Berbagi Informasi Ketenagakerjaan dan Migrasi
Pesan WhatsApp memberikan notifikasi dari nomor tidak dikenal. Tapi si pengirim memanggil saya dengan nama khas, panggilan kelompok kami di kelas satu saat sekolah. Berarti dia bukan siapa-siapa, pikir saya sambil segera membuka keseluruhan pesannya.
Adalah teman di Cikarang Bekasi, ia bertanya bagaimana cara mau bekerja ke Arab Saudi.
Saya menarik nafas. Kok bisa tanya ke saya? Memang ga ada yang lain?
“Kamu kan sudah berpengalaman kerja di luar negeri. Saya tahu dari ibu, katanya kamu juga kerja di Migrant Institute, yang mengurusi pekerja migran serta permasalahannya. Jadi paling tidak kamu tahu dong informasi terkait bekerja ke luar negeri? Beneran saya butuh infonya…”
Hemm… Kalau sudah begitu, ya mau tidak mau saya jelaskan prosés menjadi TKI sacara prosedural alias legal ke negara penempatan yang dimaksudkan.
Secara garis besar saya jelaskan kalau saat ini pengiriman tenaga kerja ke Timur Tengah khsususnya tenaga kerja wanita dengan status pekerjaan non formal, sedang moratorium alias diberhentikan. Jadi kalau mau berangkat secara legal, jelas tidak bisa. Kalaupun masih ada TKI yang tetap bisa berangkat saya katakan pasti tidak sesuai prosedur. Jika ketahuan beresiko dengan hukum.
Kecuali untuk tenaga kerja laki-laki dengan pekerjaan berbasis skil seperti sopir, masih bisa berangkat dengan proses melalui perusahaan jasa tenaga kerja yang resmi.
“Lalu kalau mau kerja sekarang baiknya kemana nih?” lanjutnya.
Saya kembali jelaskan kalau bekerja sebagai tenaga non formal bisa berangkat ke negara yang berada di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia dan atau Brunei Darussalam. Sementara kalau wilayah Asia Pasifik, bisa ke negara Hong Kong dan atau Taiwan.
Adapun untuk pekerja formal, selain ke Timur Tengah, banyak juga yang menjadikan negara Korea Selatan sebagai negara favorit. Selanjutnya negara Jepang yang jadi tujuan para perawat dari Indonesia. Banyak juga yang bekerja ke Australia dan atau New Zealand di industri perkebunan dan peternakan.
Teman saya mengaku sudah mengerti. Ia bilang akan berembuk dulu dengan keluarganya. Ia mengucapkan terimakasih dan kami memutuskan obrolan.
Seperti itulah, tidak jarang saya dimintai menjawab pertanyaan teman atau tetangga seputar ketenagakerjaan buruh migran. Ilmu yang saya pelajari sewaktu ikut pelatihan paralegal ada manfaatnya juga. Ditambah pengalaman saya selama bekerja dan menghadapi berbagai kasus saat bekerja di luar negeri menambah informasi serta wawasan saya juga.
Pernah ada salah satu tenaga kerja meninggal di negara penempatan, salah satu saudaranya menghubungi saya, bertanya bagaimana cara memulangkan jenazah sementara pihak keluarga tudak punya biaya. Sering yang bertanya gimana cara calling visa, supaya bisa bekerja tanpa harus ribet dan lama menunggu proses, dan masih banyak pertanyaan lain.
Termasuk ketika salah satu desa di kecamatan tempat saya tinggal di Cianjur ini menjadi percontohan desmigratif, saya dihubungi pihak dinas, kecamatan sampai kepala desanya untuk bersama menjalankan program kerja serta regulasinya terkait pengirim buruh migran yang sesuai prosedur. Alhamdulillah saya merasa bukan siapa-siapa tapi jika dibutuhkan dan bermanfaat tentu saja saya bersedia membantu dan bekerja sama.
Diakui atau tidak, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri saat ini memang masih marak terjadi. Kurangnya lapangan pekerjaan, gaji yang pas-pasan bahkan minim membuat masyarakat banyak yang memilih menjadi TKI. Itu hak setiap warga negara. Negara tidak akan mencegahnya. Hanya yang dilakukan pemerintah adalah mengupayakan supaya proses berangkat sebagai tenaga kerja melalui proses yang resmi. Selain untuk keselamatan para pekerja itu sendiri juga untuk memudahkan proses pengurusan jika kelak ada sesuatu terjadi tanpa kita duga.
Jadi begitulah, seandainya ada trip ke suatu daerah sambil berbagai, ilmu apa yang akan dibagikan? Ya mungkin informasi terkait ketenagakerjaan saja. Kenapa itu? Hehehe abisnya hanya itu yang saya tahu sih…
Saya tau cerita2 tentang TKI di tv, dunia terbalik. sedikit banyak sama dengan cerita yang ada di artikel ini. Dunia memang keras ya kak….
Yah, katanya begitu kabar TKI yang mohon maaf mungkin kerjanya bukan kerja yang disektor atau rekruit pake basic pendidikan. suka diperlakukan semena-mena . jadi perlu diberikan edukasi juga, jangan liat enaknya aja
Seneng ya mba…bisa berbagi ilmu kepada yang membutuhkan. Kasian juga kalau yg belum ngerti trus main berangkat aja jadi TKI, soalnya banyak kasus berita TKI mengerikan. Semoga teh Okti tetap menjadi pencerah bagi siapa saja.
Ya Allah bu Turini miris dan prihatin liatnya udah nggak digaji dilarang bicara pula. Bukan urusan mudah sesungguhnya masalah ini. Butuh mental dan profesional juga ke sininga lho.
Masyaallah mbak bersyukur banget pengalaman nya jadi bermanfaat untuk memberikan informasi bagi org lain. Daripada dia googling tapi kadang malah nemu yg menjerumuskan. Alhamdulillah informasi yg mbak tulis di blog malah mencerahkan calon tkw
Mirirs rasanya kalau mendengar TKI diluaran sana dianiaya, tidak diberi gaji dan bahkan tidak boleh berkomunikasi dengan saudaranya. Mudah-mudahan ada bekal dan keterikatan intim antara TKI dengan negara tempat bekerja.
Kalo yang resmi dan punya skill, tidak banyak masalah ya. Yang banyak masalah justru yang ilegal dan gak punya skil. Di aku juga banyak nih yang begini. Jadi TKI tanpa punya skil. Jadinya kasian. Mana masih pada muda pula