Memagar Halaman Melindungi Hewan Liar?
Hewan yang ada di rumah dan halaman rumah kami ada beberapa. Diantaranya ayam, ikan, kucing, burung hantu dan burung lainnya, tupai serta serangga seperti tokek, kelelawar (eh masuk serangga bukan sih?) kupu-kupu, belalang dan lainnya.
Burung, tupai dan serangga, tiga jenis hewan yang disebut terakhir memang tidak kami pelihara, tapi ada dan sering kami temukan di sekitar rumah. Mungkin karena halaman rumah kami biarkan dipenuhi pohon-pohon sehingga teduh sehingga banyak binatang yang betah tinggal.
Apalagi kalau pohon salam berbuah, burung banyak hinggap dan suaranya bikin betah mendengar. Dengan tanpa harus memelihara burung, dalam arti tidak harus mengekang burung dalam sangkar, namun kami sudah bisa mendengar nyanyian burung yang selalu riang.
Begitu juga dengan tupai. Beberapa ekor kerap tampak loncat-loncat dan menimbulkan suara menguik. Kami membiarkan hewan berekor lucu itu hidup dari pohon kelapa ke pohon salam di halaman, meski resikonya kelapa hijau di halaman selalu jatuh masih muda karena dimakan tupai.
Senang saja hewan-hewan itu tampak bebas dan hidup riang meski hanya di halaman yang lahan nya jelas sempit.
Tapi tidak semua orang sehati dengan kita. Manakala kami rela membiarkan kelapa di halaman tidak bisa dipetik demi si tupai, eh…orang orang di luar sana ternyata mengincar tupai dengan senapan angin nya. Bunyi senapan angin membuat hati ini menciut seiring dengan berhamburannya tupai-tupai menghindar diantara dahan-dahan. Kasihan.
Orang-orang itu tanpa permisi memasuki kebun kami yang memang tidak kami pagar. Awalnya sengaja tidak kami pagar supaya lebih mudah kami dalam berinteraksi di kebun. Namun ternyata “kebebasan” itu disalah gunakan oleh mereka.
Pohon jambu merah yang berbuah dan jambunya sengaja kami bungkus masih saja ada yang berani memanjat dan memetiknya. Kelewatan dan kurang ajar memang. Apa lagi namanya kalau bukan pencuri?
Alih alih menanam pohon di halaman mereka, yang ada malah nyinyir pada kami dan tidak tahu malunya binatang yang tidak berdosa dan tidak pernah mengganggu mereka diburu dengan congkaknya, buah-buahan kampung yang tumbuh ada di halaman rumah kami masih juga mereka curi. Kalau pun meminta, lebih banyak bilang setelah mereka mengambilnya. Tamba teuing teu bebeja kanu boga!
Aneh memang. Mereka itu tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya kali ya? Kasihan. Tidak punya malu dan tidak punya lahan untuk menanam.
Kembali ke hewan-hewan yang diburu itu pernah kami bilang baik baik tapi mereka malah balik menyerang kami. Itu tupai kan binatang liar? Iya juga. Dan mereka masuk ke kebun kami karena tidak kami pagar.
Oh… Jadi kalau tidak dipagar bisa bebas masuk ke tanah orang dan melakukan apapun semaunya gitu? Ah, tidak ada gunanya kami berdebat. Kami memilih mengalah dan berusaha mencari jalan keluar bagiamana baiknya agar semua bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya tanpa harus bermasalah dengan tetangga dan orang di sekitar kampung.
Mungkin kami harus memagar lahan kami ini agar semua orang tidak bisa bebas keluar masuk. Biar burung dan tupai bebas bermain di halaman, biar buah-buahan kampung ini tidak ada lagi yang mencuri. Mau busuk, mau dimakan kelelawar rasanya itu lebih baik daripada dicuri oleh orang lain.
Aksi untuk lingkungan apalagi untuk mengurangi eksploitasi hewan di sekitar rumah memang belum bisa maksimal kami lakukan. Tapi paling tidak dengan memagar halaman mungkin orang yang mau berburu dan merangsak masuk sedikit terhalangi.
Duh meni pikasebeleun nya Teh. Udah masuk tanpa izin ke kebun orang, lalu mencuri jambu pula.
Haduh serem sampai ada senapan angin segala trus masuk ke halaman rumah orang tanpa izin >,< Padahal enak ya ga pakai pagar, lebih legaaa.
Kesel ya klo ada org kayak gitu, minta baik2 pasti bakal dikasih, dr pd mencuri. 🙁
I feel u mba.. Memang kalau kita susah menanam hingga berbuah itu rasanya beda. Makanya kalau diambil berasa huft.. Begitu lah.. Hiks
Ahh iya mbak. Saya juga punya temen yang didaerah kalimantan itu memasang pagar buat melindungi hewan langka. Yaah, seandainya banyak orang yang masih perduli dengan hewan langka yaa.
Karena terbiasa hidup di lingkungan rumah yg berdempet-dempet, pagar mjd hal yg penting banget buat kami. Gak tenang kalo ada yg blusak blusuk gajelas
saya tau gimana rasanya mbak, aku keluarga petani, kalau keluarga kami seminggu nggak ke kebun udah habis panen pisang diambil orang
Masalah beginian yang sering banget bikin berantem kalau di kampung ya, Teh. Apalagi bapak ibuku punya kebun dan ladang yang jauh dari rumah. Sering banget dicuri bahkan sampai buah kelapa coba Teh. Kesel.
waduh, perburuan liar ya, teh? tapi kalo sampe ke rumah penduduk kok serem ya 🙁
kalau di sini rumah ga berpagar karena banyakan main antar anak tetangga. paling dipagari dengan tanaman aja, atau pakai fondasi. tapi ga pake pagar kayu atau besi.
Kenapa orang ga mikir kalo “yg makan ga minta ga izin” jadinya “ga halal” ya? duh, enak di perut ga enak di hati.
Sebenarnya kepemilikan senapan kyk gtu legal atau gmn ya mbak? DI daerahku jg suka ada yg bopong2 senjata aku kok ngeri. Malah dulu pas rumah di Depok kan rumahku dikelilingi kebun, ada tupai jg, bbrp suka nembakin, khawatir ada peluru nyasar 🙁
memang masalah seperti ini ada tapi tidak doekspose yaa mbaa. semoga dengan memberi pagar sedikit demi sedikit orang tahu privasi kita yaa mbaa.