Jelang pemilihan President 2014 ini, banyak order/job untuk para penulis yang aktif di dunia maya (internet) yang biasa diistilahkannya sebagai blogger.
Para penulis atau blogger yang biasanya hanya menuliskan apa yang ada dalam pikirannya (suka-suka) ini, dengan job yang didapat itu terpaksa harus menulis sesuai dengan pesanan.
Kok pesanan? Ya, karena si pemberi job membayar penulis/blogger itu untuk membuat tulisan yang diinginkannya.
Ya kalau tulisan yang dipesan itu tidak menyalahi aturan. Tapi kalau menyalahi aturan, memfitnah misalnya, apa akan dikerjakan juga?
Oh! Itu pasti. Jangan salah, demi uang, blogger mau melakukan apa saja, termasuk membuat tulisan yang faktanya bohong dan hanya menjatuhkan nama baik seseorang saja.
Jelang Pemilu kali ini, itu yang banyak terjadi. Antara satu kubu dengan kubu lain saling menjatuhkan lawan politik, salah satunya dengan menjatuhkan nama baik lawannya. Ya lewat tulisan pesanan itu.
Sedihnya, kok ada juga blogger yang menerima pesanan itu, hanya demi bisa dapat pemasukan sekitar jutaan rupiah. Mungkin sudah bosan dengan menulis ala diary yang isinya hanya curahan hati atau reportase karyawisata. Makanya seneng banget saat ada tawaran menulis yang menggiurkan, langsung dicaplok tanpa memikirkan apakah pekerjaan menulisnya itu melanggar etika dan merugikan orang lain?
Tak memikirkan bagaimana sakit dan terpojoknya pihak yang dijelek-jelekannya dalam tulisan yang dipublishnya itu. Tak peduli fitnah dan bohong terus meluncur dari untaian kata-kata yang dirangkainya.
Yang demikian penulis (blogger) pengkhianat dan blogger penjilat. Dia menghkianati hati nurani dan kebenaran. Dia jadi penjilat dan abdi dari si pemesan tulisan yang membayarnya dengan upah penghasilan.
Ya Tuhan, kumohon semoga dijauhkan dan dikeluarkan dari komunitas blogger demikian. (Ol)