera ada tindak lanjut dari pihak berwenang. Atau harus diviralkan ya?hehe

    Reply
  18. Wah ngeri juga ya. Memang sih sering denger cerita kalau jalur lintas sumatera ini memang rawan dengan kriminalitas.

    Reply
  19. Wuihh serem ya mba klu ada palak-palakan gitu dan mengancam jiwa. Memang masih rawan ya di jln lintas Sumatra. Semoga skrg S
    sudah aman. Aamiin

    Reply
  20. Syukurlah, meski uang melayang tapi nyawa selamat. Ngeri memang kalau ada preman di jalan. Suamiku pernah tinggal 5 tahun di Bengkulu katanya pernah kena juga saat di jalan, uang kepalak preman. Nah, maka waktu kami roadtrip Sumatera Des 2019 lalu begitu malam kami usahakan ga lagi di jalan. Sudah lewat kota atau masuk penginapan.

    Reply
  21. cerita seperti ini sudah lama saya ketahui mba
    bahkan sejak kecil
    karena keluarga sering bepergian ke jawa
    jadi kalau dari padang harus melewati sumsel
    dan memang disejumlah tempat ada kejadian seperti ini
    makanya bus bus kalo berangkat selalu berombongan
    bahkan ada yang memang menyediakan uang tuk pemalak tersebut supaya tidak diganggu

    Reply
  22. cerita seperti ini sudah lama saya ketahui mba
    bahkan sejak kecil
    karena keluarga sering bepergian ke jawa
    jadi kalau dari padang harus melewati sumsel
    dan memang disejumlah tempat ada kejadian seperti ini
    makanya bus bus kalo berangkat selalu berombongan
    bahkan ada yang memang menyediakan uang tuk pemalak tersebut supaya tidak diganggu

    Reply
  23. Mbak saya baca pengalamannya ini juga ikut merasa ngeri eh tapi pengen ngakak juga pas baca keterangan foto (mereka yang di belakang para jagoan tapi pas ada pemalakan pada takut semua)

    Eh tapi emang kondisinya ngeri banget ya bukan di daerah sendiri pula. Untungnya waktu dipalak itu premannya cuma ambil uang dan nggak melakukan tindakan jahat lainnya yang lebih mengerikan dan syukur pula Mbak dan rombongan bisa selamat.

    Yah semoga tulisan ini dibaca sama polisi atau aparat yang bertugas di daerah sana biar bisa segera ditangani

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics