Empat Ketakutan (yang mungkin) Kamu Tertawakan

Empat Ketakutan (yang mungkin) Kamu Tertawakan

Jika ditanya apa yang ditakutkan? Misalnya petir, naik pesawat, disuntik, digonggong anjing, atau kegelapan, lalu apa jawaban yang paling mengena?

Saya sendiri bingung menjawab mana karena dari semua contoh pilihan tersebut, alhamdulillah berkat kekuasaan Tuhan, sama sekali tidak ada yang membuat saya takut.

Petir misalnya. Sejak kecil saya terbiasa hidup jadi orang tidak punya. Saat hujan turun, ketika teman-teman di kompleks rumah disuruh masuk oleh orang tua dan atau pengasuhnya, saya dan adik justru malah girang kesenangan. Main hujan-hujanan adalah permainan (atau hiburan) yang sangat menyenangkan buat kami. Petir menggelegar bukan membuat kami takut, tapi sebaliknya makin semangat berlarian karena percaya kalau petir bersuara tandanya hujan akan semakin deras. Kalau hujan deras main air akan semakin asyik dong.

Jika pulang sekolah, kami kan suka jalan kaki karena memang tidak punya kendaraan. Kalau musim hujan pulang ya hujan-hujanan. Tidak pernah meneduh asal buku dibungkus oleh tas kresek, sudah merasa lebih dari aman. Saat itu kalau ada petir menyambar malah kami tertawakan.

Naik pesawat, juga tidak membuat saya takut. Pertama kali naik pesawat tahun 2000 ketika akan berangkat ke Singapura. Ada teman yang merasa ketakutan setelah duduk di pesawat tangannya berpegangan sangat erat. Matanya terpejam dan mulutnya komat kamit, mungkin berdoa. Saya justru merasa biasa saja. Saya sudah pasrah menyerahkan semua kepada Sang Pencipta. Setelah berdoa saya rileks, dalam benak saya jika saatnya nyawa saya diambil dalam pesawat, saya ikhlas. Semudah itu saja.

Alhamdulillah saya malah sering naik pesawat. Baik maskapai internasional maupun nasional. Ada yang mulus ada juga yang kena masalah. Selama terus yakin dan percaya kepada Nya, selama itu hati saya tenang dan pikiran positif saja, alhamdulillah semuanya sejauh ini baik-baik saja.

Kalau sebagian orang sangat takut melihat jarum suntik, saya mah biasa saja. Di Taiwan justru saya jadi tukang suntik. Hahaha…

Saya bisa pastikan kalau para tenaga kerja Indonesia yang sesuai prosedur keberangkatannya pasti tidak akan takut terhadap jarum suntik. Kenapa? Karena sebelum jadi TKI saja, medical chek up itu sudah jadi kewajiban. Fit tidaknya kita ke luar negeri ditentukan oleh hasil pemeriksaan secara menyeluruh. Salah satunya pemeriksaan darah, yang diambilnya jelas melalui suntikan.

Disuntik mau menjadi TKI saja, itu bukan sekali dua kali lho. Belum kalau sudah bekerja di negara penempatan, medikal rutin minimal setiap 6 bulan sekali kalau di Taiwan. Dan setiap medikal minimal 3 kali disuntik lho! Kalau pun ada TKI takut jarum suntik, kalau terlalu sering ketemu dan rutin, lama-lama bakal jadi berani kali ya, hahaha.

Selama bekerja di Taiwan, saya merawat seorang pasien, kakek berumur 70 tahun lumpuh, sakit komplikasi dan makan menggunakan selang. Sesuai anjuran dokter, tugas saya menyuntikkan obat dan menjaga kesterilannya. Bayangkan kalau saya sendiri takut jarum suntik, walah, malah gak bisa bekerja dong.

Meski anjing salah satu hewan yang saya hindari karena (maaf) menghindari najisnya, tapi kalau digonggong anjing, saya rasa biasa saja. Dalam Al Quran dijelaskan hewan yang bisa kita hindari (tidak dimuliakan sara) hewan yang punya alasan. Kalau sekadar anjing saja tanpa gila apalagi tidak punya dosa, mereka juga patut kita hargai. Karena anjing juga sama sebagai mahluk Nya.

Teman bekerja di luar negeri banyak yang job nya menjaga anjing. Kalau bertemu saya malah suka bermain juga dengan anjingnya. Mulai dari anjing yang segede kucing, sampai anjing yang segede kambing. Mulai dari anjing yang mengeong (bukan kucing, tapi suaranya emang kecil gitu maksudnya) sampai anjing yang gonggongannya terdengar sampai radius ratusan meter, semua ada.

Jika saya takut kegelapan wah, saya tidak akan diterima jadi orang Cianjur Selatan dong. Why? Tahu sendiri kalau di tempat saya ini listrik mati sehari lima kali itu mah sedikit. Setiap malam tidak pernah tidak mati listrik. Mau sebentar mau lama, mau hujan mau kemarau, listrik mati sudah menjadi keseharian kami. Ya kalau listriknya mati siang. Kalau malam? Bukannya harus siap gelap? Paling tidak selama belum nyalain lampu charge atau menyalakan lilin. Bayangkan kalau saya takut gelap, bisa-bisa dari jaman baheula saya sudah pindah dari daerah yang listrik nya byar pet ini.

Jadi apa dong yang saya takutkan? Ternyata ada banyak juga lho. Dan mungkin ini bakal ditertawakan… Diantaranya saya merasa takut kalau:

Mendadak melihat ulat!

Ya, meski saya suka asruk-asrukan ke kebun hutan dan gunung, tapi kalau mendadak melihat ulat secara tiba-tiba, apalagi dalam jarak dekat, saya pasti ngorejat alias terkejut. Apalagi kalau ulat yang dilihat bentuknya menakutkan atau menjijikan.

Beda lagi kalau udah tahu tuh itu ada ulat, saya tidak akan begitu ketakutan. Yang ada malah sering memfoto ulat secara makro. Selain sambil belajar, ya merasa lucu saja. Aneh ya…

Mendadak ada yang memanggil

Ini murni saya alami sejak kecil kalau sedang di rumah, baik di rumah sendiri di rumah majikan atau sekarang di rumah sendiri lagi. Maksud ketakutan kalau ada yang mendadak manggil itu misalnya ketika kondisinya saya sendiri, lagi kerja atau lagi apalah, tiba-tiba ada yang memanggil tapi suara dan siapa-siapa nya sama sekali tidak saya kenal.

Nah kalau gitu, biasanya saya suka ketakutan. Suka ngumpet saja, sampai benar-benar diketahui atau yakin yang memanggil itu siapa-siapanya.

Ngomong “urusan” sama tetangga

Ini ketakutan yang sebenarnya lebih tepat ingin saya hindari. Setelah berumah tangga, entah kenapa saya memiliki tetangga yang tahu mana batas tanah rumah dan bangunan, tapi mereka seenaknya saja melewati batas hak milik tanah itu sehingga apa-apa melewati tanah dan bangunan hak milik kami. Mending kalau ngomong baik-baik, ini mah tidak. Padahal sebagai sesama muslim saya yakin mereka tahu kalau kita menggunakan hak milik orang lain apalagi berupa tanah dan bangunan, itu dosanya dalam agama seperti apa.

Yang bikin saya takut, tepatnya ingin saya hindari itu tadi, ya kalau harus ngomongin soal urusan perbatasan ini dengan tetangga. Soalnya tahu sifat tetangganya bukan tipe menyadari tapi justru malah balik memusuhi.

Maksud saya mau ngomong baik-baik, lagian emang hak dan tanah milik kami, tapi ketika saya bilang itu orang yang melanggar perbatasan malah balik melawan. Iiih, jelas saya takut. Bukan takut membela kebenaran, tapi lebih ke kalau saya mah malu sendiri. Seperti orang tidak berpendidikan kan kalau bikin bangunan, bikin kebun dan buat sesuatu seperti saluran air, masa memakai tanah orang lain, orang gila saja kalau miliknya diganggu pasti marah.

Karena takut itulah biasanya kami jadi pihak teraniaya. Tanah sendiri tapi jadi pembuangan air dari orang lain. Tanah sendiri tapi ditanami oleh orang lain. Sudah kami jelaskan tapi bukan menerima malah balik memusuhi kami jadinya. Karena itu kalau soal urusan sama tetangga ini saya merasa jadi takut saja. Biarlah asal jangan saya saja mengganggu batas kepemilikan orang. Toh balasan dari Tuhan tidak akan jauh beda.

Dipinjami uang!

Ya. Tidak salah. Ketakutan terakhir yang sering saya alami adalah ketika dipinjami uang! Hahaha… bukan saya tidak mau membantu sesama, tapi soal uang ini sudah banyak kejadian contohnya.

Ketika butuh, manis banget mulutnya. Tapi giliran bayar, ya Tuhan … duh sudahlah tidak usah diceritakan. Pokoknya kapok dan saya jadi paling takut kalau didatangi orang yang mau pinjam uang. Gitu saja. Titik. Hehehe…

9 thoughts on “Empat Ketakutan (yang mungkin) Kamu Tertawakan”

  1. Dulu awalnya saya orang yang paling takut petir dan pesawat kak. Tapi kalau Inget selalu ketawa geli karena hal yang saya takuti justru akhirnya makanan saya sehari-hari ketika kerja di udara. Hehee

    Reply
  2. Wuih, Teh Okti jagoan gak takut etir. Saya mah ngeriii. Komo kalo lagi di luar rumah. Pasti langsung ngiuhan. Nah, ngelihat ulat juga. Boro2 ditempelin, baru lihat aja udah arateul. Yang paling terakhir bikin ngakak. Wkwkwkw… aya2 wae. :)))

    Reply
  3. Beranian ga takut sama anjing, saya takut sama ular dan anjing. Pernah pengalaman wkt kecil takut sama anjing teriak teeiak sambil lari jauh…pas.liat ke belakang anjing nya mah diem ga ngejar hahaha….

    Reply

Leave a Reply to gita siwi Cancel reply

Verified by ExactMetrics