Koki Gunung Indonesia Bikin Bangga

Keanekaragaman wisata alam Indonesia

“Ayi Li, wo xiangnian ni de chaofan. Women shenme shihou zai luying?”

Kata Chan Yi An melalui pesannya di sosial media. Ada rasa bahagia, haru, sedih sekaligus kangen menyeruak terhadap gadis usia lima belas tahun itu setelah membacanya.

Sudah hampir sepuluh tahun saya dan Ian berpisah. Kami komunikasi lewat sosial media. Dulu saling tanya kabar melalui perantara ibunya. Sekarang ia punya akun sosial media sendiri.

Saya biasa memanggilnya Ian. Kakaknya beda tiga tahun dengan Ian, namanya Idong. Ian dan Idong adalah anak yang saya rawat ketika bekerja di Taiwan. Saya lebih dekat dengan Ian karena sejak lahir hingga masuk TK ia saya urus. Orang tuanya, alias majikan saya, bekerja sebagai pramugara dan pramugari. Anak-anak dan rumah jadi tanggung jawab saya. Alhamdulillah majikan sangat baik sehingga saya bisa bebas mengatur dan mengerjakan semuanya saat majikan tidak ada di rumah.

Dan saya sangat senang ketika Ian kirim pesan mengatakan kalau ia kangen nasi goreng buatan saya seperti yang pernah saya buat ketika kemping.

Koki gunung
Logistik seadanya, masak di gunung yang simpel dan praktis saja. Seperti nasi goreng yang sudah dikenal dunia

 

Majikan saya memang sangat menyukai kegiatan tradisional dan hal yang berbau alam. Setiap bulan keluarganya selalu menyempatkan kemping di pegunungan. Saat kemping itu saya iseng buat nasi goreng. Secara kalau di gunung bahan logistik serba minim, dong. Ternyata anak-anak malah suka dan jadi ketagihan. Istilah koki gunung shandi chushi pun mereka sematkan untuk saya, dengan alasan masakan saya di gunung enak. Padahal sih enak tuh karena kondisi mereka sedang lapar dan kelelahan, hehehe…

Dulu, kalau mendapatkan jadwal terbang ke Jakarta, Surabaya, atau Denpasar majikan mendapatkan waktu istirahat sehari semalam. Sambil menunggu jadwal penerbangan selanjutnya, biasanya majikan menghabiskan waktunya dengan mengunjungi lokasi wisata alam terdekat atau eksplorasi lokasi wisata sekitar hotel tempat menginap. Majikan terang-terangan menyukai keanekaragaman wisata alam Indonesia. Ia kadang suka menyesali kenapa hanya punya waktu istirahat sehari semalam. Karena menurutnya, kalau waktunya lebih lama ia akan lebih leluasa untuk keluyuran menikmati berbagai wisata alam di Indonesia.

“Yindunixiya feichang fuyou. Wei ziji shi yin du ni xi ya ren er zihao…” majikan mengatakan kalau Negara Indonesia itu sangat kaya. Saya harus bangga jadi orang Indonesia.

Bangga jadi WNI
Rasa patriotisme dan bangga jadi WNI semakin besar ketika berhasil melakukan upacara peringatan proklamasi kemerdekaan RI ke 74 di Puncak Indrapura, Gunung Kerinci, gunung api tertinggi di tanah air. Ini upacara di puncak gunung terakhir sebelum pandemi

 

“Indonesia itu sangat indah. Senang pastinya kamu jadi Yinni ren,” majikan nyaris selalu berkata demikian manakala melihat berita keanekaragaman wisata alam Indonesia ada di tanah air.

Sepulangnya dari rantau, saya yang sejak sekolah aktif di Pramuka dan suka kegiatan alam memiliki banyak kesempatan untuk mendaki gunung. Kebetulan suami pun suka melakukan pendakian. Momen indah seperti itu tidak lupa saya share kepada majikan. Mereka sangat antusias. Berharap bisa menjajakan kaki di setiap gunung yang sudah saya sambangi.

“Women xianmu ni. Yuanlai Yindunixiya de ziran luyou duoyang xing feichang duo.” Keluarga majikan bilang mereka iri dengan kami dengan keanekaragaman wisata alam Indonesia yang sangat banyak.

Memang sih, di mata majikan dan keluarganya, negara Indonesia itu memiliki banyak kelebihan, khususnya dalam keanekaragaman wisata alamnya.

Saya pun berpikir demikian. Tidak salah Tuhan memberikan kekayaan alam yang melimpah, kecuali untuk kita kelola semaksimal mungkin untuk diambil manfaatnya secukupnya dan tidak merusaknya.

Kita harus bangga masih memiliki hutan dan gunung yang masih terus diupayakan kelestarian dan ekosistemnya. Lebih baik terlambat menjaga dan melindung hutan daripada tidak sama sekali sehingga menimbulkan kerusakan, bukan?

Indonesia memang sangat kaya. Saya termasuk beruntung dan bangga memiliki hobi mendaki gunung dan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari keluarga. Meski saya suka pantai dan jalan di mall tetapi saya keukeuh lebih memilih gunung. Kenapa?

Karena di gunung kita sudah bisa sekaligus menemukan semua keanekaragaman wisata alam Indonesia. Keanekaragaman kuliner, flora, fauna, dan keanekaragaman budaya. Lengkap, buy one get four!

Kuliner gunung

Di gunung kita bisa menemukan keanekaragaman pangan lokal Indonesia. Banyak hasil hutan yang bisa diolah jadi makanan lezat bahkan jadi kuliner favorit para food hunter.

Sagu, tengkawang, rebung, madu, dan rempah-rempah adalah bahan makanan enak dan berkhasiat yang dihasilkan dari hutan.

Diversifikasi pangan adalah kunci ketahanan pangan. Dengan mengolah sagu menjadi camilan kekinian dengan packaging yang menarik tidak hanya ikut melestarikan sagu itu sendiri sebagai bahan pangan tapi juga meminimalisir rasa bosan dengan olahan sagu yang masih tradisional atau itu-itu saja.

Keanekaragaman wisata kuliner Indonesia yang bikin bangga
Sagu diolah jadi makanan kekinian, bakso contohnya. Sumber kompas.com

 

Kuliner lezat saat mendaki
Saat mendaki gunung bukan berarti hanya bisa makan mi instan dan minum air dari mata air. Tapi bisa buat kuliner kekinian sehingga pendaki gunung Indonesia juga bisa bikin bangga

 

Gunung dan flora

Di hutan-hutan Indonesia kita bisa menemukan keanekaragaman flora Indonesia. Dari sekitar 8.000 spesies tumbuhan milik Indonesia, beberapa sudah sangat langka dan dilindungi seperti bunga bangkai, Rafflesia Arnoldi, Edelweiss Jawa, berbagai jenis anggrek khas tanah air, kantong semar, damar, acung jangkung, cendana, sampai purwaceng.

Menjaga dan melindungi flora Indonesia sudah pasti itu kewajiban kita sebagai warga negara yang baik.

Purwaceng, flora Indonesia yang tumbuh di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah
Purwaceng tumbuh di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah. Khasiatnya yang unik dan tidak banyak ditemukan di daerah lain membuat tanaman ini bikin bangga Indonesia. Sumber kompas.com

 

Edelweiss Jawa bikin bangga Indonesia
Edelweis flora khas pegunungan. Mari kita jaga dan lestarikan

 

Gunung sebagai habitat fauna

Fauna alias binatang di tanah air sekitar 2.215 spesies yang sudah teridentifikasi. Terdiri dari mamalia, reptil, burung, dan aneka jenis kupu-kupu.

Saat naik gunung, pendaki yang istimewa (karena tidak semua pendaki bisa mengalami) bisa bertemu dengan fauna Indonesia seperti harimau, rusa, babi hutan, berbagai jenis monyet, berbagai jenis burung, golongan reptil seperti ular, tokek, kadal, biawak, bunglon, trenggiling dan lain-lain termasuk jenis ikan air tawar.

Menjaga dan melindungi fauna Indonesia sudah pasti jadi kewajiban kita, tidak hanya kepada hewan yang dilindungi tapi semua binatang sebagai mahluk hidup dan pelaku proses rantai makanan.

Keanekaragaman Fauna Indonesia yang bisa ditemui saat mendaki gunung.
Para pendaki gunung kerap bertemu dengan hewan khas seperti babi hutan. Biasanya pendaki sering mengalami seperti di Gunung Cikuray, Kabupaten Garut, Jawa Barat

 

Gunung tempat melestarikan tradisi dan budaya

Banyak keanekaragaman budaya Indonesia yang bisa kita temukan di gunung seperti upacara adat Kasada yang dilakukan setiap tahun oleh Suku Tengger di Bromo Jawa Timur.

Atau masyarakat lereng Gunung Merapi yang mempunyai tradisi secara turun temurun Sedekah Gunung. Dimana dalam tradisi ini, masyarakat memberi sesaji kepada penguasa Gunung Merapi.

Keanekaragaman budaya di Indonesia bikin bangga
Masyarakat Suku Tengger melakukan upacara Kesodo, di Gunung Bromo. Meski bau belerang menyengat, mereka tetap melakukan ritual secara khidmat. Sumber kompas.com

 

See, dari gunung saja kita bisa menemukan banyak sekali keanekaragaman wisata alam Indonesia. Tidak salah kalau majikan saya selalu kagum dengannya. Dan kita, sebagai warga negara Indonesia, tidak hanya cukup dengan kata bangga. Tapi harus ada tindak lanjut sehingga keanekaragaman wisata nusantara ini tetap lestari, terjaga dan membanggakan.

Wisata gunung mencakup kuliner, flora, fauna dan budaya
Jangan ngaku jadi pecinta alam kalau masih buang sampah sembarangan. Bikin bangga itu kalau kamu buang sampah pada tempatnya

 

Sekarang banyak orang yang mendaki gunung tapi hanya meninggalkan sampah dan kerusakan alam. Tidak lagi memikirkan bagaimana menjaga lingkungan hidup sebagai kontribusi dalam memelihara keanekaragaman wisata yang ada di Indonesia.

Padahal, tidak harus punya julukan pecinta alam, dengan langkah kecil yang siapapun bisa melakukannya itu sudah bisa ikut menjaga kelestarian hutan, yang otomatis sekaligus ikut melestarikan keanekaragaman kuliner, flora, fauna, dan keanekaragaman budaya yang ada di dalamnya.

 

Langkah kecil melestarikan hutan yang bisa kita lakukan:

  • Tidak buang sampah sembarangan di hutan. Kalau membawa bekal, pakai wadah pembungkus yang ramah lingkungan. Sediakan kantong sampah sendiri.
  • Tidak menebang pohon, kalaupun harus, pilih batang sekunder bukan pohon utama.
  • Mendukung gerakan penghijauan atau reboisasi. Meski tidak menanam pohon sendiri secara langsung, bisa ikut berdonasi dan pihak lain yang melakukannya.
  • Melindungi dan menjaga habitat hutan.
  • Ikut mencegah kebakaran hutan.
  • Tidak mencoret-coret pohon di hutan.
Hutan Indonesia bikin bangga
Eksplorasi Hutan Gunung Tujuh bersama anak dan suami

 

Berwisata tanpa merusak alam di kalangan para pendaki memang susah-susah gampang. Moto yang berbunyi jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali tapak kaki dan jangan membunuh apapun kecuali waktu, itu hanyalah slogan semata karena pada kenyataannya masih banyak kita temukan kerusakan di sana sini.

Padahal jika dipahami, berwisata tanpa merusak alam itu hakikatnya sudah ikut melestarikan. Tanamkan budaya mipit kudu amit, ngala kudu mentah atau (artinya ambil apapun mau kecil ataupun besar tetap harus minta izin lebih dulu) dengan disiplin menanamkan budaya tersebut kita sudah ikut menjaga lingkungan.

Melestarikan lingkungan hutan menjaga wisata alam Indonesia

 

Terlepas dari kekurangan negara +62 dalam menjaga keanekaragaman wisata alam Indonesia ini, Ama (ibu majikan) juga Akong (ayah majikan) pernah mengatakannya secara langsung, kalau sejak Taiwan diperkenankan memperkerjakan tenaga kerja asing mereka lebih memilih tenaga kerja dari Indonesia.

Ramah, rajin dan ulet jadi salah satu alasan mereka meski di segi bahasa dan pendidikan, jauh kalah dibanding tenaga kerja dari Philipina, Vietnam atau Thailand.

Orang Indonesia sendiri terkenal dengan keramahan dan sopan santunnya. Saya yang pernah kuli di sana sebagai koki gunung kurang bangga apalagi jadi orang Indonesia, coba? Jadi pekerja migran Indonesia saja bisa bikin bangga, apalagi kamu…

 

95 thoughts on “Koki Gunung Indonesia Bikin Bangga”

  1. Saya selalu kagum dengan orang-orang yang menyukai kegiatan di alam, termasuk naik gunung. Jadi ingat, saya jatuh cinta sama suami juga karena itu salah satunya he he. Kalau saya pribadi, memang suka pergi ke gunung, tapi bukan yang mendaki ekstrem gitu ya. Apalagi sampai nginap2 di gunung yang sepi dan gelap hihi. Lebih ke mendaki ala turis aja, yang ga susah dan repot :))

    Ohiya teh, itu majikannya yang dulu, apa sudah pernah liburan sampai lama keliling Indonesia?

    Aku bangga padamu teh 🙂
    Ramah, berani, dan pinter masak nasgor :))

    Reply
    • Sudah Mbak. Saya dan keluarga pernah diajak liburan ketika keluarga majikan liburan agak lama di Bali. Kami ketemuan di sana. Majikan anaknya, juga Ama dan Akong ikut. Saya bawa Fahmi dan suami…
      Andai tidak ada pandemi, mereka mu ke Kerinci dan Danau Gunung Tujuh

      Reply
  2. Salut teh sekeluarga bisa kompak naik gunung. Pengalaman-pengalaman yang terjadi ketika naik gunung memang memberi banyak pelajaran hidup. Kadang saya juga ingin melihat Indonesia dari atas awan.

    Reply
    • Kangeen melihat pemandangan negeri di atas awan, semoga saja pandemi beres.
      Ingin melihat dan memaknai kembali hidup yang alam berikan.
      Teteeh, tok..tok..Mau nasgornya atulaah.

      Reply
  3. Wahh seru banget bisa kerja di Taiwan dan bisa jalan-jalan menikmati alamnya yang kaya..
    saya dari dulu juga pengen banget mendaki naik gunung, sampai sekarang belum kesampaian 🙁

    Reply
  4. Mbak-nya keren suka naik gunung. Aku pengen deh nyoba sekali-kali naik gunung. Dan aku setuju, harusnya kita bangga menjadi warga negara Indonesia. Indonesia itu indah sekali, bahkan negara lain saja iri pada negara kita.

    Reply
  5. Teh Okti suka mendaki gunung ternyata duh mupeng deh jadi kangen masa masa kuliah dulu. Indonesia ini kaya akan budaya dan alamnya yang indah ya, sebagai generasi sdh tanggung jawab ntuk melestarikan nya

    Reply
  6. Betul sekali mbak, ketika sedang di alam kita harus selalu menjaganya. Kembali memunguti sampah yang kita hasilkan, dan nggak memetik bunga atau tanaman sembarangan.

    Kadang pendaki tuh tangannya pada jahil, lihat bunga cantik dipetik dibawa pulang. Mereka nggak sadar sedang merusak alam. Eh, tapi mereka malah bangga bawa tanaman itu ke rumah. Sedih sekaligus miris. Semoga dengan tulisan ini semakin banyak pendaki yang aware akan pentingnya menjaga alam kita.

    Reply
  7. Semoga tulisan Mbak ini banyak dibaca oleh para pendaki, khususnya kalangan muda-mudi yang biasanya mendominasi kegiatan hiking. Yang saya paling tidak suka adalah ketika mereka (para pendaki) mendaki gunung, tujuannya hanya untuk mencari konten dan keperluan menghiasi ruang media sosial dengan foto2 atau video agar feeds estetik, tapi acuh dan tidak peduli dengan sampah yang mereka bawa ke atas gunung.

    By the way, kayaknya kalau lagi di gunung semua orang bisa jadi Koki ya dan kayaknya masakan apa pun jadi terkesan lebih nikmat dan lezat karena butuh perjuangan mendaki sebelumnya. Hehehe…

    Saya sendiri baru 2 kali mendaki gunung. Semoga masih diberi umur panjang untuk bisa menyambangi gunung-gunung indah lainnya. Aamiin.

    Terima kasih tulisannya, Mbak.

    Salam hangat.

    Reply
  8. masya allah setelah disuguhi PON tentang segala hal di papua kini disuguhi alam Indonesia. ya allah seindah itu negeriku.

    aku pun bangga mbak jadi orang Indonesia hiks tapi sedih dg aturan pihak pembuat kebijakan yg bikin ngenes.

    membaca tulisan mbak jadi kayak oase.
    terima kasih mbak. kami tahu, merrka yg pernah diluar indonesia tentu akan rindu dg tanah yg gemoah ripah loh jinawinini

    Reply
  9. Keren banget kak, wanita tapi suka naik gunung. Saya pernah coba ke baduy dalam doank yang mana itu hanya bukit, tapi udah trauma enggak mau lagi. Cape….plus waktu itu tiba-tiba hujan. Tapi emang pas ada di atas bukitnya bagus banget.

    Reply
  10. Keren banget kak, wanita tapi suka naik gunung. Saya pernah ke Baduy Dalam, dan trauma dan enggak mau lagi padahal cuma mendaki bukit. Cape banget, apalagi waktu itu tiba-tiba hujan. Tapi emang pas di atas bukit seneng banget bisa lihat pemandangan yan indah.

    Btw saya baru tau bakso yang dibikin dari sagu.

    Reply
  11. Akutuh pengen naik gunung tapi takut fisikku gak cukup kuat dan malah ngerepotin oraaang, jadi sampe skrg belum pernah nih. Lebih suka ke pantai dan curug gt loh hehehe. Padahal kalo liat orang2 naik gunung kok kayak seru banget sihh, indah bgt pemandangannyaaa.

    Reply
  12. Aduh Teh..saya jadi kangen kemping deh baca tulisan Teteh ini. Iya..saya blm pernah mendaki gunung sih, cuma saat SMA sering kemoing dg teman2 pramuka.. sungguh kenangan berkesan..

    Reply
  13. orang-orang rantau baik di dalam negeri atau pun di luar negeri emang mayoritas ulet dan gigih ya mba, harus tahan banting biar bisa survive, aku pun udh belasan tahun merantau merasakan hal demikian. Wahhh, salut sama kamu mba yg udh bisa menaklukan gunung kerinci! aku naik gunung ijen yang katanya landai aja engap udah kaya mau pingsan ahhahah

    Reply
  14. belom pernah naik gunung banget, cmn hiking tipis-tipis di curug, bogor. Soalnya saya agak asma ya, ngos-ngosan naik gunungnya. Kalau (maaf) kebelet eek, gimana teh?

    Reply
    • Di gunung setiap shelter ada mck meski sederhana dan kadang kotor karena ulah tangan tidak bertanggung jawab. Kalau mau sendiri cari tempat aman dan kubur sehingga tidak menimbulkan masalah buat pendaki lain

      Reply
  15. MasyaAllah teh, inspiratif sekali cerita tentang nasi gorengnya. memang ya nasi goreng orang indonesia itu dikangenin sama ornag luar hihih, saya juga pernah menyajikan nasi goreng ke obaachannya anak anak di Jepang, mereka suka. Furai gohan oishii ceunah, ya Allah padahal gitu gitu aja yaa hehe

    barakallah teh, orang baik memang akan ketemunya sama orang baik. senang banget ama dan akongnya masih inget teh Okti begitu juga anak anaknya. senang bacanya.

    Reply
  16. Wah, kalau lihat foto2 begini jadi kangen jalan lagi ke alam ya. Udah dua tahunan aku gak jalan nih. Sebenernya mah kalo ke alam insyaallah aman ga ketemu coronces ya, tapi entah kenapa masih merasa lebih aman ada di rumah

    Reply
  17. Berwisata tanpa merusak alam, seringkali berat untuk dilakukan. Tapi dengan konsisten, yakin pasti bisa. Aku kaget pas tahu di suatu gunung ada sekian banyak sampah yang ditemukan. Duh.. Wah teh Okti baik banget ni saat kerja d rantau, sampai jadi koki gunung bagi anak-anak lucu itu.

    Reply
  18. Keren nih mba Okti pasti bahasa mandarinnya jago. Saya itu seneng sebenernya kemping cuma ya itu kadang ga suka ribetnya. Ingin bisa kayak mba okti yang menikmati suasana kemping outdoor.

    Reply
  19. Keindahan Indonesia memang tiada tara yaaa mba. AKu juga angat menikmatinya dan bangga karenanya. Btw, rajin juga mendaki gunung yaaa mbaaa. Keren.. semoga gunung – gunung kita selalu terjaga keindahan dan kebersiahannya yaa.

    Mba, aku setiap mau klik box komentar ini kok ada halaman baru yang terbuka juga seperti pop up gitu yaaa.. menawarkan hadiah sebagai pengguna Chrome ke sekian..

    Reply
  20. Lihat foto-fotonya jadi kangen tracking bareng anak-anak. Sebelum pandemi paling nggak setahun dua kali kami sempetin bawa anak-anak ke gunung, menikmati cuaca dan floranya, sekaligus melatih anak-anak lebih mandiri. Huhuhuu rindu gunung 🙁

    Reply
  21. Baca kalimat dalam bahasa Mandarin, saya galfok dan jadi teringat waktu les Mandarin zaman sekolah. Dan ternyata masih bisa mengartikan separuh kalimat. “Saya kangen nasi gorengmu.” Ternyata baca di paragraf bawahnya bener begitu artinya.

    Duh, mbak Okti nih pengalamanya berlimpah ya.. selalu suka baca cerita pengalaman hidupnya. Seru.

    Reply
  22. Jangan remehkan koki gunung donk, secara kiprahnya yang luar biasa dan diingat terus dan dikangenin nasi gorengnya. Tentunya bikin bangga seorang majikan melihat koki gunung yang pandai masak asal Indonesia.
    Dan selalu seru ya Teh kalo dah main ke alam tuh, bikin nagih, menyatu dengan alam dan sang pencipta rasanya nyesss.

    Reply
  23. Baru tau saya kalau Teh Okti itu dulunya kerja di luar negeri. MasyaAllah. Dan saya juga gak nyangka menu nasi goreng juga bisa dimasukin pas lagi kemping. Hihi apa aja bisa sebenarnya. Nanti coba juga ah. Kebetulan suami saya juga seneng bikin tenda di batu kuda. Jadi mba bisa bahasa Mandarin yaa itu? Keren

    Reply
  24. Masya Allah keren pengalaman Teh Okti itu, punya majikan baik karena kitanya juga bisa menempatkan diri menyesuaikan diri ya…. Btw beneran Indonesia itu indah banget pernah snorkling di Thailand kekayaan dan pemandangan lautnya Indonesia jauh lebih indah .

    Reply
  25. Salut dengan Teh Okti, pengalamannya banyak. Suka takjub sama pendaki gunung, selain berani berpetualang juga takjub dengan pengalamannya eksplor keindahan alam. Dari dulu Indonesia memang tersohor kemana2 karena keanekaragaman yang dimilikinya. Dan inilah yang membuat negara lain berusaha mengambil paksa apa yang dimiliki Indonesia. Dengan keanekaragaman ini, jelas membuat kita bangga menjadi warga negara Indonesia.

    Reply
  26. Teh Okti….
    Artikel ini “bernyawa” sekaliii

    dikau menuliskannya pakai hati bangeett
    aku bacanya ikut bangga, terinspirasi dan aaakkk, kok jadi pengin ikuti jejak Teh Okti 😀

    Reply
  27. seru ya Mba bisa ke gunung ama keluarga dan teman2. Yah, aku juga suka sebel kalo lagi ke tempat air terjun atau sungai yang masih di dalam hutan, tapi bnayak smapah bekas makanan berserakan, padahal kan bisa kita bawa pulang yah

    Reply
  28. MashaAllah~
    Dengan begini, aku jadi tahu orang Indonesia di mata orang asing.
    Teh Okti semangatnya memang luar biasa. Salut dan kedekatan dengan alam melalui hiking ini keren banget.

    Reply
  29. Jadi ngebayangin di gunung yang hawanya dingiiiin, makan mie kuah, nasi goreng atau bakso, dimakan anget2, wuuah nikmatnya!
    Keren nih mbak Okti, suka naik gunung sampai kemping juga. Aku cuma pernah ke gunung Bromo dan Ijen aja, itu juga sudah ngos-ngos an jalannya hahaha

    Reply
  30. Mba saya langsung buka terjemahan pas baca kalimat pertama. Begitu liat terjemahan kalimat pertama saya ngerti, tapi begitu masuk kalimat tanyanya bingung.. ini nih terjemahannya “a一l i, aku rindu nasi gorengmu. Kapan wanita syuting?” lalu saya menerka-nerka artinya.. mungkin maksudnya kapan kamu buat lagi ya? dan ternyata saya salah… hahahah…

    tapi memang seru ya, Mba kulineran simple di gunu. Saya jadi inget dulu saya malas makan karena masaknya pakai parapin. Udahnya naik gunung lemen. trus disuruh ngunyah bawang putih atau coklat. Saya lebih memilih coklat.. hahaha.. tapi keren mba okti tahun lalu naik ke kerinci. Saya mungkin skrg kalau diajak teman2 naik gunung belum tentu sanggup.. hahaha.. keberatan badan..

    Reply
  31. seru yaa kalau bisa camping sama anak2, jadi mereka juga bisa belajar banyak hal tentang alam. mantan majikan yg di Taiwan walau kerjanya pergi2 gitu tapi suka luangin waktu buat anak2 jg ya Mbak.

    btw bacanya terharu pas dibilang harus bangga karena dr Indonesia. memang negara kita nih banyak banget ya ragam budaya dan berlimpah jg hasil kekayaannya

    Reply
  32. Mendaki gunung adalah salah satu aktivitas yang belum pernah saya lakukan. Tetapi melihat orang yang suka melakukannya suka kagum. Mereka adalah orang2 yang kuat dan pantang menyerah. Rumah saya juga di kaki gunung, tapi kalau berkunjung ke sana sampai lerengnya aja menikmati indahnya pemandangan sambil kuliner pecel pakis yang menjadi makanan khas daerah gunung di tempat saya.

    Reply
  33. Seru banget ya aktivitas yang dekat dengan alam. Menjelajah gunung memang membawa atmosfer yang beda. Bikin kita menyadari betapa kecilnya kita dan betapa agungnya sang pencipta.

    Reply
  34. Diriku termasuk juga main ke gunung kak, terutama di Kalimantan Barat. Sekali kali boleh lah mampir, disini juga cukup banyak kawasan masyarakat yang berupaya untuk melindungi daerahnya terutama hutan.

    Reply
  35. Kalimantan Barat juga dipenuhi dengan daerah-daerah yang berlatar gunung. Memang kalau jalan-jalan daerah gunung sangat kusukai, karena didaerah tersebut sangat sejuk dan segar.

    Reply
  36. Jadi kangen ke Bromo deh. Terakhir ke sana tuh saya malah keasikan menghayati ‘berkuda’. Pas ditawarin mas pemandu kuda untuk naik gunung, nafasku udah ngos-ngosan. So hanya melihat pemandangan di kaki gunungnya aja deh.

    Reply
  37. Beberapa kali mendampingi siswaku berkemah saat ada kegiatan pramuka, duh senangnya. Walaupun kadang berkemahnya bukan di gunung karena lebih seringnya berkemah di lapangan tetapi tetap asyik.
    Sebagai warga Indonesia pastinya kita wajib berbangga dengan keanekaragaman dan keindahan alam negara kita. Masa orang luar lebih bangga sama negara kita sih, kan malu.

    Reply
  38. Aku selalu suka kalau Teh Okti cerita tentang pengalaman semasa di Taiwan…Salut padamu, Teh. Dan jadi miris karena kadang orang luar lebih kagum pada negara kita dibandingkan dengan sebagian dari kita yang malah enggak bangga akan negerinya.
    Btw, jadi penasaran dengan nasgor Teh Okti nih hihihi

    Reply
  39. Dulu pernah bareng teman-teman naik gunung seru banget, masak di alam terbuka dan di ketinggian membawa sensasi tersendiri. Keren deh mbak Okti dan keluarga bisa hiking bersama-sama

    Reply
  40. Keren Teh bahasa Taiwan lancar ya, masih berkomunikasi juga dengan anak majikan yang diasuh dulu, obat rindu banget.. Indonesia memang indah ya bersyukur bisa jadi orang Indonesia

    Reply
  41. Salut aku mba merantau ke Taiwan dan sering naik gunung juga. Terbayang strong sekali. Aku mikirnya kalau ke gunung ya makan seadanya kayak masak mi, telur, haha. Ternyata malah harus bikin bangga ya masak makanan Indonesia lah setidaknya. Biar ga itu2 aja masakan gunungnya. Duh jadi melow pas anak mantan majikan bilang kangen nasgor buatan mbak

    Reply
  42. aku selalu ingin mengajak anak-anakku ke gunung, karena ke gunung mereka akan belajar keteguhan hati, kesabaran dan menjaga lingkungan. semoga saja pandemi ini segera berlalu dan keinginanku ini terwujud..
    duh.. makin ingin lihat foto mbak Okti sama anak-anak itu..

    Reply
  43. Keluarga saya juga senang naik gunung,Teh. Gunung terakhir yang kami daki bersama sebelum pandemi yaitu Gunung Ceremai.
    Persoalan sampah memang ngegemesin bin kesel ya, Teh. Kesel aja kenapa masih suka ada yang ninggalin sampah di gunung. Tapi sekarang sudah mulai diperketat ya, kalau ada pendaki yang turun gunung harus memperlihatkan sampah yang mereka bawa turun.

    Reply
  44. Selalu bangga dengar cerita-cerita teman teman yang pernah ke luar negeri yang bisa memperkenalkan budaya dan kuliner Indonesia.
    Apalagi kalo orang luar negerinya suka sama kita ya….
    Terima kasih sharing ceritanya teh Okti…
    terhura juga saya mbacanya

    Reply
  45. Wah makin bangga dengan kekayaan alam Indonesia! Orang Taiwan aja terkagum-kagum yah apalagi kita yang tiap Hari tinggal di Indonesia perlu banyak bersyukur.
    Btw, jadi penasaran gimana Nasi goreng buatan Chef Okti.

    Reply
  46. Indonesia punya keanakaragaman wisata alam yang banyak & indah makanya selalu digemari juga oleh orang luar negeri ya. Oh aku baru tau kalau di luar banyak yang menginginkan tenaga kerja Indinesia karena alasan itu meskipub dari segi bahasa juga kurang ya

    Reply
  47. Wah seru banget Mbak masak nasgor waktu lagi kemping. Saya terakhir kemping kapan yaa udah lama banget di Gunung Api Purba Gunung Kidul, Jogja. Seru emang eksplor Indonesia itu banyak banget yang bisa didatangi dan bikin terpesona sama keindahan alamnya..

    Reply
  48. ah keren emang teh okti ini
    suka naik gunung, selain hobi juga bisa menjadi salah satu kegiatan untuk melestarikan lingkungan
    asik juga di gunung makan nasi goreng

    Reply
  49. satu-satunya yang ga suka aku lakuin itu… mendaki gunung xD
    soalnya kerasa banget jauhnya jalannya gelapnya. entahlah dari dulu ga cocok emang hehehe. tapi lihat gini luar biasa ya, keren banget makkk
    aku dah melipir duluuu pastinyaa. seru apalagi kalau bareng keluarga ya mak

    Reply
  50. Aku jadi ingat pengalaman saat di tanah suci.
    Saat itu pas menunggu waktu sholat, aku kebetulan duduk bareng keluarga Arab yang sedang umroh.

    Sang mahmud bisa bicara Inggris, jadi kami ngobrol deh.
    Di akhir sesi doi menawarkan saya jadi ART di rumahnya, karena menurut dia agak susah ketemu ART yang bisa bahasa Inggris.

    Lalu aku jelaskan bahwa wanita Indonesia bukan hanya ART profesinya, ada juga yang insinyur, dokter pilot dll.
    Doi kelihatan kaget, dia pikir semua wanita Indonesia adalah ART.

    Begitulah saking terkenalnya negara kita di sana penyuplai ART, ya.

    Moral story, penting banget menjaga image bangsa kita ya, terutama kalau di luar negeri, karena apa pun yang kita lakukan selalu dikaitkan dengan negara kita.
    Kita seperti menjadi duta negara.

    Bangga dan salut aku padamu, Mak!

    Reply
  51. Aku jadi ingat pengalaman saat di tanah suci.
    Saat itu pas menunggu waktu sholat, aku kebetulan duduk bareng keluarga Arab yang sedang umroh.

    Sang mahmud bisa bicara Inggris, jadi kami ngobrol deh.
    Di akhir sesi doi menawarkan saya jadi ART di rumahnya, karena menurut dia agak susah ketemu ART yang bisa bahasa Inggris.

    Lalu aku jelaskan bahwa wanita Indonesia bukan hanya ART profesinya, ada juga yang insinyur, dokter pilot dll.
    Doi kelihatan kaget, dia pikir semua wanita Indonesia adalah ART.

    Begitulah saking terkenalnya negara kita di sana penyuplai ART, ya.

    Moral story, penting banget menjaga image bangsa kita ya, terutama kalau di luar negeri, karena apa pun yang kita lakukan selalu dikaitkan dengan negara kita.
    Kita seperti menjadi duta negara.

    Bangga dan salut aku padamu, Mak!

    Reply
  52. Baca tulisan ini jadi kangen jaman muda dulu (sekarang juga masih muda sih hehehe). Setiap habis ujian, pasti pergi mendaki, kala itu menu andalannya mie instan aja.

    Dari bebrapa kali mendaki itu saya berkesimpulan “kalau anak gunung sejati tuh nggak bakal ninggalin sampah dan juga corat-coret kenangan di pohon/batu”

    Reply
  53. Alhamdulillah ya Teh Okti, meski udah dua kali baca artikel ini masih aja kebayang kebaikan tuannya mbak Okti. Sampai anak-anaknya masih saja ingat nasi gorengnya teh Okti. Kadang kebaikan-kebaikan itu akan terkenang ketika kita sudah tidak ada di sana yaa. dan insyaAllah kebaikan itu akan terus menjadi amal jariyah kita kelak di yaumil hisab. Btw jadi pengen nyicipin nasi gorengnya teh okti, kalau ketemu ya insyaAllah hehe

    Reply
  54. Wah, jujur teh.. aku salut banget liat teh okti bisa camping keluarga di alam terbuka. Jadi keinget dulu aku dan keluargaku saat kecil dulu dibawa ayah untuk camping di hutan. Memasak di alam

    Reply
  55. Setuju sekali kak, mencintai lingkungan mesti diterapkan siapa saja, termasuk yang naik gunung.
    Jangan sampai buang sampah sembarangan disana,malu dengan turis Prancis di lombok yang membersihkan 1.6 ton sampah.. hehehe

    Reply
  56. Sampe saat ini belum kesempatan untuk mendaki gunung. Menikmati perjalanan sampai puncak hingga mencicipi makan sendiri atas gunung. Semoga kelak ada kesempatan bisa daki gunung

    Reply
  57. Senang sekali teh masih bisa berkomunikasi dan berhubungan dengan majikan yang baik.
    Jadi teringat saat saya dulu ke gunung juga bareng ayah. Memang masakan di gunung terasa enak karena kondisi dingin dan lapar. Hihi
    Tapi bahagia teh, karena kita memang kaya banget akan sda di Indonesia

    Reply
  58. Keren teh bisa mendaki gunung sama keluarga, anaknya pun ikutan senang ya, yang uniknya bisa masak nasi goreng sampai burger juga :D, pengen juga deh mendaki sambil menikmati indahnya ciptaan Allah SWT ini, pengalaman yang tak terlupakan ya

    Reply
  59. Masya Allah aku jadi tertarik lho pengen naik gunung, kalau liat keluarga yang ajak anaknya naik gunung bahkan udh dari mereka kecil, kayanya seru banget ya, jd nyesel dari muda gak pernah mau coba naik gunung huhu.. karena aku punya asma, ajdi ketakutan akan penyakit itu yangg bikin gak berani 🙁
    ada tipsnya teh naik gunung buat yang punya alergi dingin dan penyakit asma? 🙂

    Reply
  60. Selalu suka baca ceritamu Mbak. Pengalaman yang sangat berharga. Memang kita harus bangga menjadi orang Indonesia, karena kekayaan alamnya tak mampu diukur dengan apapun. Kaki gunung aja cakep. Apa lagi puncaknya. Masyaallah….

    Reply
  61. Teh Okti berarti bisa bahasa mandarin ya? kereeeen. Pengalamannya juga sangat mendalam sehingga bahkan keluarga di sana masih teringat meski teh okti sudah pulang lama ke Indonesia. Sekali lagi, keren!

    Reply
  62. Masyaallah baru tahu teh Okti anak pecinta alam. Baso dari sagu, baru tahu. Rasanya pasti lebih kenyal ya. Pengalaman berharga ya teh bisa bekerja di luar negeri. Berarti bahasa mandarinnya oke nih. Menambah saudara dengan memiliki majikan yang super baik karena tidak semua orang bisa merasakan itu. Itu merupakan rezeqi. Sehat selalu buat teh Okti dan keluarga.

    Reply
  63. Camping bawa anak-anak ke gunung salah satu wishlist saya nih. Batu banget sih bukan hanya menikmati alam tapi jika kita juga harus menjaga kelestariannya. Suka risih banget deh kalau lihat area camp pegunungan yang asri tapi kadang ada sampah

    Reply
  64. seru banget pasti ya punya majikan yang baik
    yang sangat menghargai dan menghormati karyawannya
    apalagi mau mengajak jalan2
    duh melihat foto2 kebersamaan selama kemping di hutan jd pengin juga
    waktu sekolah sering hiking
    sambil jalan mengenal aneka tanaman sambil menyusukuri ciptaan Tuhan

    Reply
  65. Dari Taiwan ke Gunung. Awalnya saya bertanya-tanya, ini teh Okti nulis apa, hehe, soalnya gak ngerti bahasanya. Masuk ke bahasan hutan (yg kebetulan saya baca di hari hutan tgl 7 Agus) ini bikin saya kembali tersadar bahwa memanggg hutan itu aset kita banget. Saya jadi teringat masa-masa magang di salah satu lembaga yg berkerak di konservasi hutan, waaah kadang geram kadang miris gimana kadang lain pula dapat semangat campur aduk melihat kondisi hutan + semangat orang-orang melestarikan hutan. Semoga makin banyak yang sadar akan pentingnya menjaga alam, bukan mengeksploitasi dengan egoisme diri / golongan ya.

    Reply
  66. Setuju banget sama tulisannya Teh Okti, bahwa kita mestinya turut memelihara dan melestarikan hutan yah… minimal tidak membuang sampah dan merusak pohon dengan mencorat-coretnya ya. Btw, seneng banget bs bahasa Mandarin ya Teh… kereen

    Reply
  67. MasyaAllah teh oktiii, goals ku banget ituu bisa ke gunung sama suami dan anak. Untuk saat ini blm memungkinkan juga, selain karena pandemi, anak jg masih usia 2,5 tahun. Mudah2an ada kesempatan explore kekayaann alamnya indonesia ya nanti

    Reply
  68. Mba Okti ternyata anak pramuka dan pecinta alam, berjodoh sekali ketemu dengan sang majikan kemudian saling berbagi hobi pada alam. Turut senang negeri ini memang kaya dan banyak kelebihan, maka dr itu penting sekali bagi kita turut menjaga alam juga. Betul betul, makanan di gunung skrg ga cm mie aja tp bervariasi :3

    Reply
  69. ya Allah kak seru banget sih naik gunung, saya sudah lama sekali ga naik gunung, pengen banget segera pandemi ini berkahir dna kita bsia naik gunung bebas lagi dengan aman dan tanpa protokol kayak dulu lagi

    Reply
  70. Seru banget ya mbak, aku belum pernah ikutan pergi ke gunung, tapi suka aja kalau lihat orang camping. Semoga kapan2 bisa ajak keluarga sekali2 ke sana

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics