Terharu sekaligus bangga, sepulangnya dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, ada SMS masuk. Tepat saat aku dan temanku Alin, memarkirkan sepeda motor di samping rumah.
“Hatur nuhun, Teteh… Bla.. Bla.. Bla…”
Begitu inti isi pesan yang aku terima. Simple, tapi sejujurnya sudah mengguncangkan hati dan jiwaku. Bagaimana tidak? Pak Wikanta, si pengirim SMS itu, ternyata tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih…
Itu tandanya, dia tidak lupa untuk bersyukur. Syariatnya kepadaku yang pagi harinya sudah menemui dia untuk menyampaikan sebagian rezeki dari teman-teman di Taiwan. Hakikatnya Pak Wikanta bersyukur kepada-Nya, kepada Pemilik Semua.
Dari sekian banyak orang (maaf) kurang mampu atau bermasalah yang aku temui, baru kali ini ponselku yang nomornya selalu aku gunakan khusus untuk untuk menghubungi orang-orang yang akan menerima bantuan menerima SMS ucapan terimakasih…
Meski hanya lewat SMS, meski hanya bermodalkan sekian rupiah saja, namun aku yakin rasa terimakasih dia sudah mewakili rasa syukur yang ia panjatkan. Pelajaran yang aku terima, meski bisa dibilang orang lain sebagai golongan orang kurang mampu, namun tetap mengedepankan etika, sopan santun dan atau tatakrama, yang mana diantaranya mengucapkan terimakasih kepada orang yang membantu kita.
Pak Wikanta, meski seorang kepala keluarga yang sederhana dari segi materi dunia, namun ia ternyata kaya hati dan melimpah akan rasa syukur.
Tiga kata sakti yang selali aku camkan, salah satunya dimiliki Pak Wikanta: mengucapkan terimakasih.
Selaeurih, 10 Jan 2014