Demi Konten

Ketika tidak sengaja melihat informasi lomba menulis tentang desa wisata yang ramah berkendara, hati saya langsung tergerak untuk mengikutinya. Melihat semua persyaratan dan mekanismenya cukup mudah. Niat pun semakin mantap untuk mengulik tempat wisata di kabupaten Cianjur yang masih belum banyak terjamah wisatawan, supaya menjadi lebih terkenal.

Padahal kalau boleh bercerita, saya ini tipe tidak mudah tergiur mengikuti lomba menulis. Saya selalu melihat tema, persyaratan dan mekanismenya terlebih dahulu. Karena jika saya memang mampu bahkan menguasai materi, saya akan dengan senang hati dan enjoy melakukannya. Sebaliknya, memaksakan diri mau ikutan lomba juga, jika tidak menguasai bidangnya, saya akan merasakan terpaksa dan terseok-seok menyelesaikannya. Buat apa memaksakan dan menyiksa diri? Jika bagi orang lain ikut lomba jadi ajang berlatih menulis, tapi buat saya tetap lihat-lihat kondisinya dulu.

Setelah niat itu muncul, semesta pun ikut mendukung. Pikiran langsung mencari lokasi wisata mana yang mau saya angkat. Memori ikut bermunculan. Menampakkan lokasi wisata yang pernah saya kunjungi. Secara niatnya saya akan mengorek informasi “ramah berkendara“ nya. Jadi saya pikir, setidaknya harus sudah pernah ke sana. Biar tahu dan bisa membayangkan bagaimana rute, lokasi, dan sebagainya.

Tapi tiba-tiba muncul ide untuk mengangkat lokasi wisata air terjun air panas yang masih alami. Ya, di Desa Sukasirna Kecamatan Leles Kabupaten Cianjur, ada sebuah air terjun yang airnya itu sangat panas. Lebih uniknya lagi, air panasnya ini tidak mengandung belerang. Dalam arti, air panas ini bukan berasal dari panas lava gunung sebagaimana air panas lainnya.

Sayangnya saya belum pernah ke sana. Lalu bagaimana? Ya saya harus berusaha ke sana. Serius! Tapi tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala dan beberapa hal yang harus saya lakukan lebih dulu seperti:

  • Izin suami

Bagi orang lain mungkin permasalahan izin ini bisa jadi nomor yang ke sekian. Tapi buat saya apapun yang akan saya lakukan, izin dari suami ini menjadi nomor wahid yang tidak bisa diganggu gugat lagi. Terlebih saya ada anak yang sampai sekarang hampir tidak pernah ditinggalkan. Jadi kemana-mana anak selalu dibawa, terlebih jika perjalanan jauh, pasti suami yang mengantar.

  • Mengumpulkan informasi terkini

Karena saya belum pernah ke sana, tentu saja saya harus mendapatkan informasi terupdate supaya perjalanan bisa aman dan nyaman. Kebetulan teman suami sering mengantar jemput warga di kampungnya untuk mandi di air terjun panas tersebut. Saya pun menggali informasi sebanyak -banyaknya. Bagaimana rute ke sana, bagaimana keadaan di sana, apa yang seharusnya dibawa dan hal-hal penting lainnya yang tidak boleh terlewat.

  • Cari waktu

Setelah tahu ternyata lokasinya sekitar dua jam kendaraan dari tempat saya tinggal, plus cuaca sekarang ini sering tidak bisa diprediksi, maka jika mau ke sana saya harus memiliki waktu cukup. Sementara dari Senin sampai Sabtu anak dan suami sedang full-full nya masuk sekolah. Susah bolos karena menghadapi ujian akhir semester. Hari Minggu pun dipilih sebagai hari dimana anak dan suami bisa full ikut mengantar saya.

  • Sarana akomodasi dan transportasi

Kecamatan di Cianjur Selatan ini satu sama lain berjarak sekitar 20-30 km. Kondisi jalan beragam, ada yang sudah dicor atau aspal, ada yang masih berbatu karena belum mendapatkan perbaikan. Kendaraan harus dipikirkan setidaknya harus yang bisa menguasai medan. Jangan dikit-dikit mogok, selain menyusahkan, menuju air panas ini lokasi perkampungan masih jarang. Jika mogok, bakalan sulit mendapatkan pertolongan sekalipun dari  penduduk setempat. Boro-boro ada bengkel. Kalaupun ada ya berjauhan jaraknya.

Fix setelah semuanya bisa didiskusikan, persiapan teknis final tinggal bagian saya, yaitu persiapan logistik dan persiapan bikin konten.

Bekal persiapan ke wisata air terjun air panas pastinya beda dengan berwisata ke museum. Disitu saya harus jeli dan mencatatnya supaya tidak ada yang terlewat.

Makanan pun dipersiapkan sehingga cocok dengan lokasi wisata air. Kami bawa trangia serta makanan dan minuman instan. Terbayang saat tubuh menggigil, enaknya seruput minuman panas atau kuah mie instan ya?

Persiapan buat konten pun dimaksimalkan. Di sana pasti susah sinyal dan aliran listrik. Jadi kekuatan gadget harus dicadangkan. Antisipasi kena air atau hujan juga pastinya sangat diperhatikan.

Sambil menyelam minum air. Sambil berwisata keluarga, sambil membuat draft dan ambil foto istimewa demi konten yang akan diperlombakan. Segitu mempersiapkannya, jika saya memang ada niat.

Dan betul jika usaha tidak akan mengkhianati hasil. Meski bukan juara utama, tapi usaha saya bikin konten original dan informasi terupdate mengenai lokasi wisata air terjun air panas yang unik karena tidak mengandung belerang ini diganjar dengan terpilihnya sebagai tulisan favorit dengan imbalan fee yang yah, lumayan bisa sebagai pengganti akomodasi dan transportasi.

Begitulah cerita keseriusan saya saat memproduksi konten untuk blog. Bela-belain melakukan perjalanan jauh dan beresiko demi bisa mendapatkan review terkini dengan sumber informasi nyata.

15 thoughts on “Demi Konten”

  1. Wah aku juga kadang nggak terlalu suka ikutan lomba soal.y kadang nggak sesuai sama prinsip dan mood nulis aku jd yah gitu. Kalau ikutan pun kadang jd deadliner. Salut deh sama mba yag totalitas buat konten.

    Reply
  2. Senang sekali ya, teh.
    Beneran kalau ikut lomba yangs sesuai dengan passion tuh jadi all out. Layaknya bercerita sehari-hari dengan teman akrab, semua ditulis renyah dan alhamdulillah diapresiasi dalam bentuk menang lomba.

    Bonus lainnya, seperti PV ini akan terus mengalir ya, teh..

    Selamat dan sukses atas kemenangannya ya, teh.

    Reply
  3. Hasil jerih payahnya gak sia-sia ya. Selalu ada perjuangan di balik di sebuah prestasi. Terkadang seperti puncak gunung es, orang hanya lihat hasil. Padahal di baliknya ada banyak perhitungan cermat dan detil.

    Reply
  4. Semangat ya untuk kita para blogger dan freelancer. Memang ya mba, bikin konten berkualitas tuh perlu perjuangan, ga bisa setengah-setengah. Hasilnya terasa kok, mana konten serius dan yg ngga.

    Reply
  5. Perjuangan di balik sebuah tulisan. Gak segampang orang lihat. Kadang nih kalau ikut lomba, trus menang, yang dilihat menangnya aja. Enak bener kata orang. Mereka gak tahu udah berapa kali kalahnya, berapa hari ngetiknya, apa-apa yang dikorbankan untuk semua itu. Semangat Mbak! Aku suka dengan cara dan kegigihanmu.

    Reply
  6. Keren, Mba.
    Ikhtiarnya no kaleng-kaleng untuk mendapatkan kualitas tulisan yang bagus.
    Pasti tidak mudah, tapi setelah melihat hasil tulisan auto merasa puas karena telah melalui prosesnya dengan kesungguhan. Semoga mendapat hasil yang terbaik ya, Mba.

    Reply
  7. Aku malah sekarang nggak pernah hunting lomba blog lagi. Hehehe..

    Karna waktunya sih. Kaya mbak gitu, effort buat bikin konten itu nggak sedikit. Lumayan wow. Jungkir baliknya ada banget. Mana anak juga masih kecil-kecil. Challenge-nya makin banyak.

    Reply
  8. Makanya gaji content creator itu mahal bukan karena hasil videonya, tapi effort dan gawai yang diperlukan untuk membuat konten. Kadang masih banyak yang ngga paham sama hal itu. Btw sukses terus mba, semoga artikelnya bisa terus menginspirasi dan mendatangkan traffic

    Reply
  9. effort yang maksimal, hasilnya pasti juga maksimal teh..
    ngonten itu memang ngga sesederhana keliatannya, saya salut dengan para content creator yang keren-keren berjibaku menghasilnya konten berkualitas.

    Reply
  10. Wow super setuju mba! Aku tu tiap menerima objekani kerjaan, pasti izin suami dulu, apalagi yang harus keluar rumah dan meninggalkan anak. Alhamdulillah suami support banget bahkan nyocokin dengan jadwal dia supaya bisa stay sama anak-anak. Kalau dapat izin suami itu semua jadi lancar

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics