Lebaran kali ini pemudik sangat melonjak. Dihapusnya aturan dan sebagainya terkait akibat adanya covid-19 menjadikan mobilisasi masyarakat tak lagi mengalami batasan. Kapan pun dan kemana pun mudiknya, lebaran kali ini bisa pergi sesuka hati.
Saya yang sudah tinggal di kampung, tentu saja merasa senang menyambut teman, sahabat dan saudara yang merantau di luar kota, luar provinsi bahkan luar pulau untuk pulang berkumpul bersama handai taulan di kampung halaman.
Kampung kami yang biasanya sepi, kini ramai mendadak banyak penghuninya. Yang lebih terlihat jelas perbedaannya saat ke Masjid, pasti ketemu wajah wajah yang serasa tidak asing, tapi lupa namanya siapa dan pernah kenal dimana. Haha… Karena tidak jarang mereka itu teman sepermainan dan teman sekolah lalu merantau dan baru kali ini lagi bisa jumpa. Setelah berpisah sekian lama, pantas kalau merasa ingat tapi lupa, aish, istilah apa itu…
Ketika mushafahah di masjid, banyak wajah asing yang baru dilihat. Menandakan banyak pemudik yang sudah berdatangan untuk merayakan lebaran di kampung halaman. Tak terkecuali teman saat sekolah, yang berasal dari Pagelaran ini.
Salah satu sahabat baik saya saat sekolah, juga mudik dari Yogyakarta beserta anak dan suaminya. Saat kami jumpa, ia mengatakan akan ada buka puasa bersama di sebuah tempat yang nanti kalau sudah fix akan diinformasikan. Ya semacam reuni kecil-kecilan gitu.
Ia mengajak saya biar ada teman karena anak dan suaminya sudah pasti tidak akan ikut-ikutan.
“Temani aku menghadapi mantan, Ti…”
Wkwkwkwkkk… Kami berdua sontak terbahak tertawa. Jadi ingat kenangan pecicilan masa berseragam abu. Secara dia dan saya memang memiliki banyak kisah yang bikin tertawa kalau dikenang. Saking usil dan reseknya kami saat itu.
Meski wajah pas-pasan, keuangan juga kerap kurang dan bahkan lebih tepatnya bisa dibilang morat-marit, tapi ternyata dulu itu kami sempat laku juga. Hihi… Sehingga kini setelah berkeluarga, berhak menyandang istilah “punya mantan” meski bukan yang terindah.
Biasanya saat ketemuan semacam reunian begini, mau tidak mau kami bakalan ketemu mantan, selain teman dan sahabat saat sekolah, lainnya. Karena itu sahabat saya bilang untuk acara buka puasa bersama macam reuni kecil-kecilan itu, nanti ia harus mempersiapkan diri dalam rangka menghadapi mantan.
Ya, seandainya sang mantan juga ikut hadir di acara itu. Karena belum tentu juga siapa saja yang bisa hadir. Bukankah kami juga belum tahu siapa saja teman-teman yang tahun ini mudik dan berlebaran di Pagelaran, kampung halaman tempat kami tinggal?
Tapi sih ya, biasanya, kalau ingat lebaran-lebaran terdahulu, saat lebaran itu, memang sang mantan itu selalu pulang kampung. Jadinya kalau ia mudik, baik sengaja maupun tidak sengaja, ya selalu saja jumpa dengan sang mantan.
Lagi ngabuburit, berpapasan dengan mantan. Ya mau gak mau saling sapa dan tanya kabar. Secara dulu kami berpisah dengan cara baik-baik saja. Namanya juga masa-masa sekolah, gak kepikiran kehidupan kedepannya seperti apa. Jadi saat putus, ya putus aja gitu. Kini sama mantan jadinya ya seperti dengan teman-teman lainnya saja. Kalaupun berkelebat kenangan saat bersama, anggap saja itu hanya kenangan lalu.
Pas bubar solat Idulfitri semua jemaah bersalaman dari ujung ke ujung. Gak sengaja juga jumpa teman yang ternyata suaminya adalah mantan pacar waktu sekolah. Bayangkan kakunya kaya apa. Tapi kalau dipikir namanya juga jodoh, orang Sunda bilang jodo mah jorok, kurang lebih maksudnya jodoh itu gak bisa diprediksi, jadi ngapain juga mikirin mereka? Yang pasti-pasti saja kalau dia bebas berumah tangga dengan siapa saja. Demikian juga saya. Bukan begitu?
Ada lagi pertemuan yang tidak disengaja itu, saat mau beli sarapan, eh ketemu mantan yang justru malah udah hampir selesai makan di penjual sarapan yang sama. Sambil nunggu dibuatkan sarapan daripada bengong udah main hp aja di pojokan. Pas penjual bilang selesai, saya tanya dong semuanya jadi berapa?
Apa jawab di penjual?
“Udah dibayarkan semuanya sama Si Aa tadi.”
Ya ampun! Mau bilang terima kasih itu orangnya udah pulang duluan. Mau menolak, masa iya juga rezeki ditolak? Tapi ya akhirnya berprasangka baik saja, karena yang dibayar mantan pacar itu bukan satu porsi sarapan untuk saya saja. Melainkan tiga porsi sekaligus, untuk saya, suami saya dan anak saya. Haha, bukan aji mumpung loh ya. Secara dari rumah memang mau beli sarapan buat keluarga. Kalau ada yang bersedia bayarin, yan disyukuri saja. Paling berdoa balik untuk sang mantan, semoga rezekinya makin lancar.
Intinya, saya bilang ke sahabat saya, kalau kita ini seberapa banyak pun punya mantan pacar, gak akan jadi masalah kalau memang kita bisa menempatkan sesuai tempatnya.
Jadi kalau saat berbuka puasa bersama nanti ketemu mantan pacar, ya biasa saja. Yang penting kita bisa tahu diri, tahu hak dan kewajiban sebagai ibu rumah tangga dan pastinya cukup dengan bersikap sebagaimana harusnya menempatkan sang mantan pacar itu sesuai tempatnya saja.
Bagaimana dengan manteman, saat mudik lebaran ini apakah sudah jumpa dengan mantan? Ceritanya pasti seru dong?
qkqkkqkq cerita soal mantan tuh asik ya teh gumushhh dan bikin penasaraan.
aku ga perlu nunggu lebaran sih buat ketemu mantan.
soalnya ((PARA)) mantanku banyak yg kerja di sby juga malah sempat ada yg jadi klien qkqkqkqkqk
Jodoh mah jorok, hehehe
Saya udah lama gak reunian karena asa banyak yang gak wawuh
Jadinya males reunian
Saya tipe orang yang lebih suka dengan konsep “sedikit tapi solid”. Jadi kalau ada reunian, lebih milih ketemu dengan teman-teman yang akrab aja. Karena jika terlalu banyak, saya sering merasa kurang nyaman. Lebih banyak basa basinya ketimbang keakrabannya hahahaha.
Aku engga mudik…hiks. Dah jadi orang Bandung aja.
Paling minggu depan mau ada halal-bihalal, tapi khusus temen-temen cewek sih. Udah 3 tahun ini, hal-bil-nya khusus cewek-cewek. Aman…haha…
Setuju tempatkan mantat pada tempatnya.
Terakhir ketemu mantan pas reuni akbar 25 tahun lulusan SMA alias 2017. Setelah itu ga pernah ikut reuni lagi. Sepele alasannya, jadwal reuninya selalu pas saya dah balik Jakarta haha, ya sudah ga rezeki ketemu lagi hihihi
Waktu baru putus, saya selalu canggung berpapasan dengan mantan. Tapi, kalau sekarang sih udah biasa aja. Sama aja kayak ngobrol dengan teman lainnya.
Terkadang circle juga bisa mempengaruhi. Sebetulnya kitanya udah biasa aja, tapi kemudian ada yang coba ‘menghangatkan’ kembali memory lama. Udah gitu kitanya juga tergoda.
Ngobrolin mantan emang jadi hal yang sensitif, terutama dalam rumah tangga.
Makanya aku sama suami juga gak pernah utak-atik masa lalu, soalnya suamiku temen sekolah. Hahha, jadi dia tahu banget dulu aku gimana pas SMA. Meski kuliah di kampus yang berbeda, tapi kan sepanjang -panjang jalan, masih panjang lidah ya..
hihihi..
Semoga selalu dijaga dengan hati yang bersih kalo diberi kesempatan papasan lagi sama mantan. Selama ini sih, belum pernah.
((apa pernah ya..?? wkkwkw, lupa euuii~))
Mantan banyak kenangan di hati ya, Teh. Kudu ditempatkan di tempat yang tepat agar hati tetap terjaga. Mau reunian atau kumpul-kumpul acara apapun yang melibatkan mantan gak masalah karena kita hidup di real time, saat ini.
Dalam posisi kita ketemu mantan, sebenernya kita harus bijak dan berprilaku dewasa dan sewajarnya saja. Hilangkan perasaan cinta datang lagi, apalagi jika sama2 sudah punya pasangan hidup. Btw, kadang nyelekit sih, tapi ya harus legowo memang. Takdir berkata lain mau gimana lagi wkwkwk 🙁
Sependek ini daku malas sih kalau ada reunian.
Kalau urusan mantan jangan di delete Teh, karena masih ada jejaknya memang di recycle bin. Jadi kudu pakai Shift biar gak da jejak lagi eh
Reuni juga bisa menjadi kesempatan untuk mengobrol dan berbagi cerita tentang pengalaman hidup masing-masing setelah lama tidak bertemu. Jangan sampai tidak datang karena ada mantan huhuhu….
Hahahaha… ya Allah, auto tertawa saat membaca infografis terakhir. Makanya saya tu kalau hapus data/file langsung sekalian buka recycle bin dan kosongkan sekalian. Kan menghapus untuk memberi ruang…. percuma kalau cuma delete saja.
Btw, saya sejak dulu kalau ketemu mantan yo biasa saja. Pernah diajak makan berdua, oleh mantan yang paling membekas di hati, tak iyain asal di tempat umum. Ga ada rasa apa-apa sih, dan atas izin suami tentunya. Di facebook pernah saling komentar ya biasa saja, di-ciye-in suami.
Kayaknya saya terlalu mudah mengikhlaskan hal yang tidak bisa didapat… karena biasanya gitu. Ga mau pusing atau mbatin.
Saya juga termasuk yang santai santai saja kalau reuni, soalnya mantan yang ada pun sudah ga ada perasaan apa apa. Mungkin karena zaman cinta monyet ya, jadi oerasaan enggak sampe mendalam gitu..
Hahahahahaha. Gak semua mantan bisa seasyik itu ya teh. Ada yang masih asyik temenan meski dah putus, ada yang udah kayak musuh aja. Apalagi kalau kita yang mutusin. Alhamdulillah karena masih bersilaturahmi.