Kantor Pos Dulu dan Sekarang
Kamu tahu apa itu perangko? Banyak anak kelahiran 2010 kemari yang tidak tahu apa itu perangko. Bukan salah mereka sepenuhnya sih, karena mungkin jamannya memang sudah berbeda.
Ya beda dengan saya yang kelahiran tahun 80-an, dimana perangko masih jadi barang berharga. Salah satunya sebagai alat komunikasi sebelum pesan pendek merebak dan buming hingga mengalami peningkatan pesat seperti saat ini.
Ah ya, apa kabar perangko, ya? Saya pernah mengumpulkannya meski tidak berani menyebut diri sebagai kolektor perangko atau kegiatannya yang disebut philateli.
Terkait perangko saya punya banyak pengalaman indah, khususnya terkait kegiatan surat menyurat atau korespondensi. Dulu saya punya sahabat pena dari berbagai penjuru tanah air, juga dari luar negeri. Sayang banget semua hilang kontak dan entah bagaimana kabar mereka.
Dulu setiap harinya selalu berdebar-debar menanti pak pos datang. Dan merasa sangat kecewa jika pak pos tak menyampaikan surat buat saya. Padahal hampir setiap minggu saya berkirim kabar melalui surat untuk banyak teman dan saudara.
Pernah kah kamu mengalami semua itu?
Perangko, tukang pos, surat menyurat, philateli, kertas surat yang wangi dan gambarnya –kalau dipikir jaman sekarang– teramat lebay sekali, semua berkaitan dan tidak lepas dari yang namanya kantor Pos. Kini jaman telah berganti dan fungsi kantor Pos pun bergeser mengikuti perubahan jaman.
Banyak alih fungsi kantor pos yang ternyata baru hari ini saya ketahui saat tadi maghrib –sambil menunggu waktu shalat di Mesjid Agung Cianjur– saya, anak dan suami melihat kantor pos Cianjur Jl. Siti Jenab pas depan Mesjid Agung Cianjur masih buka.
Kebetulan sebagai pembina pramuka suami ingat kalau setiap bulan Agustus suka ada perangko edisi pramuka yang keluar dan suami rajin suka mengumpulkan. Atas idenya kami langsung menuju kantor pos sekalian mau bertanya kok magrib masih buka, terlebih ini hari Sabtu, akhir pekan.
Saya dan suami baru tahu kalau kantor pos sekarang buka 7 hari dalam seminggu. Ya, sabtu dan Minggu sekarang kantor pos juga beroperasi lho! Jam bukanya tidak tanggung, hari biasa mulai pagi sampai malam. Wow… Sementara Sabtu, sampai jam 6 sore saja. Kalau Minggu beroperasi setengah hari, sampai jam 14.00 WIB saja.
Pelayanan kantor pos pun jelas sudah tidak sekadar jual perangko (limited edition) atau mengantar paketan (kalau surat sudah jarang) tetapi ada juga tabungan, kirim uang, gadai emas, sampai membayar tagihan bulanan keperluan rumah tangga.
Seandainya saya tidak masuk kantor pos tadi magrib saya tidak akan tahu kalau ternyata awal Agustus kemarin sudah berlangsung acara pameran perangko tingkat dunia di Indonesia, tepatnya di kota Bandung. Aduh, saya dan suami merasa kecewa, sayang tidak tahu infonya sehingga kami tidak bisa menghadiri acara yang sudah langka itu.
Padahal World Stamp Exhibition di Trans Luxuri Hotel TSM Bandung itu dikuti oleh 455 koleksi dari berbagai macam kelas seperti Traditional, Postal History, Postal Stationery, Aerophilately, Thematic, Youth, One Frame Exhibit, Modern dan Literature.
Tidak tanggung ada 60 negara turut hadir menyampaikan minat dan menyajikan koleksi terbaiknya. Turut hadir juga pada ajang Pameran Filateli Dunia 3-7 Agustus 2017 tersebut, 15 delegasi dari Administrasi Pos berbagai negara.
Wah saya dan suami menyesal terlambat mengetahui informasi acara bagus itu. Jika ikut paling tidak wawasan serta ilmu kami bertambah. Banyak yang mulai lupa terkait sejarah layanan pertama kantor pos di Indonesia. Kalau tidak salah pertama operasi kantor pos dimulai di Batavia atas inisiatif Gubernur Jenderal G.W. Baron Van Imhoff tanggal 26 Agustus 1746.
Sedangkan yang menggagas perangko pertama adalah Sir Rowland Hill, yang pertama kali diterbitkan di Inggris tanggal 6 Mei 1840.
Adapun sejarah prangko di kita Indonesia dimulai pada 1 April 1864, ketika pertama kali cap Hindia Belanda dikeluarkan secara umum.
Ada 5 periode sejarah perkembangan prangko Indonesia yaitu jaman Hindia Belanda, jaman pendudukan Jepang, saat perang kemerdekaan, lalu masa di awal kemerdekaan, masa orde baru hingga sampai sekarang.
Wah banyak yang lupa deh terkait sejarah perangko dan pos di negara kuta ini. Maklum sudah hampir 20 tahun saya melupakannya. Terakhir masih surat menyurat dengan sahabat pena sekitar tahun 2002, ketika saya masih di Singapura.
Seandainya saya bisa ikut hadir di acara Pameran Philateli di Bandung mungkin saya masih bisa mengenang dan menggali lagi tentang philatelic, program berkirim kartupos kepada bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, pembuatan handmade postcard, talkshow “Postcrossing” Indonesia, Kampanye Kartupos oleh Kompas Gramedia, dan info seputar Environmental Day.
Tahukah pemerintah melalui Pos Indonesia telah menerbitkan prangko seri Peduli Lingkungan Hidup, yang edisi spesialnya (imperf) hanya dijual terbatas hanya pada hari Senin, 7 Agustus 2017 kemarin!?.
Ya, info dari kantor pos tadi kalau Pos Indonesia telah menerbitkan prangko dan benda filateli dalam jumlah terbatas dan hanya dijual di lokasi pameran saja. Yang perlu diketahui oleh masyarakat bahwa produk limited edition tersebut memang diproduksi dan dijual hanya pada saat berlangsungnya pameran saja dan setelah itu kalau masih ada sisa ya dimusnahkan. Ah nangis guling-guling deh nyesel banget saya benar-benar ketinggalan soal ini.
Tapi ya sudahlah namanya juga bukan jodoh. Saya memang terlambat tahu dan kurang info. Tapi mengetahui banyak generasi milenial mulai menunjukkan minatnya kembali kepada prangko yang bukan hanya sebagai media pelunasan bea pengiriman surat, saya sudah cukup senang.
Meski sudah jarang dipakai, sebenarnya prangko bisa jadi rujukan kita, atau pihak sekolah, akademi dan perguruan tinggi sebagai dokumen yang mampu mengabadikan sejarah dan peradaban dunia.
Saya yakin kalau perangko hidup lagi ((hidup lagi!)), ketrampilan kognitif membaca dan menulis generasi muda akan semakin terangkat. Soalnya lewat kemampuan literasi media prangko, generasi muda bisa diberdayakan dan meningkatkan kualitas melalui gerakan menulis (surat).
Besar harapan saya bisa jumpa Ketua Perkumpulan Filatelis Indonesia, Letjen (Purn) TNI Soeyono. Kalau sama Tay Peng Hian, President of Federation Internationale De Philatelie (FIP) jelas gak mungkin.
Paling berharap tetap bisa akses informasi nya aja terkait International Summit Philately yang akan diadakan di Bangkok pada Desember 2018 nanti.
Emang tidak rugi punya hobi filateli ini meski sekarang bisa dibilang sedang mati suri. Filateli membantu kita nambah ilmu dan wawasan. Filateli itu hobi yang positif, filateli memicu orang untuk mempelajari kebudayaan, mengetahui informasi publik, dan mengetahui sejauh mana teknologi.
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
Wah full seminggu.
Wah iya, perangko. Saya lahir tahun 90an pun masih merasakan jamannya perangko dan surat menyurat hihi
Skrg kantor pos sudah semakin eksis dan ada di mana2. Dulu mah masih jarang
Perangko masih koleksi? Ane udah kemana tahu deh tuh Perangko nya. Sekarang aja jarang kirim surat. Krn teknologi bisa bisa perangko jadi tambah naik harganya . Ane cuma ke kantor pos kirim paket doang
Wah, aku br tau klo kantor pos skrg buka jg sabtu minggu. Aku ini yg termasuk udah jarang ke kantor pos utk sirat menyurat. Paling setahun sekali ke pos nyairin uang WU dr adsense. Dulu wkt sekolah, tiap bulan ke pos utk cairin wesel kiriman utk anak kos. Heheh
Festival filateli memang sering banget di bandung..apa karena pusatnya disana ya..temenku jadi orang yg gambar perangko dan kita bisa dapet perangko gambar kita sndiri teh..asiknya
Dulu zaman SD saya juga suka kirim2an surat, di majalah suka ada rubrik sahabat pena.
Terakhir berkirim surat kyknya pas kirim undangan nikah 😀
Skrng yang saya tau kebanyakan kalau ke pos bayar tagihan/ cicilan apa gtu sama kirim paket hehe. Sepertinya mulai jarang yg kirim surat.
Saya hobi filately mbak pas smp. Bahkan album perangko sy msh ada lho. Dulu suka koleksi perangko dr kirim surat ke sahabat pena. Senang deh baca postingan yg punya kesamaan hobi. Hehe