Saat pandemi melanda, perekonomian terpuruk, banyak warga kampung yang menjual tanah kebun demi bisa mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup dan biaya sekolah anak.
Mungkin sudah jodohnya, saya dan suami sepakat membeli sebidang tanah yang berlokasi di Cibentang, tetangga desa dari Pagelaran menggunakan uang tabungan hasil dari ngeblong dan jadi freelance lainnya.
Lahan kebun yang bagi masyarakat dianggap kurang produktif itu memang dijual dibawah harga rata-rata. Lokasinya seperti bukit, menanjak. Tapi di bagian puncak, berupa dataran.
Akses transportasi bisa dilalui kendaraan roda empat hanya belum diaspal atau dicor. Masih jalan berbatu hasil swadaya masyarakat. Kedepannya ada kemungkinan akan jadi jalan hidup karena itu jalan penghubung beberapa kampung.
Lahan itu oleh pemiliknya sama sekali tidak digarap. Yang tumbuh di atasnya hanya berupa ilalang. Ada satu pohon aren, yang mungkin tumbuh secara tidak sengaja dan beberapa dapur pohon bambu.
Saya dan suami justru menyukai lokasi lahan seperti itu. Karenanya segera melakukan transaksi dan membuat surat-surat resmi.
Suami saya memang suka berkebun. Sejak dulu sering menanam pohon (kayu) dan buah-buahan meskipun tidak menghasilkan alias selalu keburu dicuri orang.
Tapi untuk lahan yang ini selain akan ditanami pohon Jati India dan buah-buahan kami juga berencana akan membuat gubuk alias saung di atasnya.
Keinginan itu muncul ketika pertama kali survey lokasi, dari puncak yang berupa dataran itu dengan leluasa bisa melihat ke bawah dan depan pemandangan alam. Di kejauhan sana terlihat bangunan SMPN 1 Pagelaran dan bangunan RSUD Pagelaran.
Melihat suasananya seperti itu, muncul keinginan kami untuk membangun saung di kebun ini untuk relaksasi.
Walaupun hanya sebuah gubuk, dengan bahan seadanya memanfaatkan bambu yang tumbuh di lahan itu tapi saya ingin membuat suasana saung itu nanti lebih nyaman. Konsepnya tidak hanya sekedar untuk berteduh tapi juga bisa jadi tempat menenangkan hati dan pikiran.
Membuat gubuk kebun sederhana ini memang belum terealisasi karena berbagai kesibukan. Tapi diam-diam saya sudah merancang seperti apa gubuk itu nanti akan dibuat.
Belajar dari berbagai artikel properti yang saya baca, ada beberapa cara sederhana namun efektif yang bisa dicoba untuk menciptakan bangunan yang bikin nyaman.
Jadi nanti saat mau bikin saung, rencananya akan dibuat dua ruang. Pertama ruang tertutup dalam arti memiliki pintu dan jendela yang dikunci. Gunanya untuk beristirahat dan menyimpan barang-barang penting.
Ruang kedua di depan dibuat secara terbuka. Menghadap ke arah pemandangan alam dan jalan raya dimana sekolah dan rumah sakit berada.
Karena ini hanya saung, bukan rumah jadi otomatis ukuran ruangan lebih kecil. Paling besar berukuran 3×4 meter. Menyesuaikan dengan panjang bambu yang akan kami pakai.
Tidak akan ada barang selain yang nanti dibekal ketika berkunjung ke sana, itu untuk menciptakan ruang yang lebih lapang dan bersih juga menjaga dari incaran orang jahat.
Tidak ada furniture. Kalaupun ada mungkin bikin bangku berbahan bambu atau jojodog dari potongan kayu yang ditebang beberapa di depan hawu (tungku perapian).
Untuk urusan kamar mandi sementara bisa numpang ke rumah penduduk yang berada di jalan desa dengan jarak sekitar 200 meter. Kalau berani, langsung ke sungai Cijampang dengan jarak sekitar setengah kilometer dari kebun.
Mungkin akan repot juga karena setiap akan ke saung ini harus banyak membawa barang. Terus membawanya kembali kalau pulang. Tapi demi menciptakan zona nyaman, hal itu tidak akan terasa memberatkan. Anggap saja seperti akan camping.
Dengan sedikit usaha dan kreativitas, saung kebun bisa menjadi tempat yang lebih nyaman untuk bersantai dan berkumpul bersama keluarga.
Menghadirkan tempat wisata favorit ala-ala bikinan sendiri ini enaknya bisa leluasa memberikan sentuhan desain atau setting properti lainnya sesuai keinginan.
Termasuk dari segi kulinernya, tinggal bawa bekal sesuai keinginan, walaupun di Sunda mah tak akan jauh dari kegiatan ngaliwet tapi disitu justru ciri khas dan keunikannya.
Semoga segera terwujud ya, hehe…
Wah keren Mbak Okti. Dari hasil ngeblog dan influencer sudah beli tanah. Dan dari cerita ini, pasti ke depannya akan jadi tempat menarik Mbak. Apalagi lokasinya bagus dan sudah akses jalan juga. Cocok buat relaksasi memang. Hanya mungkin kamar mandi nanti perlu ada, Mbak. Karena lumayan juga jarak numpang ke tetangga. Kalau ke sungai juga riskan, apalagi kalau lagi hujan.