Tips sukses Ajak Anak shalat Jumat
Tahukah Bu-ibu, juga para Bapak, kalau mengajak anak shalat Jumat itu ternyata mudah kalau kita tahu kuncinya.
Usia Fahmi 3 tahun 4 bulan, namun masih memiliki keterlambatan dalam beberapa fase perkembangan yang jauh tertinggal dibanding anak lain seusia dengan nya. Belum bisa makan suap sendiri, belum bisa lepas dan pakai pakaian sendiri khususnya celana saat dia mau buang air kecil, dan keterlambatan perkembangan lainnya meski di beberapa hal Fahmi juga mempunyai kemampuan lebih.
Seusianya itu, baru Jumat setelah dua hari dari Lebaran kemarin ia diajak shalat Jumat oleh ayahnya. Tidak tanggung tanggung, di Mesjid Agung Cianjur pula tempatnya, bersama bupati dan jajaran pejabat kabupaten lainnya. Dan alhamdulillah, Fahmi sukses menjalankan shalat Jumat pertamanya itu tanpa nangis karena bosan atau kesal, pun tanpa minta keluar saat khutbah Jumat berlangsung. Ayahnya bilang, Fahmi hanya sempat tertidur sebentar di pangkuannya. Padahal saya sudah siaga satu nunggu di halaman mesjid sekedar antisipasi jika Fahmi rewel saya siap “mengambil” dari ayahnya supaya tidak ganggu jalannya Jumatan.
Wah, tentu saja saya sangat lega, secara Fahmi kan anaknya pemalu. Ia tidak bisa jumpa orang banyak apalagi asing. Jika terjadi, Fahmi pasti mengkerut alias ngumpet. Jalan lainnya nempel dari ayah atau ibu, hingga beberapa lama setelah merasa bisa beradaptasi baru mau lepas. Jadi saat shalat Jumat yang pastinya ketemu wajah-wajah baru dalam jumlah tidak terhingga Fahmi memilih tidur itu sebuah jalan keluar yang cukup baik. Tidak rewel tidak ganggu jalannya ibadah.
Tidak mudah tentu saja mengajak anak salat Jumat untuk pertama kalinya. Sering saya lihat, anak anak justru malah ganggu jalannya ibadah dengan ulahnya. Suara ngobrol, berlarian, atau merengek dan nangis karena tidak biasa dengan kondisi shalat Jumat yang pasti beda dengan shalat lainnya.
Membiasakan anak shalat Jumat sejak dini tentu saja hal yang sangat baik. Karena jika tidak anak akan melakukan apa saja yang tidak pantas dilakukannya ketika ibadah yang seharusnya khusyu dan khidmat berlangsung. Tapi tentu tidak mudah pula mengajari anak supaya langsung bisa diajak kerja sama. Apalagi usia balita, pasti harus ada saja bujuk rayu, celoteh, tanya jawab, dan ulah anak anak balita lain pada umumnya. Disini pengertian orang tua dalam hal ini peran ayah (karena jumatan pastinya dengan ayah, bukan dengan ibu, hehe!) sangat dituntut.
Diperlukan banyak tips dan trik supaya anak bisa menjalankan ibadah shalat Jumat.
Tips sukses yang sudah kami terapkan dan cukup berhasil adalah:
- 1. Bisa karena biasa.
Sejak dini ajak anak laki ke mesjid. Selalu tanamkan apa yang boleh dilakukan dan hal apa saja yang seharusnya tidak boleh dilakukannya saat berada di tempat ibadah. Kalau sudah terbiasa ke Mesjid, anak minimal sudah bisa memahami kondisi mesjid pada umumnya. Pelan-pelan selalu diinformasikan apa yang tidak boleh dilakukan saat ibadah berlangsung. Baik sebelum berangkat maupun setelah kembali dari shalat Jumatannya.
- 2. Proses.
Namanya juga anak anak. Ayah jangan cepat kesal atau tidak sabaran. Justru selalu berusaha ambil pelajaran dari setiap kali bawa anak ke mesjid untuk dievaluasi sehingga kedepannya bisa diambil kesimpulan sejauh mana kesiapan anak. Usia balita sudah sangat bagus anak mau diajak ke mesjid. Semakin tambah usia anak, terus bimbing dan perdalam pemahamannya tentang ibadah Jumat.
- 3. Tanamkan pengertian terus menerus.
Ada pepatah bilang air hujan yang terus-menerus jatuh di batu menyebabkan lekukan yang indah dan alami. Informasi yang orang tua sampaikan kepada anak secara terus menerus dan kontinyu insya Allah akan diingat anak dan dipahami. Tidak hanya etika saat berada di mesjid sebagai tempat ibadah, tapi juga ajaran bacaan niat dan praktik wudhunya, niat dan bacaan shalatnya, niat shalat Jumatnya, sampai praktiknya yang didampingi langsung oleh sang ayah. Intinya jika anak diharapkan bisa, maka minimal orang tuanya harus lebih dahulu bisa.
Maaf, banyak lho orang tua yang ternyata kurang memahami (ilmu) shalat Jumat itu sendiri termasuk syarat syah dan rukun-rukunnya. Sehingga kurang afdol rasanya kalau mengharap anak bisa maksimal sementara kita sebagai orangtuanya tidak memahami betul akan ilmu-ilmunya. Padahal anak akan maksimal kalau orangtuanya sendiri yang langsung membimbing.
Jaman sekarang, banyak orang tua yang menyerahkan tanggung jawabnya itu kepada guru ngaji si anak. Jadi bagaimana baik buruknya shalat (Jumat) anak, itu terserah sedapat dapat ilmunya anak dari guru agama atau guru ngaji. Ini yang keliru, karena waktu dan jangkauan guru ngaji pasti terbatas, sementara waktu anak dengan orang tua khususnya ayah tentu lebih banyak.
Ada baiknya jika mengharap anak soleh dan pintar, orang tuanya tentunya harus bisa memberi contoh yang nyata secara terus menerus sehingga anak bisa meneladani.
- 4. Lengkapi Fasilitasnya.
Sarung, kopiah, sajadah, termasuk sendal bersih biasakan terpisah dari yang biasa dipakai dan kotor. Jika anak minta baju yang disukai boleh saja kita penuhi untuk sementara sambil terus diberi pemahaman kalau ibadah itu sepantasnya mengenakan pakaian seperti apa dan harus bagaimana. Insya Allah lama-lama anak akan terbiasa dan bisa mengikuti.
Pengalaman kami, Fahmi mau ikut ayahnya shalat Jumat asal memakai baju polisi. Haha, lucu kan? Tapi demi bisa menumbuhkan semangatnya lebih dahulu, meski terasa salah kostum, tidak ada salahnya kami penuhi. Karena lihat iklan di TV, pernah juga tidak mau pake sendal, dan ingin “jalannya terbang” alias digendong sang ayah. Biarlah, kita penuhi saja dulu permintaannya. Seiring usianya yang terus bertambah, nanti juga anak akan mengerti. Tentu saja dengan pemahaman yang selalu disampaikan orangtua dengan jaan yang disukai anak.
- 5. Beri Apresiasi.
Setelah sholat Jumat beri ia pujian supaya kedepannya anak mau dan lebih semangat lagi untuk melakukan hal lebih baik lagi. Tapi tentu saja bukan maksud membiasakan anak jadi gila pujian, apresiasi disini supaya anak merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk shalat lebih baik lagi.
Nah, bagaimana mudah kan mengajak anak shalat Jumat itu kalau kita tahu kuncinya? 😊 Yuk ayah bunda share pengalaman serta tips lainnya disini supaya bisa lebih manfaat dan bisa diikuti tipsnya oleh para orang tua lainnya 🙂
Duhh teh Okti, beneran deh ini artikel pas banget buat aku yang punya tiga anak. Makasih ya tipsnya…
Aduh Mbak Zata, maaf banget ni artikel belum selesai, maklum saya publish dari hp jadi banyak typo, tata letak gak pas dan ga bisa masukin foto, hehe, maaf dan makasih banget kalau memang bermanfaat 😉
Dicatet, nanti kalau punya anak laki-laki bisa diterapkan. Makasih sharingnya Teh Okti.
hihi, terimakasih 🙂
Teteh, tips di atas bener banget. Apalagi harus dilakukan secara konsisten. Reward menurutku memang penting banget agar anak semakin termotivasi ya
Terimakasih Bu 🙂
ini hanya share pengalaman aja 😉 moga manfaat 😉