The Power of Networking

The Power of Networking

 

Sudah seminggu ini saya bergabung di sebuah group yang dibuat dadakan oleh para penulis buku (termasuk yang merangkap blogger). Tujuannya dengan bekerja sama diharapkan bisa saling bantu khususnya dalam meringankan beban teman-teman penulis yang saat merebak pandemi covid-19 ini terdempak begitu kuat dalam masalah penghasilan.

Karena kekuatan jejaring yang sudah solid sebelumnya dalam sekejap saja para penulis blogger dan editor bisa dengan mudah “dikumpulkan”.

Social distancing yang diterapkan pemerintah berdampak pada banyaknya usaha yang sepi. Pekerja tidak punya upah karena dirumahkan. Yang jualan tidak laku karena tidak banyak pembeli. Termasuk para pekerja ojek online, supir taksi, dan masyarakat menengah ke bawah lainnya banyak yang nganggur karena terpapar adanya local lockdown.

Di sebuah grup komunitas penulis ibukota pun sudah beberapa hari ini didiskusikan oleh penulis senior jika sebagian blogger sudah merasakan kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari nya. Ada yang sudah kehabisan beras, kehabisan bekal sampai tabungan terkuras. Sedih mendengarnya.

Teman-teman penulis yang biasanya mengandalkan pemasukan keluarga dari royalti menulis pun terdampak cukup parah. Ada yang suaminya bekerja sebagai driver ojek online, sekarang tentu saja sepi pelanggan dan kesulitan dengan kebutuhan harian.

Ada yang tulang punggung keluarga sebagai buruh pabrik yang dibayar harian. Sekarang ini tidak mendapat uang karena pekerjaannya diliburkan. Ada juga penulis yang keluarganya sedang sakit, dagang sepi, mengandalkan royalti tidaklah seberapa itupun dalam jangka waktu lama. Malah ada penulis yang sama sekali tidak ada pemasukan karena penerbit tempatnya bekerja kena lockdown, padahal ia juga tulang punggung keluarga.

Tidak terkecuali kesulitan dirasakan oleh penulis yang menjadikan menulis sebagai sampingan karena pekerjaan utamanya lebih menjanjikan. Seperti dosen, pengusaha, dan atau pekerja aparatur sipil negara. Mereka bercerita dengan adanya resesi local lockdown ini harus merelakan uang yang ditabung untuk masuk kursus anak harus dialihkan untuk biaya makan. Uang yang tadinya disisihkan untuk bekal pulang kampung, dialihkan untuk memberikan bantuan pada keluarga terdekat yang juga terdempak. Semua meringis.

Proyek kepenulisan, gathering, event komunitas dan lain sebagainya yang dinanti biasanya lumayan bisa ngasih uang saku semua terpaksa harus terhenti. Semua dalam sekejap serba berubah. Semua rencana, semua kegiatan, semua angan angan harus hilang dalam diam. Pupus.

Banyak kekecewaan yang ditelan, semua berdampak tapi sebisa mungkin terima kecewa itu dengan aman dan nyaman. Sambil membantu sebisa mungkin karena saat kita menolong orang hakikatnya adalah kita menolong diri kita sendiri.

Melalui jejaring kepenulisan, blogger dan editor secara serentak dan kompak mengumpulkan bantuan seikhlasnya. Seperak dua perak lama-lama jadi bukit. Eh, salah ya? Maksudnya ya gitu sekecil apapun donasi dari sesama teman dalam dunia kepenulisan kalau dikumpulkan lumayan bisa membantu teman yang membutuhkan. Bisa menopang hidup sehari-harinya meski dalam skala sederhana dan hanya dalam jangka waktu semingguan ke depan saja.

Saya sendiri sebagai blogger daerah, sudah biasa kadang dapat job kadang tidak. Bisa dibilang tidak ada undangan event yang bisa dihadiri sama sekali. Sementara blogger atau penulis ibukota (Jabodetabek) mungkin saat mengalami kondisi seperti sekarang ini bikin shock sekaligus. Karena tidak ada pemasukan sama sekali…

Bersyukurlah jika masih memiliki sumber penghasilan, baik itu gaji, atau ada keluarga yang menopang. Bersyukurlah memiliki teman, jejaring atau networking yang solid, yang selalu siap bantu meski sikon sendirinya pun sebenarnya pas-pasan.

Bersyukurlah di saat kondisi serba susah seperti sekarang masih ada teman yang mencolek untuk ikut campaign, atau menawarkan job kepenulisan. Semua itu bukan kebetulan semata, namun ada rencana Tuhan yang tidak kita lihat.

Karena itu berpikirlah positif, bertemanlah dengan orang-orang baik, karena kekuatan networking yang kita miliki tidak akan mengkhianati. Di saat semua serba susah seperti sekarang ini dengan siapa kita akan saling bantu? Kecuali dengan orang yang mempercayai kita.

Mudah-mudahan Allah SWT membuka pintu rejeki bagi kita semua. Aamiin yra.

16 thoughts on “The Power of Networking”

  1. iya teh bener banget nih soal networking memiliki kekuatan tersendiri yg terkadang melebihi materiil, semoga kita semua mampu melewati musibah pandemi virus ini ya teh..Sehat selalu teh

    Reply
  2. Aamiin.
    Masya Allah alhamdulillah banget ya teh slaying support. Secara ngga langsung menguatkan :’) Allah emang ngga pernah salh kasih rezeki

    Reply
  3. Aku menyakini bahwa networking memang penting dan kadang rezeki itu bisa datang secara tiba tiba dari networking.. maka kadang aku ngga melulu mikirin uang kalo lagi networking, mikirnya value yang aku dapat nanti setelahnya dan yakin bahwa apa yang kita lakukan saat ini akan bermanfaat juga nantinya

    Reply
  4. MasyaAllah, terharu sekali kalau teman-teman seprofesi bisa saling membantu temannya yang sedang kesulitan, terutama di masa seperti ini. Memang manfaat networking ini penting sekali ya, kita nggak tahu Allah bisa menitipkan rezekiNya untuk kita lewat tangan yang mana.

    Reply
  5. Saya yakin saat ada kesulitan pasti juga ada kemudahan. Apa yang kita tanam dulu adalah apa yang kita tuai hari ini. Yg penting optimis melewati badai, kalau ada kelebihan bantu yg lain jg. Justru saat badai kyk ginilah kesetiakwanan diuji.

    Reply
  6. Teteh … bener banget ini banyak cerita sedih dari teman-teman tentang PHK, usaha sepi, sampai utang sana-sini. Usahaku pun kena imbasnya tapi abis ngobrol-ngobrol dengan seller lain jadi makin semangat putar otak untuk terus berusaha. Sekarang ini jadi coba-coba jualan frozen food, deh. Semoga pandemi ini segera berlalu.

    Reply
  7. Networking memang penting banget mbak, bangga banget kalo kenal banyak orang. Kayak ayahku nih, beliau kenal banyak orang dan koneksinya bagus, jadi pas kesusahan banyak banget yg bantu.

    Reply
  8. Bagaimana pun tetap alhamdulillaah, ya, Teh. Semoga demikian juga dengan teman-teman yang juga sedang mengalami keterbatasan. Benar, saat ini juga waktunya mengasah kepedulian, bahkan meski sedikit karena misalnya juga sedang kepepet (tanpa harus memaksakan diri, tetap sesuai kemampuan), bisa jadi sangat berharga buat yang dibantu.

    Reply
  9. Ngerasain banget gimana nikmatnya punya networking. Dulu waktu cuma ngurus anak-anak aja, dan belom kenal internet, batur pakumaha cuma suami dan keluarga kecil. Tapi begitu ngeblog dan kenal banyak orang, walopun cuma online, saya ngerasa reugreug. Ada rejeki arep-arepeun. Berasa dapet bonus yang tiba2 dapet. Dan selain itu juga jadi nambah wawasan dan ilmu deh dari networking ini.

    Reply
  10. Berpikir positif dan berteman dengan orang baik, ini penting banget ya mba. Disaat kondisi seperti ini, sangat membantu sekali jika memiliki sisi emosional yang baik. Wahhh komunitas baru apa itu mba? Pasti seru ya

    Reply
  11. Selain kerja keras handle medsos kita juga harus jalin silaturahmi dengan baik ya biar selalu mengalir rejeki. Alhamdullimah meski stay di kota besar selalu ada saja rejeki, ga harus even. Karena even juga tidak selalu singgah kan karena diseleksi

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics