Melancong ke Kuningan

Melancong ke Kuningan

Seumur hidup, pertama kali ini saya mempersiapkan keberangkatan menuju kota kabupaten Kuningan. Ya, meski masih berada dalam satu provinsi Jawa Barat, namun mendatangi daerah ini memang untuk pertama kalinya. Duh, kemana saja saya selama ini ya?

Sempat bingung saat mau berangkat karena ga ada tempat buat simpan sepeda motor

Mungkin andai di Kabupaten Kuningan tidak ada Gunung Ciremai, salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat, saya dan keluarga belum tentu akan menginjakkan kaki di daerah Gubernur DKI Anis Baswedan ini berasal.

Atau misalkan pintu masuk Ciremai hanya dari Apuy, Majalengka, mungkin saya hanya akan sampai Maja saja melewati nya. Karena memang tujuan kami ke Kuningan ini untuk mendaki Gunung Ciremai melalui pintu masuk Linggasana.

Selain dari Linggasana, pintu masuk pendakian ke Ciremai di Kabupaten Kuningan ada juga melalui Linggarjati dan Palutungan.

Jadi karena akan ikut pendakian Merah Putih sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun RI ke 73 ini saya, suami dan anak bersiap untuk berangkat ke Kuningan.

Here we go!

Kami berangkat dari Cianjur hari Rabu. Menuju terminal bis di Cicaheum, Bandung untuk selanjutnya akan melakukan perjalanan menggunakan bus DAMRI Bandung-Kuningan. Karena keberangkatan DAMRI terjadwal, kami memilih berangkat paling akhir, yaitu jam 5 sore.

Alhamdulillah perjalanan kami dari Cianjur hingga Cicaheum termasuk lancar. Setelah menitip motor di saudara sekitar Pasirlayung Padasuka, kami langsung naik Damri. Karena macet dan perjalanan padat menjelang hari libur panjang (akhir pekan dan libur Hari Kemerdekaan) sopir memprediksi kami akan sampai di Kuningan sekitar jam 11 malam. Wah, 6 jam perjalanan, lama amat. Fahmi apa gak bosan ya? Tapi lumayan, mungkin ada waktu buat kami bisa tidur, sebelum besoknya akan langsung mendaki Ciremai.

Kami turun di pertigaan Linggarjati. Kebetulan ada teman pendaki lain yang juga sedang nunggu di sana. Kami pun bareng menuju Sekretariat Sekolah Petualangan tempat panitia penyelenggara acara. Ternyata lokasi sekretariat berada di jalan masuk yang berada di depan Gedung Perundingan Linggarjati.

Sampai di sekretariat para peserta dari luar kota sudah banyak yang berdatangan. Ada yang sudah tidur, ada yang masih packing carrier, bahkan ada yang ngopi-ngopi cantik di halaman ala di tenda di gunung gitu.

Khusus saya dan keluarga, karena satu-satunya keluarga peserta yang datang dan bermalam maka kami disediakan kamar milik pengelola, Pak Suparta.

Pak Suparta ini anggota Basarnas. Beliau Ranger dan Tim SAR di Ciremai. Sekaligus pemilik Sekolah Petualangan. Beliau sudah membuat event pendakian peringatan kemerdekaan di Gunung Ciremai ini sudah dua kali. Orangnya ramah. Para peserta memanggilnya “kakek” mungkin karena beliau lebih sanior. Tapi kami memanggil nya bapak saja.

Setelah diberi pengarahan, termasuk menyerahkan persyaratan dan pembagian kaos untuk seragam pendakian kami memilih istirahat. Mempersiapkan stamina buat perjalanan besok pagi.

Gunung Ciremai terbagi menjadi 12 pos. Dari post pertama hingga pos selanjutnya rata-rata berjarak 1 jam perjalanan mereka yang sudah terbiasa. Kalau kami ini yang amatir, banyak istirahatnya, bisa dua jam lebih untuk satiap pos.

Dari 12 pos, hanya di pos 3 yang terdapat sumber air. Karena itu biar gak terlalu berat, beberapa pendaki membawa tempat air kosong dari basecamp untuk diisi nanti di pos 3 dan baru dibawa sebagai bekal ke pos-pos selanjutnya.

Sementara kami sendiri karena tidak membawa tempat air, langsung membeli air mineral botolan 1,5 liter sebanyak 4 buah. Bukan gak mau banyak, tapi segitu saja bawanya udah berat banget.

Ketepatan waktu sesuatu yang penting ketika mendaki

Keesokan harinya, setelah packing kelengkapan, sarapan dan berdoa, kami bersama dari sekretariat menuju basecamp Linggasana. Bertemu peserta lain yang juga sudah siap berkumpul di sana.

Bismillahirrahmanirrahiim. Mohon doanya dari semuanya, pendakian kami keluarga petualang berjalan lancar, sehat dan selamat. Amin.

 

18 thoughts on “Melancong ke Kuningan”

  1. aih teteh keren pisan itu Fahmi euy hebat udah ikutan mendaki semoga sehat dan lancar pendakiannya yah, ke Kuningan aku terakhir sama almarhum ibu tahun 2007an nengokin leluhur disana hahaha

    Reply
  2. Teeeeh, ya ampun meuni kiatan iiih, kabitaaaa.
    Seru kayaknya suatu saat hiking bawa anak-anak, pengen banget.

    Sehat2 terus ya Teh Okti sekeluarga, selamat tadzabur alam, salam buat keluarga ya Teh :*

    Reply
    • Di gunung beda sama pemukiman Mbak…
      Bukan karena susah bawanya, tapi emang ga ada mata air atau sumber air. Apalagi sekarang musim kemarau. Sungai saja pada kering…

      Jadi bawa stok air dari awal atau dari pos yg ada sumber airnya. Kalau ada sumber air pun jangan harap seperti air pam atau sumur. Hehehe… Air darurat teramat beruntung ada kebagian satu dua botol juga

      Reply
  3. Wah aku kangen naik gunung deh, terakhir naik merapi 7bulanan lalu tapi sekarang belum bisa naik dulu karna masalah punggung lagi gak kuat bawa keril, kl ciremai aku belom kesana.

    Reply
  4. aku salut sama Teh Okti, bisa konsisten sering naik gunung. Kalau aku sudah ribet duluan hahahaha apalagi bawa krucil. Ya Allah aku ga bisa bayangin gimana ramenya rombongan kami hahahaha

    Reply

Leave a Reply to Roy Vandi Tambunan Cancel reply

Verified by ExactMetrics