Rekam Jejak Pekerjaan: Meloncat untuk Menetap

Rekam Jejak Pekerjaan: Meloncat untuk Menetap

Jadi ibu rumah tangga itu memang ngeri-ngeri sedap. Ngeri dengan segala konsekwensinya, baik itu dari segi pendapatan, segi pengalaman, maupun segi kepribadian.

Sedapnya jika kembali kepada keyakinan bahwa sebagai istri sekaligus ibu yang baik dalam arti taat kepada kepala rumah tangga itu niscaya surga menjadi jaminan, dari pintu mana pun ia bisa leluasa masuk.

Pilihan sebagai ibu bekerja ataupun ibu rumah tangga saja, tidak ada yang salah. Semua kondisi dan keadaan setiap orang jelas berbeda. Tidak mungkin pula biaya hidup seseorang bakal ditanggung oleh orang lain. Semua kembali kepada pilihan serta konsekwensinya masing-masing.

Kondisi krisis moneter di negara kita tahun 1998-1999 membuat saya tidak punya pilihan untuk melanjutkan sekolah. Untuk bekerja pun sangat susah. Bagaimana anak lulusan kemarin sore mau bisa dapat kerja sementara para pekerja yang sudah mapan saja banyak yang di-PHK.

Kondisi negara semakin kacau karena isu sara serta penjarahan terjadi dimana-mana. Sementara kebutuhan hidup dan biaya makan tidak bisa ditangguhkan. Berhutang saja ada batasnya. Tidak punya celah untuk hidup lebih sejahtera, rasanya.

Bekerja ke luar negeri jadi TKI menjadi pilihan saya. Keberhasilan meyakinkan orang tua dan diri sendiri kalau saya yakin mampu akan kembali dengan keberhasilan aalah sebuah kemenangan di awal yang secara tersendiri sangat saya apresiasi. Akhirnya saya bisa mengalahkan ketakutan dan rasa ragu.

Bekerja di Singapura, di Hong Kong dan Taiwan jadi pilihan saya. Pasti ada suka duka. Tapi semua itu justru jadi bumbu kehidupan yang semakin menempa dan mendewasakan saya. Waktu jadi sesuatu yang sangat berharga. Didikan majikan yang sangat disiplin serta loyal secara tidak langsung membentuk saya menjadi pribadi yang tahan banting. Menghadapi masalah demi masalah, hingga nyawa taruhannya sendiri, keluarga di tanah air tidak ada yang tahu.

Kesempatan yang ada di depan mata tidak saya sia-siakan. Saya tahu di luar sana masih banyak yang bernasib jauh di depan saya. Saya harus berani berkompetisi dengan mereka. Termasuk orang lokal.

Tawaran kerja freelance saya ambil daripada liburan dipakai gogoleran di taman, atau pacaran yang faktanya menghabiskan duit tabungan. Saya harus bisa memiliki kelebihan jika kelak kembali ke kampung halaman. Itu niat saya. Seenak-enaknya bekerja di luar negeri tetap semua itu hanya batu loncatan. Tidak mungkin selamanya saya akan jadi TKI. Suatu saat saya akan menua dan pulang.

Perusahaan tempat saya magang menawarkan pekerjaan tetap, bersamaan dengan waktu saya harus kembali ke tanah air. Hasil negoisasi disepakati jika saya tetap diangkat jadi karyawan hanya untuk biro Indonesia, dengan gaji UMR setempat, pastinya. Deal.

Berbekal kemampuan selama magang dan kepercayaan serta komitmen bersama Alhamdulillah hingga saat ini saya tetap menjadi karyawan meski stay di rumah. Menjadi ibu rumah tangga bekerja meski nyatanya anak suami dan segala tetek bengeknya tetap bisa saya urus dan saya pantau setiap saatnya.

Tidak mudah bagi saya untuk konsisten di pekerjaan ini. Saya harus menguatkan hati tidak menerima tawaran kerja sama dari perusahaan lain sejenis atas rekomendasi majikan dulu saat bekerja di luar negeri.

Dengan syukur dan ikhlas saya memantapkan hati tidak akan berpindah profesi, karena menurut saya apapun dan berapa pun penghasilan nya jika tidak disertai syukur tetap akan selalu merasa kekurangan.

26 thoughts on “Rekam Jejak Pekerjaan: Meloncat untuk Menetap”

  1. Sejatinya wanita itu kuat ya teh, multitasking semua dipegang dan tidak jarang waktunya bersamaan ketika misalnya sedang nyetrika dgn anak mau makan lah mau pipislah dsb. Belum lagi kalo ibu pekerja, mrk msh bisa ngurus pekerjaan rmh tangga. Dan benar banget, syukur dan ikhlas. Semoga kita sehat selalu ya teh.

    Reply
  2. Suka banget baca tulisan teh Okti, keren dan tahan banting banget deh 🙂
    noted teh, syukur syukur dan syukur!
    Ikhlas dan syukur.
    Padahal kerja dari rumah itu beneran nggak mudah menurut saya, hanya ikhlas yang bisa jadikan enak

    Reply
  3. Teman saya ada yang kerja di Hongkong dan akhirnya menetap di sana karena menikah dengan orang sana.
    Keren banget teh Okti bisa lebih fokus untuk bisa lebih baik lagi, dan Alhamdulillah akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik ya, masha Allah

    kalau bersyukur memang semua terasa ringan

    Reply
  4. Allhamdulilah bis akembali ke tanah air ya dengan pekerjaan tetap bisa dilakukan dari rumah. Memang enak bis akerja dari rumah apalagi buat ibu ruma tangga bisa mantau keluarga juga

    Reply
  5. Setuju, mba.
    Sebaiknya memang say NO untuk Mom War yang mengklaim bahwa karirnya lah yang paling benar!

    Setiap orang punya pilihan dan prioritas hidupnya masing-masing.
    Tahu mana yang terbaik!

    Mari kita sibuk mencari kekurangan sendiri sehingga tidak ada waktu lagi melirik apalagi julid pada kelebihan, kelemahan/keburukan orang lain.

    Reply
  6. Alhamdulillah mbak, semoga selalu dimudahkan dengan segala pilihan yang diambil. Suka dukanya pasti ada, dan dibikin seru aja ya. Saya juga nyaman kerja di rumah, tapi tetap bisa upgrading diri lewat banyak media online. Nggak cepet lelah dan tetap bisa sambil fokus ke anak-anak dan suami.

    Reply
  7. Wah strong banget mbak, salam kenal ^^
    Ga kebayang kerja di singapur, hongkong, dan taiwan, pasti bener-bener jadi pelajaran entah suka ataupun dukanya. Bahkan saya sering denger juga kalau yang kerjanya udah enak malah ga balik lagi ke Indo

    Reply
  8. Keren mbak, pengalamanmu begitu luar biasa dan sempat menjadi TKI. Ke Tanah Air kembali berkarya dan menjadi teh okti yang lebih mantap dengan berbagai tantangan pekerjaan.

    Reply
  9. Itu lah kehidupan banyak peristiwa, banyak.lompat pekerjaan agar kita mempunyai pengalaman yang mungkin orang lain tidak rasakan. Jadi terima saja dan ikuti saja alur cerita kehidupan kita yang di gariskan tuhan

    Reply
  10. Inspiratif mba ceritanya. Mempunyai pengalaman hidup yang luar biasa membuat kita kuat menjalani kehidupan nyata yang sarat problematika ini. Setuju dengan statement nya bahwa sebagai ibu rumah tangga tugas kita adalah membahagiakan suami dan anak. Dan apapun pekerjaan kita hendaknya harus bersyukur karena berapapun gaji/penghasilan yang kita terima kalau tidak disertai syukur yakin aja pasti tak akan berkah.

    Reply
  11. Kadang kita manusiawi banget kan cari pekerjaan yang lebih baik, baik suasananya maupun dari hal keuangan yang kita dapatkan juga.. wajar sih kalo masih terus mencari.. tapi memang jangan lupa untuk tetep bersyukur ya teh

    Reply
  12. Orang bilang seenak2nya hujan emas di negeri orang masih lebih enak hujan air di negeri sendiri. Tapi di manapun kita berkarya dan bekerja asal sesuai hati kita jalani dengan penuh syukur insyaAllah gampang ya mbak. Apalagi ketika memutuskan jd IRT yang bekerja buat keluarga.

    Reply
  13. Alhamdulillah ya Mbak, kuncinya itu emang bersyukur yah.. karena jika kita bersyukur maka nikmat kta ditambahkan yah. 🙂

    jadi freelance pun juga menyenangkan. bisa kerja dimana saja dan lebih dekat dengan keluarga 🙂

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics